STEP 2 - Keharusan
"Bulan Februari nanti akan ada lomba paskibra tingkat se-kota seperti biasanya. Karena perlombaan ini bersifat terbuka, dan ada piala bergilir maka kita harus mempertahankannya untuk tetap di SMA Nusa Pelita."
Sebuah pengumuman mendadak berasal dari Pak Sonny, pembina paskibra SMA Nusa Pelita. Dia mendapatkan bocoran mengenai perlombaan tersebut dari panitia penyelenggara, dan hal itu dapat dimanfaatkan untuk dapat bersiap terlebih dahulu dibandingkan sekolah lain yang tidak mendapat informasi.
"Akan ada seleksi untuk menjadi perwakilan lomba sebanyak 16 anak. Terdiri dari campuran kelas 10 dan 11," tambah beliau. "Saya berpikir ini kesempatan yang bagus untuk anak kelas 10 supaya bisa berkembang."
Salah satu anak mengintrupsi dengan mengangkat tangan kanan lurus ke atas, bertanya kepada sang pembina dengan pertanyaan sederhana.
"Intrupsi, Pak. Saya Ardan Wibawa dari kelas 10 MIPA 2 izin bertanya, apakah ada ketentuan mengenai jumlah anggota perempuan maupun laki-laki yang terpilih nantinya? Terima kasih."
Anggukan dari sang pembina menandakan sebuah pertanyaan yang diajukan cukup bagus.
"Saya akan menjawab. Untuk ketentuannya seperti biasa adalah 7 siswi dan 8 siswa. Ini adalah formasi yang sempurna. Setiap tahun, SMA kita selalu memakai format yang sama," jawab Pak Sonny.
"Siap! Terima kasih atas jawabannya, Pak Sonny," ucap Ardan.
Ada lagi yang mengangkat tangan kanannya untuk bertanya, "Kalau untuk kapten atau komandan pasukannya itu laki-laki atau bisa perempuan, Pak?"
Segera Pak Sonny menjawab, "Harus laki-laki. Itu seleksinya berbeda lagi. Saya akan fokuskan untuk pemilihan anggota terlebih dahulu. Untuk komandan pasukan seleksinya pribadi dari saya dan Pak Ahmad."
Semua berbisik mendengar kata 'Pak Ahmad' disebutkan. Sosok prajurit TNI dengan sikap tegas luar biasa itu biasa ditakutkan oleh banyak anak paskibra, tak terkecuali Arasha. Kalau begini, Arasha harus bekerja keras.
Sebab, Pak Ahmad adalah salah satu kawan baik Ares, papanya, dan kemungkinan besar informasi kecil seperti ini sudah sampai ke telinga Ares dengan cepat. Hal itulah yang membuat Arasha mau tidak mau harus terpilih menjadi salah satu pasukan.
"Apa ada lagi yang mau bertanya?"
Sonny mempersilakan mereka untuk terus bertanya bila masih bingung atau penasaran. Dengan senang hati beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sesuai dengan informasi dan pengalaman yang ia dapatkan.
Setiap pertanyaan dan jawaban dicatat di kepala Arasha supaya informasi ini juga berguna ketika seleksi. Ia tidak ingin melewatkan setiap kesempatan sedikit pun meski nilai berharganya sangatlah kecil. Karena ini lah yang diajarkan oleh Ares kepadanya, untuk mendengarkan sesuatu dengan teliti.
Begitu beberapa pertanyaan sudah dilontarkan oleh banyak pihak dan dirasa sudah cukup, sang pembina pamit undur diri untuk mempersiapkan beberapa bagian administrasi ke depannya supaya mendapatkan slot.
Suasana sedikit berubah, mulanya masih banyak ketegangan kini berganti lebih tenang setelah Sonny datang tadi. Kali ini, anggota kelas 11 mengajak kelas 10 untuk bersemangat supaya mereka bisa terpilih menjadi yang terbaik untuk bisa ikut perlombaan.
Sedikit informasi, perlombaan ini bersifat terbuka pada sekolah jenis apapun mulai dari SMA, SMK, MAN maupun jenjang yang setingkat.
Perlombaan ini biasanya dilaksanakan bulan maret akhir bukannya februari, namun kali ini rasanya berbeda dan karena kebetulan sekali pelaksanaan study tour katanya akan ditunda dari bulan maret awal ke akhir bulan saat kelas 12 sedang ujian sekolah, maka kesempatan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya terutama kelas 11.
Pelaksanaan OSN tingkat kabupaten sendiri dilaksanakan bulan Maret awal, jadi Arasha masih ada waktu. Paling tidak, dia tetap ingin mengikuti kunjungan wisata sekaligus bisa merasakan sedikit bebas karena pastinya Ares tidak akan ikut.
Panjang umur bagi Ares, baru saja Arasha memikirkan sang papa dan sekarang ponselnya bergetar, ketika layar menunjukan tulisan 'Papa' di sana dengan sangat jelas.
Otomatis agar tidak mengganggu kegiatan di dalam ruangan, Arasha memilih keluar sejenak untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, Papa." Arasha mencoba tenang dan menarik napas kecil.
Tidak perlu banyak basa-basi, Ares langsung mengatakan pada point-nya. "Ara, Papa sudah mendengar informasi dari Pak Ahmad, teman Papa, mengenai lomba itu. Tahun lalu kamu bisa masuk, maka tahun ini kamu harus ikut lagi. Pastikan juga kamu bisa menjadi center supaya ikut tersorot."
Suara Ares terdengar begitu tegas membuat Arasha sedikit gemetar.
Dengan ketakutan gadis itu membalas, "I-iya, Pa. Ara ngerti. Besok seleksinya, Arasha bakal lakukan apa yang terbaik supaya nanti dipilih." Ia menggigit bibirnya, ketakutannya meningkat.
"Bagus, jangan kecewakan Papa. Karena hal terakhir kali kamu kecewakan kepada Papa adalah gagal menjadi Paskibra Kota," balas lelaki yang menjadi sosok papa Arasha terebut.
Tampaknya Ares masih mengungkit hal itu dengan nada sakit hati, dulu memang ia terlalu berharap namun ketika tau Arasha gagal, ia marah bukan main. Padahal dia sudah membayangkan Arasha bisa menjadi pasukan kota seperti Raka, tapi harapan itu pupus.
"Sudah dulu ya, Pa? Ara gak enak sama yang lain karena izin lama," kata Arasha mencari alasan supaya bisa obrolannya dengan Ares cepat selesai.
"Hmm, ya sudah. Sana kembali ke tempat. Jadwal les akan papa atur, dan jangan lupa untuk yang tadi," ucap Ares terakhir, dan setelahnya ia duluan yang mematikan panggilan sebelum Arasha mengucapkan salam pamit.
Arasha sedikit terkejut, namun ia tahan untuk tidak terlalu mengekspresikan hal tersebut di depan banyak orang. Inilah sikap Ares yang ia tak suka, dan sebentar lagi mungkin akan bertambah lebih parah. Dan sebaiknya juga Arasha terus menjadi anak penurut walaupun dalam hati kecilnya ia tak mau.
Ia sudah cukup lelah untuk persiapan OSN nanti, kalau berbentrokan dengan Paskibra pasti akan lebih sulit. Maka dari itu, Arasha semula memang hanya akan fokus ke OSN saja tapi kalau Ares sudah berkata sesuatu, Arasha tidak bisa melepaskan rantai itu.
Ia terjebak dalam sangkar yang Ares buat untuknya supaya tidak lepas.
Arasha masih memperhatikan ponselnya. Tanpa sadar, teman satu ekstrakurikulernya lewat dengan memandangnya sinis. Ia bahkan sengaja berdiri tidak jauh darinya.
Sampai seseorang lain—Evanya atau Eva, mendekati teman satu ekstrakurikuler Arasha yang bernama Rachel itu. Sama seperti Rachel, Eva menatap Arasha juga dengan tatapan sinis dan rasa tidak suka sejak lama.
Entahlah.
Mungkin sejak hari pertama MOS atau Masa Orientasi Siswa, Rachel merasa Arasha sudah terlalu mengungguli banyak siswa. Menurut Rachel, Arasha terlalu maruk mengambil segalanya.
Bisa dikatakan, ia memang iri.
"Lihat tuh, tadi alasan angkat telpon doang tapi main hp lama banget. Dia pikir dia orang penting kali ya, Va?" Rachel sengaja berucap dengan nada sedikit keras supaya Arasha mendengar. Tetapi, Arasha terlalu fokus pada ponselnya hingga tidak tau sindiran itu ditujukan padanya seorang.
Eva juga ikut menyahutinya, "Dih, beneran orang penting tuh kayaknya."
Selesai Arasha berkutat dengan ponselnya, ia kembali masuk ke kelas untuk lanjut mengikuti sesi materi di dalam ruangan. Tidak mungkin jika ia terlalu lama menanggapi pesan dari Ares, karena dirinya merupakan salah satu staf bidang internal didalam struktur organisasi Paskibra.
Rachel menghentakkan kakinya. Sebal bukan main ketika Arasha benar-benar tidak tersindir dengan perkataannya, seharusnya ia langsung mengucapkan kata-kata frontal saja dan mengajak Arasha ribut di lapangan.
Namun, ia harus menjaga reputasinya supaya tidak hancur kalau sampai nekat melakukan hal-hal itu.
Karena Rachel ingin bermain rapi dengan Arasha, tanpa membuat tangannya kotor lebih banyak. Ia memang sangat tak suka dengan Arasha, tetapi selama ini ekspresinya masih menunjukkan rasa bersahabat karena berada dalam satu ekskul.
"Awas aja, Sha! Lo gak boleh terdaftar dalam peserta besok. Lo gak boleh ambil semuanya!"
Anak perempuan itu, Rachel, akan memastikan bahwa Arasha tidak bisa terpilih sebagai anggota tim dalam perlombaan nanti. Tidak masalah jika anggota terburuk masuk ke dalam tim, tetapi jika itu Arasha, maka Rachel enggan untuk menganggapnya ada.
***
Hallo, how about this chapter?
Semoga masih nyambung ya 🌞
See you next chapter¡
Matcha-Shin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro