STEP 36 - 'TERLAMBAT'
Kedatangan Ares ke rumah sakit setelah selesai berkunjung ke rumah temannya adalah hal terlambat bagi Nesha, dan menjadi kesalahan lelaki itu kini sepenuhnya yang ia yakini menjadi penyebab Arasha sampai bisa ke titik terburuk yang tidak pernah Nesha duga.
Nesha mengamuk dan memukul sang suami ketika Ares datang, dan berteriak bahwa Ares bukanlah ayah yang baik, namun hanyalah seorang atasan yang memperbudak seorang anak tidak berdosa hingga tertekan dan sakit.
Hati seorang ibu sakit ketika melihat anak-anaknya sakit dan menderita, meskipun ia juga terlambat menyadari perasaan Arasha yang lebih dalam tentang tekanan yang Ares lakukan selama ia bekerja, dan tanpa ART memberi tahu kejadian di rumah.
"Kamu mikir, gak? Arasha sekarang ini karena kamu ingin memenuhi ambisi egois yang kamu penginin sejak dulu." Nesha menunjuk ke ruang ICU sambil bercucuran air mata lagi. "Ayah kamu saja sudah meninggal, lalu apa yang pengin kamu mau? Raka udah masuk TNI, biarkan Arasha menentukan masa depannya sendiri. Dia sudah besar!"
"Bukannya kamu dulu setuju kalau anak-anak jadi TNI? Kenapa kamu jadi ikut menyalahkan aku? Arasha kayak gini karena ulahnya sendiri---"
"SIAPA YANG BIKIN DIA MERASA ADA BEBAN DI PUNDAKNYA? ITU KAMU!"
"Ibu, sudah, Bu." Karena suara Nesha begitu kencang dan dapat mengganggu pasien lain, ART-nya dengan sigap menenangkan sang nyonya.
Apalagi ketika salah satu perawat datang dan menegur mereka yang beradu di depan ruangan.
"Kamu tau kalau Arasha ternyata mengidap depresi minor? Apa kamu pernah bertanya apa dia keberatan dengan semua perlakuanmu tanpa adanya tatapan intimidasi? Kamu 'kan hanya memikirkan ambisimu saja, makanya rasa manusiawi yang kamu punya sudah hilang," kata Nesha penuh dengan penekanan di setiap kata.
"Apa kamu lupa kalau istrimu ini adalah seorang dokter? Obat-obatan yang Arasha minum bersifat menenangkan. Bahkan, dia ternyata memiliki berat badan dibawah standar karena mengidap Bulimia. Itu karena apa? Kamu menekan dia untuk tetap kurus dan tidak boleh gemuk. Akhirnya, dia menjadi terobsesi dengan badan kurus karena tidak mau dihukum oleh sang papa. Kamu tidak tau, kan? Itu penyakit kejiwaan. Seorang TNI bukankah harus sehat secara jasmani dan rohani. Arasha yang sekarang, sudah tidak bisa menjadi prajurit TNI lagi."
Pikiran ares menjadi ke mana-mana, setelah mendengar bahwa karena kesehatan mental Arasha terganggu, membuat Arasha tidak bisa mendaftar menjadi TNI wanita.
Tidak bisa dibiarkan dan ares masih bersikukuh bahwa Arasha masih harus mendaftar TNI setelah lulus SMA. Ares memang sudah gila karena perbuatan ayahnya-kakek Arasha-yang dulu menganggapnya remeh.
Namun melihat istrinya menangis sejadi-jadinya saat Arasha berada di ruang ICU, membuatnya mulai luluh dan perlahan-lahan sadar bahwa perbuatannya selama ini salah. Karena menerapkan pola pembelajaran Ares yang biasa dilakukan Raka, kini juga terhadap Arasha.
Daripada harus kehilangan Arasha memang lebih baik dia merelakan untuk tidak memaksa Arasya mendaftar menjadi prajurit TNI wanita.
Sebagai orang tua, dia juga ikut merasa sakit ketika anaknya masuk ke rumah sakit, berada di ruang ICU, dan memgalami koma. Memang ikatan batin antata dia dengan Arasha tidak sekuat Nesha namun dia tetaplah ayahnya.
Apakah keadaan Arasha yang sudah seperti ini merupakan teguran dari Tuhan untuknya?
***
G
heko dan Wildan sudah menyerahkan bukti-bukti yang mereka dapatkan ke guru BK beserta kepala sekolah dari pihak hotel tempat di mana diduga Arasya bertemu dengan om-om yang ada di gosip sebelumnya.
Gheko juga bertanya dan merekam percakapannya dengan pihak hotel setelah mendapatkan izin dari pihak hotel untuk dijadikan sebagai bukti.
Sesuai dengan keterangan dari pihak hotel, sesuai dengan tanggal dan jam yang beredar dari gosip yang tersebar bahwa memang di jam tersebut ada pertemuan keluarga besar seseorang dan banyak orang yang berkumpul di sana. Salah satu dari karyawan hotel juga bersaksi bahwa Arasya hanya duduk dan makan serta berinteraksi dengan anak-anak seusianya.
Mengenai tentang Arasha berjalan dengan seseorang, menurut keterangan dari ibu Arasha bahwa seseorang itu adalah paman tiri dari Arasha.
Meskipun kesulitan juga dalam mencari informasi siapa yang menyebarkan gosip yang ada di media sosial, dengan bantuan hacker mereka tahu bahwa pelakunya adalah Eva.
Tentu saja diperkuat dengan bukti CCTV di mana posisi Eva yang memotret Arasha, di sana terlihat jelas bahwa memang seseorang yang memotret Arasha tanpa izin adalah Eva. Bukti yang sudah banyak itu sudah jelas dan tidak bisa dielak lagi oleh sang pelaku utama.
Atas dasar itu Eva dipanggil dan juga beserta kedua orang tuanya. Sesuai dengan diskusi yang dilakukan oleh guru BK dan juga kepala sekolah, pihak sekolh mau memutuskan untuk melakukan skorsing kepada Eva selama 1 bulan dan dia pun harus menulis surat permintaan maaf secara resmi kepada Arasha yang berada di rumah sakit.
Tidak hanya itu, bukti lain ternyata muncul di mana ternyata Rachel yang merupakan teman Eva juga pernah melakukan tindakan yang tidak terpuji dan membuat kaki Arashs terluka.
Hukuman untuk Rachel hanyalah surat permintaan maaf dan harus membayar ganti rugi sesuai dengan pengobatan Arasha saat kakinya terluka. Juga, Rachel beserta Eva telah dikeluarkan dari ekstrakurikuler Paskibra.
Sulit dipercaya bahwa dua orang tersebut melakukannya hanya karena iri dengan Arasha dan salah satunya menyukai Gheko, dan enggan membuat Gheko lebih dekat dengan Arasha.
Alasan yang terlalu klise dengan perbuatannya yang di luar nalar. Daripada harus melakukan perbuatan tersebut, bukankah lebih baik memandang kebencian tersebut cukup dalam diam saja tanpa harus membuat orang lain ikut benci?
"Kamu ini membuat kami malu saja!"
Begitulah kata yang keluar dari orang tua Eva ketika keluar dari ruang BK, seluruh anak-anak di sekolah tersebut memandang Eva dengan tatapan tidak percaya bahwa Eva melakukan itu.
Kini mereka berbalik membenci Eva, serta menyesali perbuatan mereka memaki-maki Arasha di belakang Arasha maupun di sosial media.
Eva hanya bisa menunduk malu saat itu dan menerima beberapa teman dari anak-anak yang lewat di depannya bersama dengan orang tuanya.
"Akhirnya, pelaku yang sebenarnya dihukum dengan sepantasnya."
Gheko yang berada di rooftop memandang langit dan merindukan Arasha. Ia masih belum berani menjenguk Arasha karena masih ada Ares di sana, dan dia masih mengingat penghinaan Ares terhadapnya.
Iya tidak peduli bagaimana nasib Eva kedepannya karena yang sekarang ia pedulikan adalah hanya Arasha saja.
"Arasha, lo harus cepat sembuh. Sebentar lagi mau ada karya wisata sekolah, dan gue mau lo ikut. Kalau boleh egois, gue pengin lo juga senyum di depan gue nantinya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro