Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STEP 3 - Seleksi

Jam pelajaran terakhir, jantung Arasha berdegub sangat kencang. Karena hari ini ada seleksi untuk peserta lomba paskibra nanti, ia harus tampil dengan sempurna tanpa ada halangan apapun. Meskipun, fokusnya juga terbagi menjadi dua karena mulai mempelajari silabus OSN tingkat Kabupaten dari guru pembimbing Matematika-nya.

Suara ketukan kecil di meja tidak seberapa dibandingkan suara berisik dari teman-temannya yang sudah tidak peduli dengan materi asam basa yang disampaikan oleh guru Kimia.

Adel, teman sebangkunya mencolek lengan Arasha ketika tau temannya sedang melamun sambil menatap ke arah luar jendela kelas.

"Lagi lamunin apa nih, Sha?" tanya cewek berkacamata tersebut.

Arasha menggelengkan kepala kecil. "Enggak, kok. Bukan masalah, Del. Cuman deg-degan hari ini seleksi buat paskibra yang mau diikutkan lomba bulan depn nanti," jawabnya.

Rasanya paham, Adel memberikan jempolnya sebagai respon. "Good luck, Arasha. Pasti kamu terpilih. Tapi kalau semisal gak terpilih, jangan berkecil hati ya, Sha? Namanya juga sudah berusaha, Insya Allah kalau kamu berdoa sebelum pelaksanaan pasti dimudahkan."

Sedikit semangat dan saran dari Adel membuat Arasha ikut bersemangat. Serasa hatinya juga ikut tenang. Adel memang memiliki pembawaan yang menenangkan ketika bertutur kata sehingga mendengarkannya seperti mendapatkan nasihat dari Nesha.

"Makasih buat sarannya, Del."

"Sama-sama, sekali lagi good luck."

Arasha bisa sedikit tenang hingga bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring. Bersiap untuk persiapan seleksi, Arasha berganti dari seragam sekolah menjadi pakaian dengan atasan putih, dan bawahan celana olahraga— sesuai informasi semalam dari Pak Sonny.

Semua yang akan mengikuti seleksi dikumpulkan di suatu ruangan, kemudian diberikan nomor urut yang nantinya digunakan dalam seleksi.

Kali ini Arasha mendapatkan nomor urutan seperti tanggal lahirnya, yaitu 14. Nomor yang cantik, seperti tanggal peringatan hari kasih sayang. Ia berharap, itu akan menjadi nomor keberuntungannya untuk bisa lolos.

Karena dipanggil setiap 4 anak, cukup memakan waktu bagi setiap penyeleksi melakukan penilaian. Tidak mengheran bila sekolahnya selalu membawa piala dalam perlombaan paskibra bila seleksinya sudah seperti pemilihan anggota paskibraka tingkat kota.

Nomor urut Arasha sudah dipanggil. Dalam lubuk hatinya, dia berdoa agar diberikan kelancaran sesuai dengan saran dari Adel.

Bersama tiga orang lain, Arasha keluar dari ruangan dan diarahkan menuju ke salah satu orang yang sudah duduk di depan sebuah meja dengan membawa kertas penilaian. Tatapannya cukup menakutkan, jadi Arasha harus berhati-hati saat mendengarkan setiap intruksi dari beliau.

"Stefani Naze Arasha, silakan untuk menempatkan diri dengan sikap sempurna. Ketika peluit intruksi dibunyikan, dengarkan perintah dari saya, bukan dari orang lain. Paham?"

"Siap, paham!"

Sesuai arahan pertama, Arasha berdiri sekitar tiga meter dari orang tersebut. Dia adalah salah satu kakak kelasnya yang pernah menjadi anggota paskibraka tingkat nasional, dan menjadi salah satu pasukan saat hari kemerdekaan di Istana Presiden. Namanya Deanara.

Dua menit kemudian suara peluit kencang dan nyaring dibunyikan, pertanda bahwa seleksi telah dimulai.

Selain harus fokus pada pendengaran, Arasha harus fokus pada tatapan dan pemandangan sekitar. Banyak orang yang kini sedang memandang siswa siswi yang tengah diseleksi. Salah gerakan kecil bisa mempengaruhi point.

"Hadap kanan, GRAK!"

"Istirahat ditempat, GRAK!"

"Langkah tegap, maju ... JALAN!"

"Haluan kanan ... JALAN!"

Itu adalah beberapa contoh intruksi dalam seleksi ini, dan masih banyak yang dikomandakan. Arasha memfokuskan supaya kakinya tidak oleng saat maju dan berubah arah.

Menggunakan pantofel sedikit tidak nyaman, apalagi saat lomba nanti sepatu yang digunakan memiliki heels yang lebih tinggi 1 cm dari biasanya. Ini baru pantofel biasa saja, banyak orang yang tidak suka karena tidak nyaman untuk melakukan banyak gerakan berjalan di lapangan.

Waktu berlalu sekitar 15 menit seleksi dilakukan dan Arasha mengakhirinya dengan sikap sempurna. Ia mendapat tepuk tangan kecil dan acungan jempol.

"Gerakanmu cukup bagus dan tertata. Mungkin perbaikan postur tangan ketika langkah tegap perlu diperbaiki. Sisanya tidak ada masalah, silakan kembali ke ruangan dan tunggu hasilnya."

"Siap! Terima kasih."

Sebuah senyum tipis mengembang di bibirnya saat kembali, ia merasa senang ketika dipuji walaupun memang ada yang harus ia perbaiki. Semoga saja hal itu tidak membuatnya untuk tidak lolos menjadi peserta lomba.

Pengumuman perlombaan diumumkan sekitar setengah jam setelah semua siswa siswi selesai menjalani seleksi.

Jantung Arasha berdetak tidak karuan. Keringat yang kini menetes dari pelipisnya adalah keringan dingin saat seseorang dilanda kegugupan. Ia meremat tangannya agar bisa tenang.

Pak Sonny masuk dengan membawa para penyeleksi tadi. Beliau sudah membawa kertas berisikan siapa saja yang akan menjadi peserta.

"Baik, sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada kalian semua yang telah meluangkan waktunya untuk mengikuti seleksi ini dengan baik. Kalian sudah bekerja keras, dan semoga yang terpilih dapat melakukan yang terbaik dan maksimal dalam perlombaan nanti. Juga, bagi yang tidak terpilih mohon tidak berkecil hati. Terutama bagi kelas 10, kalian masih bisa ikut tahun depan," ucap Pak Sonny membuka sesi pengumuman itu yang justru membuat semua calon peserta semakin gugup dam penasaran.

"SIAP!"

Tanpa basa basi lagi, Pak Sonny mengumumkan semua yang terpilih.

"Rayhan Alrashid."

"SIAP!"

"Emanuel Dhe Yohan."

"SIAP!"

"Eka Ratnasari."

"SIAP!"

Nama-nama yang diumumkan diawal hingga pertengahan, tidak ada nama Arasha yang disebutkan. Ia menjadi cemas dan berharap segera dipanggil.

Tinggal tersisa tiga nama terakhir, Arasha berdoa semoga ia berada di dalam list nama di sana.

"Rachel Shakilla."

"SIAP!"

Rachel menunjukkan smirk-nya, menyatakan kemenangan bahwa ia ternyata bisa lebih unggul daripada Arasha yang sampai nama Rachel dipanggil, hanya gadis itu saja yang tidak dipanggil-panggil.

Sampai Pak Sonny habis untuk mengumumkan nama semuanya, tetap saja nama Arasha yang tidak dipanggil.

Daripada rasa kecewa karena tidak terpilih, ia hanya takut oleh kemarahan Ares saat di rumah nanti. Arasha takut Ares akan membuatnya semakin tertekan dan bisa-bisa melayangkan protes ke Pak Sonny dan Pak Ahmad.

Mau dimana muka Arasha nanti kalau sampai betulan? Ares tetaplah Ares, seorang ayah dengan segala keegoisan untuk bisa mencapai target yang dibebankan kepada anaknya.

Dan Rachel— tanpa Arasha tau bahwa teman satu ekstrakurikulernya itu sangat membencinya kini sedang bersorak gembira di dalam hatinya. Seperti memenangkan sebuah lotre.

"Mohon maaf ternyata ada kesalahan," Ucapan Pak Sonny membuat banyak mata kembali fokus pada beliau. "Ternyata ada nilai yang tertukar."

"Sebelumnya atas nama Putra Afian Bandino, urutan terakhir digantikan oleh Stefani Naze Arasha yang berada di cadangan 1. Jadi, peserta inti yang benar adalah Stefani Naze Arasha."

Arasha tercengang ketika namanya disebutkan dalam daftar peserta utama lomba, bukan cadangan yang bahkan tidak disebutkan siapa saja cadangan dalam perlombaan ini. Namun, hatinya senang dan ia tidak merasa cemas akan dimarahi oleh Ares.

"Selamat ya, Arasha. Maaf atas kesalahan kecil tadi."

"Siap! Tidak apa-apa, Pak."

Sementara itu, Rachel justru menjadi kesal karena ia tidak bisa merayakan kegagalan Arasha. Seharusnya, temannya Eva lah yang masuk dalam daftar peserta utama, bukan Arasha.

"Kesel! Kenapa jalan lo mulus banget seolah gak boleh gagal? Dasar perebut segalany!" maki Rachel dalam suara yang sangat pelan.

"Sabar, Hel. Nanti kita bakal balas," timpal Eva yang duduk di samping Rachel.

Mata Rachel memicing dengan amarah yang coba ia tahan. "Tunggu pembalasan gue, Sha."

***

"Ngomong-ngomong, kenapa di luar rame banget ya, Dan?"

Gheko sedang berada di ruang dance, karena sebentar lagi battle dance akan dilaksanakan. Jadi, dia sedang latihan secara individu dulu dengan memutar beberapa lagu western dan kpop.

Karena suara lari beberapa orang di depan ruangan membuatnya penasaran, tetapi malas untuk melihat. Jadi, ia meminta Wildan untuk mengecek keadaan yang sebenarnya di luar.

Ya ... takutnya ada zombie dadakan. Nanti kalau betulan ada zombie, dia aman karena sudah ada di dalam ruangan tertutup.

Untung ini cuman pikirannya, kalau beneran ada maka wajahnya sudah pasti kena lebam karena tonjokan Wildan yang kesal oleh pikiran Gheko tersebut. SIAPA YANG MAU SIH ADA ZOMBIE?! Wildan saja lebih takut mayat hidup tersebut daripada hantu.

"Aman, cuman lagi ada seleksi anak paskibra gitu," kata Wildan.

"Bukannya udah ada seleksi anggota, ya?" tanya Gheko.

"Bukan, bego. Ini seleksi perlombaan, emang biasanya semester dua lombanya sebelum study tour."

"Lah, lo gak jelas ngomongnya. Kok gue yang ditololin sih," kesal Gheko lalu melemparkan tutup pulpen ke kepala Wildan. "Lain kali yang lengkap bilangnya dong."

"Iya deh iya," Wildan tak peduli meski telah dilempari tutup pulpen.

Gheko kembali ke dekat loud speaker karena akan memutarkan lagi lagu-lagu untuk battle dance. Tiba-tiba saja Wildan menyeletuk bertanya.

"Lusa gue ada rapat OSIS. Lo mau ikut masuk gak? Pulangnya kan kita mau bikin kerja kelompok di rumah lo, biar sekalian bareng maksud gue."

Deg!

Rapat OSIS.

Artinya Arasha akan ada di sana, kan? Kenapa Gheko merasa gugup saat membayangkannya saja?

"Heh! Kok malah bengong. Ikut, gak? Dibolehin kok sama ketosnya, tapi masuk dibagian pinggir aja. Gak boleh terlalu dalem masuknya," Wildan membuyarkan lamunan Gheko.

"Itu sama aja gue di luar. Mendingan nunggu di luar aja deh," kata Gheko.

Supaya Wildan tidak curiga, ia memutarkan musik dan melakukan perenggangan otot supaya tidak kaku saat menari. Padahal aslinya biar gak ketahuan aja lagi memikirkan Arasha.

Awal latihan ia tidak begitu fokus, tapi lama kelamaan gerakannya mengalir dan semakin bagus sesuai latihan bersama tim sebelumnya. Wildan beberapa kali bertepuk tangan dan berdecak kagum, apalagi saat lagu kesukaannya diputar.

Jiwa fanboynya keluar saudara.

"Huh, syukur tuh anak gak sadar."

***

Hai~

Agak gak jelas part ini dibagian Wildan-Gheko, sedikit ngeblank 🥲

Tapi semoga tetap bisa menikmati.

Enjoy~

- Matcha -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro