Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 34 - PERBANDINGAN

[ Kutipan Masa Lalu ]

"Papa! Lihat gambar Asha, bagus gak?"

Ares yang sedang duduk sambil membaca koran itu enggan melihat gambar dari sang putri karena fokus membaca sebuah berita terbaru yang menurutnya begitu panas.

Arasha terus menerus meminta sang papa untuk melihat, namun Ares hanya mengangguk-anggukan kepala dan berkata, "Iya bagus." Tanpa melirik sedikitpun membuat gadis kecil itu merasa kecewa. Ia menatap gambarnya dengan lekat sambil berpikir, "Apa gambar aku terlalu jelek sampai Papa tidak mau melihatnya sedikitpun?"

Ketika melihat Raka baru saja pulang sekolah masih dengan seragam OSIS yang dikenakan, Arasha langsung menunjukkannya pada sang kakak.

"Kakak, ini bagus 'kan?"

Dengan antusias Arasha mengharapkan jawaban dari Raka tidak seperti sang ayah. Ia membentangkan lukisan yang ia buat sambil tersenyum manis.

"Wah, bagus banget. Asha emang pinter buat lukisannya. Nanti kita bikin lukisan bareng-bareng, gimana? Kalau kakak senggang ya, Sha," kata Raka membuat Arasha menganggukkan kepala dengan kencang sampai Raka khawatir kepala Arasha bisa sakit. "Kalau gitu, Kak Raka mau ke Papa dulu, ya."

Raka berjalan menuju ke arah Ares yang masih membaca koran sambil membawa seuatu di tangannya, dan Arasha kecil mengekori kakaknya dari belakang seperti anak ayam.

Begitu Raka menghampiri Ares, ia langsung mengatakan bahwa dirinya mendapatkan juara pertama dalam perlombaan akademik. Sontak Ares langsung menutup koran yang sedang lelaki itu baca dan melihat sertifikat yang sedang dipegang oleh sang putra.

"Itu baru anak Papa." Ares menepuk pundak Raka dengan perasaan sangat bangga. "Kalau lomba Paskibra kamu kapan diadakan?" tanyanya.

"Dua minggu lagi, Pa."

"Bagus. Kamu memang mewarisi darah mama dan papa sebagai anak pintar dan berbakat. Kamu harus pertahankan sampai kamu bisa jadi TNI."

"Iya, Papa."

Arasha yang melihat perbedaan sikap antara dirinya dengan Raka membuat gambar yang sedang ia pegang diremas kuat-kuat lalu pergi ke kamarnya tanpa diketahui oleh dua laki-laki tersebut.

Sejak hari itu, Ares mulai menerapkan pola belajar ketat juga pada Arasha. Menurut lelaki itu, menggambar saja hanya membuang-buang waktu dan ia lebih senang jika Arasha bisa mengikuti jejak prestasi dari Raka.

Tiada hari tanpa belajar. Arasha benci ketika belajar dengan terpaksa, namun karena terbiasa oleh tekanan dari Ares membuatnya jadi tidak benci belajar.

Tidak hanya disuruh belajar, anak kecil yang saat itu berusia 12 tahun harus perlahan ikut pelatihan dari sang papa dengan Raka. Berat badan Arasha awalnya sedikit lebih karena sering makan camilan berubah menjadi ideal. Kecantikan yang diwariskan dari Nesha turun pad dirinya dan semakin bersinar.

Namun, ada satu hal yang ia tak suka selama mengikuti segala perintah Ares, yaitu perbandingan yang begitu jelas tanpa Raka ketahui.

Arasha selalu dimarahi ketika di rumah hanya ada dirinya, Ares, dan asisten rumah tangga mereka saat nilai rapor Arasha terdapat angka 7 di depan meskipun ia meraih peringkat pertama dengan nilai matematika, bahasa inggris, dan bahasa indonesia sempurna.

Selalu dibanding-bandingkan dengan milik Raka dimana setiap pelajarannya paling rendah adalah 88 dan terdapat banyak nilai 9 di sana.

Akan menjadi hari yang buruk untuk Arasha ketika ekspetasi Ares tidak terpenuni, dan ia akan diminta les tambahan serta belajar lebih malam. Lama kelamaan Raka menjadi tau dan meminta papanya untuk bersikap lebih lembut pada adik perempuan satu-satunya itu.

Ketika Arasha menduduki bangku SMA, Raka lolos dan menerima pendidikan di TNI. Semakin besar ekspetasi Ares terhadapnya untuk bisa sama lolosnya dengan Raka menjadi bagian dari TNI.

Hingga suatu hari, Arasha pernah tidak berangkat ke sekolah karena demam yang dia alami. Saat itu, Ares sedang berada di luar kota dan Nesha tengah bekerja di rumah sakit. Arasha merasa mentalnya tidak baik-baik saja karena mulai terobsesi dengan tubuh langsing dan stress akibat Ares membuatnya memutuskan untuk ke Psikiater.

Sebelum itu, Arasha meminta pada ART dan supir rumah untuk tidak mengatakan apapun pada orang tuanya, dan ia berjanji akan segera kembali ke rumah sebelum Nesha pulang.

Arasha berangkat menggunakan ojek online ke rumah sakit berbeda dengan tempat Nesha bekerja dan mendaftarkan diri sebagai pasien dengan membawa fotocopy KK, Kartu Pelajar, dan sejumlah uang yang kiranya cukup.

Tidak perlu menunggu lama, begitu selesai mendaftar tidak lama setelahnya namanya dipanggil karena poliklinik jiwa tidak begitu ramai saat siang.

Dokter di poli jiwa terkejut melihat Arasha datang seorang diri tanpa didampingi orang tua maupun wali. Ia juga datang masih dalam keadaan demam meskipun tidak setinggi tadi malam.

Tidak lama, dokter menanyakan kepada Arasha beberapa pertanyaan umum. Kemudian, usai mendapatkan jawaban dari Arasha dan melakukan test kecil, dapat dikatakan oleh dokter tersebut bahwa Arasha mengidap depresi ringan dan kelainan Bulimia nervosa.

Bulimia merupakan penyakit dimana seseorang mengeluarkan kembali isi perut mereka setelah makan dengan berbagai cara, mulai dari memuntahkan dengan sengaja, menggunakan obat pencuci perut, dll. Penyebabnya adalah obsesi berat badan dan bentuk tubuh.

Arasha menghela napasnya ketika tau tingkat stress yang dia alami cukup tinggi meskipun tidak begitu mengganggu aktivitas sehari-hari.

Jadi, dokter meresepkan obat yang harus Arasha minum tepat waktu. Dokter juga menyarankan untuk Arasha mengikuti terapi supaya keadaannya membaik, namun Arasha enggan untuk menjawab setuju karena mempertimbangkan Ares dan juga sekolahnya.

Saat itu Arasha mulai meminum obat-obatan yang dari psikiater untuk mengurangi rasa depresinya dan juga bisa mengurangi insomnia nya saat itu.

Mengenai bulimianya dia memang harus mengikuti terapi supaya lebih baik, selagi bulimia yang ia idap tidak parah. Sayangnya, Arasha tidak bisa karena jadwal yang diberikan Ares semakin padat setiap harinya.

Sejak hari itu pula dia menyembunyikan tentang penyakit kejiwaan yang ia idap. Ares akan mencemoohnya dan berkata bahwa Arasha yang mungkin sudah gila hingga pergi ke psikiater.

Kebanyakan orang tua masih berpikir bahwa pergi ke psikiater sama dengan memiliki gangguan kejiwaan yang sudah parah atau seperti orang gila yang ada di jalanan. Ares juga berpikir bahwa anak seperti Arasha tidak memiliki masalah atau hal-hal yang membuatnya seolah-olah memiliki beban sebesar Ares sebagai orang tua.

Nesha juga tidak mengetahui bahwa putrinya selama ini mengonsumsi obat-obatan dari psikiater karena Arasha mulai tertutup padanya sejak SMA.

Raka sudah mulai fokus juga pada pendidikan militer sehingga Arasha tidak bisa mengatakan padanya mengenai keadaannya saat ini. Karena itu pasti akan mengganggu kegiatan Raka di sana dan lagi-lagi Arasha yang akan dimarahi.

Posisi Arasha sebagai anak bungsu di sini tidak seperti anak bungsu di keluarga lain yang dimanja dan disayang tanpa dibebankan tanggung jawab sebesar anak sulung laki-laki. Terutama oleh sang papa yang katanya merupakan cinta pertama dari anak perempuannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro