Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 4 - Diskusi

Kalau berbicara mengenai suatu program kerja, maka pasti ada rapat persiapan yang harus dilakukan secara rutin dalam setiap minggu minimal sebulan sebelum pelaksanaan program kerja tersebut dilaksanakan.

Berhubung kali ini Wildan yang memegang acara sebagai ketuanpelaksana, maka ia memutuskan untuk rapat setiap dua minggu sekali- sebelum pelaksanaan program kerja pelatihan proposal di bulan Februari. Rapat ketiga kali ini mereka membahas anggaran belanja yang telah dirancang oleh bendahara dan juga sekretaris.

Ruang OSIS sudah penuh dengan pengurus OSIS sekaligus panitia program kerja nanti. Wildan sedikit terlambat datang karena mengantar Gheko dulu yang ada urusan di ruang dance. Untungnya hanya sebentar.

Saat rapat dimulai, bendahara acara, Farah, sudah menyampaikan perkiraan total biaya yang habis untuk keperluan selama acara seperti perlengkapan maupun anggaran konsumsi.

Pelatihan proposal merupakan salah satu program kerja terbaru dalam periode kepengurusan ketua OSIS yang menjabat kali ini. Tujuannya agar setiap ekstrakurikuler mendapatkan pelatihan dalam membuat proposal dan LPJ yang benar supaya dalam pengajuan proposal ke pihak sekolah ke depannya tidak ada format yang salah.

Karena beberapa proposal setiap ekstrakurikuler harus mengajukan ke pihak OSIS, maka untuk meminimalisir serta efektivitas waktu pengajuan, dibuatlah program kerja ini.

"Apa ada kritik atau masukan buat anggarannya tadi, Dan?" tanya Farah saat selesai mempresentasikan RAB yang sudah dia tulis.

Wildan kembali membaca dengan jeli beberapa point apa saja yang akan disalurkan dalam kegiatan mereka.

"Ini kenapa papannya gak pinjem dari ruang wakasek atau TU aja? Soalnya papannya lumayan mahal, kemarin di ruang TU ada papan masih nganggur. Ajuin surat peminjaman aja, Far," ujar Wildan dan dicatat oleh Farah dalam sebuah notes.

"Oke. Ada lagi?" Gadis itu bertanya.

"Sama konsumsinya jangan terlalu sedikit. Kita bakal ada kepsek di sana, biar gak dikira OSIS/MPK anggarannya sedikit. Di RAB 'kan juga masih sisa karena papannya gak jadi," tambah cowok itu kemudian menaikkan pandangannya ke seluruh anggota. "Kayaknya cukup itu aja."

Farah mengangguk. "Oke sip. Thanks buat masukannya, Dan. Berarti nanti minta tolong seksi konsumsi bikin rancangan baru lagi ya buat minum sama sncak-nya apa." Ia menutup buku catatannya. "Lanjut ke sekretaris aja langsung, Dan. Biar cepet selesai."

"Karena bendahara sudah menyampaikan, lanjut ke Arasha sebagai sekretaris. Silakan, Sha."

Arasha sudah siap dengan laptopnya, jadi tanpa basa basi lagi dia segera melakukan presentasi sebagai sekretaris tunggal di sana.

"Berhubung sebelumnya aku sama Wildan ngadain rapat internal buat membahas anggaran dan proposal, jadi proposal udah jadi 75% dan sisanya yang kurang masih dari pihak perkap. Tadi ada revisi buat konsumsi, jadi nanti nunggu seksi konsumsi kasih tau fix-nya berapa buat anggaran konsumsi."

Salah satu anak mengangkat tangan sebagai intrupsi. "Mau tanya, buat rundown dari seksi acara udah fix atau belum, ya? Mau mastiin lagi."

"Kemarin Eli udah bilang fix sih, kalau ada perubahan bilang aja ya. Oh iya, sama buat papan yang gak jadi beli dan jadinya pinjam, suratnya menyusul. Paling lambat lusa deh," jawab Arasha yang menunjuk pada Eli selaku koordinator seksi acara.

Eli mengangguk. "Iya udah fix. Udah konsultasi juga sama pembina dan jawabannya oke. Udah bikin plan B, jaga-jaga kalau ngaret."

"Sekarang udah jelas dari orangnya. Kayaknya udah gitu aja dari aku, aku kembalikan ke ketua acara." Arasha merasa lega saat penyampaiannya berjalan dengan lancar.

"Oke sip, thanks Sha. Penjelasannya udah jelas banget jadi lanjutin aja sisanya yang kurang," kata Wildan memberikan dua jempol pada sekretarisnya tersebut.

Dibalik tembok, Gheko sedang menyandarkan punggungnya. Ia aktif mendengarkan diskusi pengurus OSIS walaupun hukumnya makruh. Kata Wildan sih gitu saat awal masuk OSIS.

Awalnya memang hanya sekedar mendengarkan saja. Namun, saat Wildan menyebut nama Arasha dan gadis itu mulai berbicara, tingkat keseriusan Gheko dalam mendengar naik dua kali lipat. Aneh, ia seperti antusias pada Arasha sejak ia mulai kehilangan fokus kala itu.

Mendengar Arasha berbicara saja bisa membuat Gheko tersenyum tipis, namun cowok itu masih memiliki keberanian setipis sehelai rambut. Cupu.

"Suara dia manis," puji Gheko dengan nada yang sangat kecil.

Selesai Arasha berbicara yang masih berasa di ruang OSIS , Gheko memutuskan membuka ponsel dan mendengarkan lagu-lagu di salah satu spotify playlist dengan genre ballad. Hingga ia mendengarkan setengah playlist lagu, rapat OSIS sudah selesai.

Sedikit canggung, itu lah perasaan Gheko saat beberapa anak OSIS menyapa dirinya. Ada teman satu kelasnya yang lain juga, tapi mereka tidak begitu dekat sehingga hanya bertukar senyum saja.

Wildan keluar dan menghampirinya. "Sorry ya, Bro. Tadi diskusi anggaran dulu, agak belibet soalnya," katanya.

"Santai aja kali." Tangan Gheko menepuk-nepuk bahu kawannya. "Mending otw sekarang sebelum selesainya lama."

Sementara itu, Arasha baru keluar seusai membereskan isi tasnya yang sedikit berantakan tadi di dalam ruang OSIS. Ia harus cepat bersiap karena sudah terlalu lama di rapat OSIS hingga tertinggal untuk latihan lomba.

Tanpa banyak berucap, dia langsung mengenakan sepatu pantofel, berlari menuju ruang kelas X MIPA 2 yang digunakan sebagai tempat berkumpul. Atau mungkin sekarang mereka sudah melakukan latihan di lapangan, karena Paskibra minim pembahasan secara materi dan langsung pada praktek.

Dan ... benar saja, semua orang sudah melakukan latihan di tengah lapangan upacara. Tanpa pikir panjang, Arasha mengganti bajunya di pojok ruangan dengan secepat kilat walaupun sedikit takut ada anak laki-laki yang datang.

Usai berganti, ia berlari menuju ke lapangan upacara.

"Maaf, Pak. Tadi rapatnya lama, saya tidak bisa izin di pertengahan rapat," tutur Arasha pada Pak Ahmad.

Sebagai pelatih dan memang tau kesibukan Arasha di OSIS, dia pun mengetahui bahwa gadis itu adalah anak temannya membuat Ahmad menganggukan kepala dan mempersilahkan Arasha berdiri di sebuah tempat kosong di tengah.

Latihan kebetulan tadi sudah selesai. Hanya pemanasan dan latihan kecil dengan gerakan PBB dasar, sehingga hari ini tidak ada gerakan khusus.

Namun, Arasha yang baru datang membuat mereka melakukan latihan sekali lagi untuk melatih kekompakan. Dan selesai latihan awal, semua dipersilakan duduk di lapangan karena pembahasan selanjutnya adalah diskusi kostum perlombaan.

"Sebagai persiapan awal, kita menentukan kostum untuk lomba. Karena juara satu bukan hanya mengenai gerakan dan variasi saja, penilaian kostum juga akan dinilai juri. Apa ada usulan?" tanya Ahmad.

Rachel mengangkat tangannya. "Intrupsi, Pak. Saya Rachel izin mengusulkan, bagaimana kalau kombinasi warna biru dan kuning dikombinasikan ada hiasan yang ramai seperti tali-temali dan bulu seperti pramuka. Warnanya terang dan cocok," usul Rachel dengan percaya diri.

Usulan tersebut ditampung dahulu, kemudian Ahmad menawarkan lagi kepada yang lain bila memiliki ide.

Kali ini, Arasha mengangkat tangannya dan memberikan usulannya terhadap kostum perlombaan mereka.

"Saya izin mengusulkan, Pak. Saya mengusulkan bila seragamnya dibuat mirip seperti kostum paskibra untuk peringatan tujuh belasan. Hanya warnanya menggunakan warna hitam dan merah terang serta putih. Ornamennya tidak perlu berlebihan, gunakan badge dan tali saja. Hanya itu yang bisa saya sampaikan."

Rachel mencibir Arasha di dalam hati yang ikut-ikutan memberi usulan, dan menurutnya usulan Arasha begitu jelek. Ia bisa membayangkan betapa jeleknya kostum mereka bila menggunakan usulan Arasha yang tidak modis.

Ia pun segera menimpali, "Maaf, Pak. Menurut saya warna hitam dan merah kurang cocok karena warnanya cukup gelap. Dan kita bisa tampil lebih mencolok dibandingkan menggunakan hiasan yang diusulkan oleh Arasha."

"Tetapi, Pak. Saya kurang setuju bila memakai banyak ornamen, itu bisa mengganggu gerakan kita. Menggunakan warna merah berarti merepresentasikan keberanian dan warna bendera kita," sanggah Arasha juga tidak mau kalah.

Sungguh, keduanya seperti berdebat sengit satu sama lain membuat Ahmad sedikit khawatir adanya konflik internal antar anggota.

"Sudah, sudah. Saya akan menampung dan mendiskusikannya dengan Pak Sonny, jadi jangan bertengkar," kata Ahmad berusaha menenangkan keadaan. "Terima kasih kepada Rachel dan Arasha untuk usulannya. Kita lanjutkan latihan satu kali lagi dan setelah itu kalian bisa pulang."

Aura latihan sedikit berbeda namun akhirnya latihan sebelum pulang bisa berjalan dengan baik.

Untung saja, posisi Rachel dan Arasha sedikit jauh sehingga tidak ada acara adu jotos ataupun adu jambak. Meskipun Rachel ingin sekali menarik rambut Arasha dengan kencang karena kesal bukan main.

Sama halnya dengan Arasha yang menenangkan diri supaya tidak menimbulkan debat lebih lanjut karena dia mulai tau bahwa Rachel tidak menyukainya dari gaya bicaranya.

"Sabar, Sha, sabar. Kalian satu tim, jangan ada konflik di dalam tim."

***

Hai hai hai, gimana Chapter ini?

Agak pusing ya 😭😂
Semoga kalian enjoy~ xixixixi

- Matcha -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro