Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 33 - HUKUMAN pt. 3

Laporan mengenai rumor yang beredar di sosial media sudah sampai ke telinga Ares bersamaan kabar bahwa Arasha pingsan dan mengalami demam tinggi setelah ditemukan di salah satu bilik toilet yang rusak. Ares menggeram, kemarahannya meledak.

"Kenapa...! Kenapa anak itu malah membuat masalah hanya karena berjalan dengan si sialan itu!"

Satu gelas dibantingkan hingga hancur berkeping-keping. Asisten rumah tangga yang sedang memasak makan siang terkejut dengan suara gelas yang pecah secara sengaja. Ia melihat tuannya tidak bisa lagi menahan amarah.

Sesuatu yang buruk telah terjadi. Ia dengan cepat menghubungi Nesha namun panggilan tidak diangkat.

Tidak berapa lama, supir rumah masuk ke dalam rumah dan semakin membuat asisten rumah tangga terkejut. "Tuan tidak mau diantar?" Ia bertanya pada lelaki yang seumuran dengannya.

Supir rumah menggeleng. "Tidak. Tiba-tiba Tuan meminta kunci mobil tanpa meminta saya untuk bertanya. Katanya dia mau ke rumah sakit. Apa terjadi sesuatu dengan Nyonya? Wajah Tuan besar sungguh menyeramkan."

"Atau ... jangan-jangan karena ini hubungannya dengan Nona Arasha?"

Keduanya saling bertatapan setelah pertanyaan dari sang ART. Apakah jika benar kemarahan Ares disebabkan karena Arasha ... lagi?

Tak ada yang kembali membuka mulut mereka, pikiran mereka berusaha untuk tetap positif walaupun berkali-kali harus dihempaskan oleh sifat dan kebiasaan dari tuan mereka yang memiliki kebiasaan amarah sumbu pendek.

***

"Arasha!"

Ares datang dengan tergesa-gesa ke rumah sakit tempat putrinya dirawat, mulanya hendak melontarkan berbagai kata-kata amarah langsung di hadapan Arasha langsung, namun niatnya ia urungkan begitu melihat beberapa guru menjaga Arasha dengan baik.

Salah satu guru menghampiri Ares lantas berkata bahwa kondisi Arasha sedikit memburuk karena mengalami syok, sekarang keadaannya masih tertidur setelah diberi obat.

Tidak bisa Ares percaya bahwa anak perempuannya bisa selemah ini, Ares yakin bahwa Arasha sengaja membuat semua orang berpikir bahwa anak itu terlihat begitu lemah. Harusnya juga Arasha bisa langsung berkata kepada semua orang bahwa berita itu tidak benar adanya dan semua orang pasti akan percaya dengan sang anak.

Kalau Arasha sudah membuat ia malu begini, Ares enggan untuk berbuat baik kepadanya saat di rumah nanti. Ares sedang memikirkan hukuman yang pantas untuk diberikan kepadanya.

"Permisi, Pak Ares. Pihak sekolah memutuskan untuk sementara Arasha diskors selama satu minggu hingga berita mengenainya mereda karena permasalahan dia sudah hingga ke luar sekolah kami. Tentu kami tidak ingin nama baik sekolah semakin tercemar oleh berita tersebut. Kami juga mempertimbangkan kondisi Arasha yang sedang sakit. Untuk informasi kedepannya, kami akan menghubungi bapak selaku orang tua Arasha tentang kelanjutannya nanti."

Ares semakin dibuat pusing setelah mendapatkan pernyataan dari salah satu guru yang memberi tahu bahwa Arasha mendapatkan skors.

Rasa malu semakin menyelimuti lelaki tersebut yang selalu mengutamakan kesempurnaan tanpa ada cela dan rasa kebanggaan akan prestasi tanpa ada aib yang menyertai. Padahal ia sudah membanggakan Arasha saat pertemuan keluarga besar, rupanya badai datang menerpanya tidak lama setelah itu.

Ares frustasi selama dua hari hingga Arasha diizinkan pulang dari rumah sakit, dan mendapatkan pelukan kerinduan dari Nesha yang dua hari belakangan juga sibuk karena jadwal operasi di rumah sakit ia bekerja.

Sayangnya, begitu tiba di rumah, Ares langsung menyeretnya secara paksa ke dalam kamar Arasha dan menguncinya kuat dari luar.

"Ares! Apa yang kamu lakukan?!" seru Nesha melihat sang suami begitu kejam kepada putri mereka.

"Memberinya pelajaran karena sudah mempermalukan diriku. Apa kamu tidak atau betapa malunya aku saat ditanya oleh rekan kerjaku dan keluarga lain karena berita tentang Arasha? Mau dibawa kemana mukaku, Nes? Sudah cukup aku memanjakan dia, saatnya anak itu introspeksi dirinya sendiri."

Ares marah-marah, laki-laki itu sudah diluar kendali dirinya sendiri.

Jika Nesha bertindak memaksa sekali lagi, ia takut Ares akan lebih bertindak gila kepada anak perempuan mereka. Raka, anak sulungnya, bahkan dia tidak pernah mendapatlan perlakuan sekejam ini dari sosok Ares.

Dari dalam kamar, Arasha menggedor pintunya dengan kencang. "PAPA, TOLONG BUKA PINTUNYA! ARASHA GAK SALAH APA-APA, PA. TOLONG PERCAYA SAMA ARASHA." Suaranya terdengar jelas memohon untuk dikeluarkan, namun kunci kamar dipegang sepenuhnya oleh Ares.

"Sayang, tenang dulu ya, Arasha. Di sini ada mama, kamu jangan nangis." Nesha berusaha berkomunikasi Arasha, bersandar pada pintu kamar dan menenangkannya. "Jangan nangis, ada mama. Ada mama di sini."

"Mama... aku gak salah apapun, tolong buka pintunya... Arasha lelah dipaksa apapun oleh papa. Sekali saja, Arasha hidup seperti anak normal lainnya...," Suara Arasha mulai melemah, tubuhnya jatuh tepat di depan pintu.

Rasa percuma melakukan segalanya karena Ares bahkan enggan untuk masuk ke dalam rumah setelah mengunci pintu kamar Arasha.

Sepanjang hari yang bisa Arasha lakukan hanyalah duduk berlutut dan menangis untuk memohon dibukakan pintu kamarnya. Ia sudah lelah dengan tatapan benci anak-anak di sekolah, sekarang harus menambah satu orang yang membencinya di keluarganya.

***

Wildan sedang berkunjung ke rumah Gheko karena libur sekolah akibat tanggal merah di kalender. Karena Arasha sedang diskors, rapat program kerja OSIS untuk minggu depan sebelum karya wisata ke Bali sedikit terhambat karena Arasha memiliki peranan penting harus absen untuk kali ini. Jadi, Wildan diminta oleh ketua untuk sementara memegang peran rangkap sebagai koordinator perlengkapan dan acara.

Sang tuan rumah, Gheko, juga sedang mempersiapkan untuk kompetisi dance yang akan diadakan bulan depan secara kelompok, dan dia menjadi ketua tim untuk perlombaan tersebut.

Mendengar kabar bahwa Arasha diskors membuat kedua cowok itu merasa kaget dan sedih sekaligus. Wildan sudah sepenuhnya percaya bahwa Arasha difitnah meskipun ia tidak tau siapa orang yang menyebarkan gosip mengenai Arasha di hotel dengan seseorang yang lebih tua.

"Lo tau gak? Ini anak OSIS bahkan banyak yang ikut gak percaya kalau Arasha itu difitnah. Mereka juga ikut kemakan gosip itu," kata Wildan menghela napas pendek pada Gheko mengenai orang-orang yang satu organisasi dengannya.

"Kata gue terlalu aneh kalau semua orang tiba-tiba gak percaya sama dia. Apa mereka gak inget kalau misal ternyata Arasha pernah maju jelasin pertanyaan dari guru? Atau olimpiade kemarin deh, gak mau cek cctv tempat mereka ujian dan ngebuktiin kalau Arasha ini emang beneran berkualitas? Cuman karena papa dia TNI, bukan segalanya didapetin terlalu instan. Malah gue liat papa dia ini wataknya keras banget," jelas Gheko.

"Emangnya lo udah pernah ketemu sama bokapnya Arasha?" tanya Wildan.

Gheko mengangguk. "Udah, tapi ya pokoknya gitu deh. Kesan pertama kurang bagus, tapi gue yakin kalau Arasha ini gak pakai orang dalem."

Melihat kepercayaan diri Gheko membuat Wildan teringat sesuatu. Ia sepertinya memiliki ide untuk mencari tau siapa pelaku yang menyebarkan informasi palsu kepada Arasha.

Akhirnya, ia mendekati Gheko lalu membisikan sesuatu kepadanya. Sesuatu yang dibisikan oleh Wildan tentu bukan ide yang buruk, dan keduanya sepakat untuk menyelidiki selagi Arasha mendapatkan skors.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro