Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 30 - SURAT

Kemenangan beberapa siswa-siswi yang telah berjuang dalam olimpiade sains nasional (OSN) tingkat kota diumumkan pada saat upacara pengibaran bendera hari Senin kala itu. Kepala sekolah selaku pembina upacara pada saat itu merasa bangga atas pencapaian mereka, sekaligus mengucap syukur karena sekolah mereka bisa bangkit dalam prestasi akademik di Olimpiade ini dalam waktu 5 tahun.

Arasha beserta dua peserta lomba di bidang lainnya berhasil menduduki peringkat pertama sehingga mereka bisa mengamankan kursi untuk perlombaan di tingkat provinsi.

Perlombaan tingkat provinsi tersebut akan dilaksanakan sekitar bulan Mei dan kemungkinan Arasha akan mendapatkan pembekalan di luar kota selama satu minggu sebelum pelaksanaan lomba.

"Prestasi yang sangat luar biasa ini membuat nama sekolah kita menjadi kembali naik dan akan menjadi sekolah favorit pada saat PPDB," ucap kepala sekolah dalam pidatonya.

Tentu saja sekolah favorit dilabelkan berdasarkan bagaimana prestasi yang telah diperoleh oleh sekolah tersebut, baik bidang akademik maupun bidang akademik serta nilai-nilai yang telah ditorehkan oleh siswa-siswi mereka dalam raport per semester.

Adel menyenggol lengan Arasha yang berdiri tepat di sampingnya. "Hebat banget kamu, Sha. Selamat udah menduduki peringkat pertama se-kota. Nanti kalau berhasil lagi, aku ucapin paling pertama buat kamu."

Padahal Arasha tidak berharap banyak pada saat lomba di provinsi nanti, karena apabila dia sampai lolos hingga tingkat nasional fokusnya bisa terbuyar karena kelas 12 masa-masa yang sibuk untuk praktek dan ujian-ujian.

Meskipun Ares akan mendukungnya dalam perlombaan tingkat provinsi, sudah waktunya ia beristirahat dan mulai sedikit bebas sebelum lulus.

Upacara selesai sebelum pukul 08.00, barisan para peserta langsung dibubarkan dan siswa-siswi bergegas menuju ke kelas masing-masing.

Sebelum memasuki kelas, Kiko menghampiri salah satu teman kelas Arasha yang laki-laki untuk dititipkan surat kepada Arasha. Surat yang hanya berisikan ucapan selamat padanya karena Gheko belum berani untuk berbicara satu sama lain dengannya.

"Yakin nih bukan surat cinta isinya?" Teman kelas Arasha malah menggoda Gheko dengan sebelah alis yang dinaik-turunkan ala orang genit.

Dengan tegas Gheko menggelengkan kepala. "Bukan! Udah lo kasih aja suratnya, gue mau ke kelas langsung," ucap cowok tinggi itu tidak mau terus menerus digoda.

Karena bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi, maka ia harus segera kembali ke kelasnya karena jam pelajaran pertama yaitu mata pelajaran sosiologi.

Kelas XI MIPA 2 juga jam pelajaran pertama adalah fisika hari itu, dan sesuai amanat dari Gheko, teman kelas Arasha langsung memberikan surat tanpa nama pengirim langsung kepada orang yang dituju.

"Dari siapa, Han?" tanya Arasha membolak balikkan surat beramplop tersebut yang tak bercoretan apapun.

"Tuh, jurusan tetangga," Rehan menunjukkan kelas seberang alias kelasnya anak IPS. "Kalau mau kepo, barangkali di surat itu ada nama penulisnya coba. Gue nggak bisa kasih tahu ke lo ya, Sha. Jadi lo cari tahu sendiri aja deh."

"Oh, oke. Makasih ya, Han."

Rehan hanya membuat tanda 'OK' dengan tangannya lalu kembali ke bangkunya yang paling belakang.

Adel yang ikut penasaran menyuruh Arasha untuk segera membuka amplop tersebut lalu membacanya tanpa harus membuka mulut.

Surat dari Gheko berisi:

Hai, Selamat atas kemenangannya dalam lomba olimpiade kemarin. Kamu keren banget sampai gue nggak bisa berkata-kata apalagi selain lo hebat, lo keren, dan lo jenius. Sebenarnya apapun hasil yang telah lo peroleh, bagi gue udah cukup hebat karena yang ikut lomba Olimpiade adalah orang-orang pintar dan punya IQ yang tinggi. Itu kata gue sih, tapi temen-temen gue setuju.

Mungkin gue nggak bisa ngasih tahu ucapan selamat ini secara langsung, tetapi gue berharap gue bisa ngasih tahu ini langsung di hadapan lo. Mungkin tunggu waktu yang tepat? Tungguin aja deh.

Tetap semangat ya, Arasha. Jaga kesehatan lo dan jangan terlalu membebani pikiran dengan ekspektasi. Lo udah sempurna bahkan tanpa harus mengikuti kehendak orang lain.

Salam, Gheko.  

Arasha membulatkan mata setelah mengetahui bahwa pengirim surat ini adalah Gheko, orang yang telah diusir oleh ayahnya beberapa hari yang lalu saat datang ke rumahnya.

Bukan karena Arasha tidak mau, tetapi cewek itu merasa malu dengan tindakan ayahnya yang telah mengusir Gheko dan juga menghinanya dengan melihat status dan pangkat serta pekerjaan orang tua Gheko.

Ia merasa bahwa semua ini tidak pantas setelah yang dialami oleh cowok itu. Sekalipun mendapatkan surat ucapan selamat darinya.

"Kenapa, Sha? Kayaknya ini Gheko dari IPS 3, bukan? Aku tau dikit soalnya dia anak modern dance, dan banyak cewek yang suka sama dia."

Adel memperhatikan bahwa raut wajah Arasha tidak enak setelah membacanya, padahal suratnya tidak berisikan hinaan maupun ancaman, atau hal-hal yang memiliki kognitif negatif. Itu hanya berisikan ucapan selamat biasa yang terlihat begitu tulus.

"Bukan apa-apa, kayaknya aku capek habis berdiri lama di upacara tadi," kata Arasha yang langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria.

"Oh, aku kirain kenapa. Tapi, emang tadi upacaranya agak lebih lama sih, karena pengumuman dari kepala sekolah sebagai pembina upacara isinya ucapan selamat ke anak-anak Olimpiade yang menang kayak kamu, mana panas banget tadi pagi padahal lagi musim hujan," kata Adel yang sama sekali tidak mencurigai teman sebangkunya.

"Menurut kamu Del, aku harus bales surat ini atau enggak ya? Aku bingung. Karena aku hari ini gak bawa hp, jadi nggak bisa bales surat darinya sama sekali kalau lewat pesan chat," ucap Arasha meminta saran.

"Kataku bales aja nggak papa kok, ini jadinya mirip kayak surat balasan cinta tapi zaman sekarang pakai surat beginian emang agak aneh sih. Walaupun begitu, nggak ada salahnya buat bales, kan niat kamu tulus."

Jawaban dari Adel bagi Arasha sudah cukup jelas sehingga ia memutuskan untuk membalas surat tersebut dan mengirimnya ke Gheko.

Dengan hati-hati Arasha yang mau menuliskan kata demi kata sebagai surat balasan untuk Gheko atas surat yang sebelumnya telah ia terima.

Isinya hanya ucapan terima kasih setelah Gheko telah memberikan ucapan selamat kepada Arasha, serta mengingatkannya untuk menjaga kesehatan dan tidak berorientasi pada ekspektasi orang lain.

Surat balasan sudah ia tulis dan ia masukkan kembali menggunakan amplop dari Gheko. Arasha bergegas menuju ke bangku Rehan dan memintanya untuk mengirimkan surat tersebut kepada Gheko karena saat jam istirahat nanti, ia akan menghabiskan waktunya di perpustakaan daripada di kelas maupun kantin.

Semua yang melihatnya mungkin akan salah paham, akan tetapi Arasha sudah menjelaskan sekali lagi  bahwa surat tersebut bukan surat cinta hanya surat biasa sehingga mereka tidak perlu berpikir sejauh itu.

Arasha langsung melipat tangannya di atas meja dan menaruh kepalanya di sana. Ia begitu menyesal membiarkan kejadian itu dan terus menayalahkan dirinya sendiri. Dan ia berharap, Gheko tidak mengetahui rahasianya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro