STEP 1 - Pengumuman
Papan pengumuman dekat dengan majalah dinding sekolah sudah dipenuhi oleh beberapa siswa siswi yang sedang melihat salah satu pengumuman yang baru saja ditempel oleh guru mereka. Terlihat jelas bahwa beberapa dari mereka ada yang kecewa, sedih, ada yang bahagia, maupun yang terlihat biasa saja. Karena sesungguhnya di sana lah mereka akan dijadikan wakil pada setiap bidang yang dipilih.
Pengumuman itu berjudul 'Daftar Perwakilan Olimpiade Sains Nasional Tingkat Kabupaten/Kota' di mana mereka yang sudah melakukan seleksi ketat selama 3 hari akhirnya dapat mengetahui hasilnya.
Salah satu nama yang tidak asing tertera di sana adalah Stefani Naze Arasha, gadis berusia 17 tahun yang terpilih sebagai perwakilan dalam bidang matematika bersama teman lainnya yang memiliki skor tipis.
"Hebat banget Arasha dua kali dipilih jadi perwakilan. Keren anjir," kata salah satu siswi yang juga terpilih.
Arasha tersipu malu karena dirinya dipuji-puji oleh siswa siswi lain karena mampu menjadi perwakilan sebanyak dua kali. Mereka tau betul bahwa tahun lalu Arasha merupakan siswi muda perwakilan sekolahnya dan bisa menyabet juara 2 OSN Matematika tingkat provinsi, dan menjadi satu-satunya wakil yang kembali menumbangkan SMA unggulan lain.
"Makasih banyak, semua. Kalian juga keren kok bisa lolos, yang enggak lolos jangan patah semangat, ya. Kalian bisa coba tahun depan," ujar Arasha tersenyum tipis namun terlihat manis oleh lesung pipi di sana.
Semakin banyak yang kagum saja dengan Arasha. Lagi pula, mereka tidak heran karena dia adalah Arasha. Siapa sih yang tidak mengenal gadis itu di sekolah mereka?
Nama lengkapnya, Stefani Naze Arasha. Banyak yang mengenalnya dengan Arasha dibandingkan dengan nama Stefani maupun Naze. Dia dikenal cantik, pintar, ramah, dan memiliki tubuh ideal yang banyak diimpikan oleh banyak orang. Terkenal dengan prestasi masuk 3 besar paralel setiap semester jurusan IPA, pengurus OSIS/MPK selama dua periode, dan merupakan anggota Paskibra SMA Nusa Pelita.
Kalau tidak ada yang tahu siapa dia, hanya sedikit saja yang tidak tahu. Dia cukup terkenal dikalangan hampir seluruh warga SMA Nusa Pelita. Karena ia memang dikenal pintar dalam bidang akademik juga non-akademik. Tidak sesempurna itu, namun terlihat sempurna di mata orang lain.
Apalagi, Arasha juga dikenal sebagai anak perwira TNI, dan adik dari Raka— ketua OSIS dan kapten tim basket SMA Nusa Pelita 5 tahun yang lalu. Mamanya seorang dokter penyakit dalam di salah satu rumah sakit di daerahnya.
Tidak heran kalau banyak yang mengiri padanya karena keluarganya begitu sempurna untuk dimiliki, padahal Arasha juga memiliki satu kekurangan, yaitu tak ada kebebasan. Karena tak ada mungkin ada kemulusan jalan dibalik suksesnya setiap orang, dan inilah pil pahit yang harus Arasha telan setiap hari dalam ekspetasi tinggi Ares—sang papa.
"Eh, Sha, berarti nanti buat OSN, ada bimbingan intensif dari sekolah, ya?" tanya Rani, teman sekelasnya yang juga menjadi perwakilan Olimpiade dalam bidang Astronomi.
"Iya, dua minggu gitu kalau gak salah," jawab Arasha ketika mereka sudah sampai di depan pintu kelas.
Sesosok cowok yang berlari ke arah sambil memanggil namanya membuat Arasha menahan langkah kakinya. Terlihat ingin menyampaikan sesuatu pada gadis itu dengan menghampirinya.
"Sha, hari ini ada rapat OSIS/MPK di ruang OSIS sama pembina. File buat RAB sama daftar proker dibawa, kan? Nanti di print dulu sebelum rapat. Enggak lama, kok. Paling satu jam," terang Wildan, koordinator salah satu divisi juga ketua program kerja terdekat nantinya di OSIS.
A"Dadakan banget tumben, Dan. Nanti aku print dulu. Proker terdekat pelatihan pembuatan proposal, kan? Enggak mau dibahas sekalian aja biar waktunya efektif?" tanya Arasha sekaligus memberikan saran. Saat ini dia menjabat sekretaris di proker tersebut.
"Nanti dulu buat yang itu, jalanin aja sesuai yang tadi gue minta," kata Wildan yang diangguki oleh Arasha.
Tidak lama bel sekolah berbunyi untuk jam pelajaran selanjutnya dan waktu istirahat sudah usai. Wildan kembali ke kelasnya sementara Arasha segera menghampiri bangkunya, dan mengambil ponselnya. Ia mengetikan pesan pada sang papa bahwa dirinya akan pulang sedikit terlambat karena harus rapat OSIS dengan pembina.
Balasan dari sang papa yang mengizinkannya membuat Arasha menghela napas lega. Padahal, hari ini ada jadwal latihan fisik di GOR, namun rapat OSIS sedikit membuatnya memiliki waktu sejenak untuk beristirahat.
Karena ia merasa semester ini, Ares lebih ketat dan lebih keras dalam melatih fisiknya hingga tambahan hukuman bila tak sesuai dengan perintah yang diberikan.
***
"Saya kira program kerja yang sudah disusun dan tadi dikoreksi mengenai RAB-nya sudah bisa diajukan ke kepala sekolah mengenai proposal tersebut. Jangan lupa serahkan ke saya paling lambat hari jumat," ucap Pak Surya.
"Baik, Pak."
Karena rapat sudah selesai, Arasha harus segera pergi ke tempat latihan fisik dengan Ares. Namun, Wildan menahan lengannya di depan pintu ruang OSK untuk tidak langsung pulang. "Jangan pulang duluan, revisi dulu lah."
"Nanti aku revisi di rumah aja. Soalnya udah gak keburu," kata Arasha.
Karena Arasha menolak akhirnya Wildan menawarkan solusi, "Rapat zoom bareng Dina dan Farhan gimana buat nanti malam? Mareka 'kan sekretaris sama ketua MPK, nanti gue bilangin ke mereka kalau misalnya mau."
"Mmm boleh deh. Chat aja nanti jam berapa, jangan dadakan."
"Oke, bu sekre."
Arasha tertawa dengan panggilan tersebut, lalu ia tak lama karena langsung pergi karena jemputannya sudah datang sedari tadi.
Setelah kepergian Arasha, Wildan mendatangi temannya yang sedang latihan di ruang dance. Dengan mengetuk kaca jendela sebanyak tiga kali, temannya langsung menotice dan menghampiri pintu untuk segera dibuka.
"Udah selesai rapat OSIS-nya, lo?" tanya temannya itu.
"Dari tadi sih. Eh- mau battle dance di mana lagi, lo?" Wildan juga bertanya.
"Di mall X, nanti hari minggu. Jangan lupa dateng, ya, soalnya ada k-pop random dance lagi nih. Keluarin jiwa BLINK lo dong," kata temannya kemudian tertawa meledek.
Tidak ada yang tau kalau Wildan merupakan seorang BLINK atau penggemar girl group Korea Selatan bernama Blackpink. Karena Wildan sendiri yang tidak mau orang tau kalau dirinya ini suka k-pop karena banyak yang masih memandang negatif ketika remaja laki-laki menyukai k-pop dibandingkan menjadi seorang wibu.
"Sana latihan lagi lo, Nyet!" Wildan tidak suka diledek langsung mendorong temannya untuk masuk. "Nanti gue hancurin photocard Mina Twice lo misalkan lo lagi-lagi ledek gue."
"Serem banget bapak ketua kalau marah. Iya, nanti gue gak ledek lagi." Temannya kembali memutar musik, kakinya langsung bergerak sesuai gerakan yang selaras membuat Wildan merasa kagum dengan perkembangan tarian kawannya.
"Iya deh iya. Dan, ya, good luck buat battle dance lo nanti."
Diam-diam teman Wildan memperhatikannya dan penasaran dengan seorang gadis yang tadi berbicara dengan Wildan ketika ia sedang ada jeda. Arasha, dia yang ia maksud. Nyatanya, sebuah senyum tipis dari ruang dance mampu membuatnya merasakan ada ketertarikan.
Gheko, nama teman Wildan itu tidak mungkin tidak mengenal Arasha.
Apakah memang benar ia tertarik padanya?
***
Lapangan GOR tidak banyak yang mendatangi, sedikit dari mereka hanyalah para pejuang Akpol dan TNI sehingga harus rutin latihan fisik. Di sini lah Arasha juga dilatih oleh sang papa yang notabenya seorang prajurit TNI dengan pangkat Perwira Tinggi.
Arasha— dia harus bisa menjadi seseorang yang seperti Raka, sang kakak yang menjadi anggota TNI AD. Sementara itu, Arasha harus menjadi prajurit wanita keudaraan atau TNI AU bila sudah lulus SMA nanti. Harapan Ares pada putrinya begitu besar mengingat ia dan keluarga besarnya sejak dulu berasal dari keluarga yang berprofesi dalam bidang kemiliteran.
Jauh dari lubuk hatinya, sama sekali tidak ada impian menjadi seorang prajurit wanita. Bukan karena ia menganggap dirinya lemah, namun kesukaannya adalah bidang keilmuan analisis seperti statistika.
Sebab, ia juga tak menaruh minat menjadi seorang dokter karena ketakutannya untuk mengobati dan berhadapan para pasien.
"Langsung pemanasan selama 10 menit. Habis itu kita langsung latihan fisik seperti biasa mulai dari lari keliling lapangan selama 12 menit."
Suara tegas dari mulut Ares langsung dilaksanakan oleh Arasha. Ia melakukan pemanasan dasar selama 10 menit dengan gerakan-gerakan ringan untuk kaki dan juga tangan. Barulah beberapa saat kemudian ia berlari dan di waktu oleh Ares menggunakan stopwatch.
Selama 10 menit, Arasha berhasil lari sejauh 7 putaran lapangan GOR atau dihitung dengan jarak meter yaitu 2800 meter. Ini adalah jarak minimal yang bisa dicapai untuk lolos seleksi kesamaptaan. Namun, biasanya para calon taruna TNI akan lolos bila melewati 3200 meter.
"Belum ada perkembangan terakhir untuk jarak lari kamu, sebaiknya ditingkatkan lagi, Asha," kata Ares.
"Baik, Papa." Arasha menurut.
Hanya sedikit istirahat yang ia terima, selanjutnya masih ada latihan lagi seperti shuttle run angka 8, push up, sit up, pull up, serta tes postur. Pada tes yang sebenarnya dihitung selama satu menit saja, namun Ares kan melakukan tes tersebut berulang kali sampai ia merasa puas dengan hasilnya.
Latihan selesai, maka Ares akan langsung membawa Arasha pulang. Jadwal les putrinya besok, jadi ia memastikan Arasha dengan bertanya mengenai pelajaran apa dan jawaban Arasha selalu tepat.
Tiba di rumah, Arasha langsung pergi menuju ke kamarnya. Ia menyalakan pemanas air dan membuat air hangat sebaskom untuk berendam kaki.
Lelah sejujurnya bila ia setiap hari melakukan ini semua dengan wajib. Tidak— maksudnya melakukan hal-hal yang diperintahkan Ares setiap hari. Mulai dari kewajiban berlatih minimal seminggu sekali, ikut ekstrakurikuler paskibra, les, juga harus ikut kegiatan OSIS supaya relasi dan public speaking yang dia punya bagus. Satu lagi, pintar akademik dan memiliki ranking yang tinggi setiap semesternya.
Arasha membuka ponselnya, layar panjang itu langsung memperlihatkan wallpaper foto dirinya bersama sang kakak, Raka. Ia begitu rindu pada kakaknya karena Raka sekarang masih berada di tempat pendidikan, dan kemungkinan akan pulang setelah liburan semester panjang.
"Kakak, kangen ...." Arasha tersenyum kecut dan menatap layar dengan sedu. "Bisa gak kakak bilang ke papa kalau aku bukan kakak?"
Karena aku bukannya gak mau, tapi sesungguhnya aku gak sanggup, Kak.
Andai saja Arasha memiliki telepati, semua keluh kesahnya saat ini bisa dibagikan bersama dengan Raka. Sayang, jarak dan waktu yang memisahkan mereka untuk tidak kembali dekat seperti dulu.
Hari itu, Arasha mencoba bermimpi indah seusai mandi hangat dan makan malam, dan berharap besok semua ini hanyalah mimpi walaupun mustahil rasanya untuk menjadi nyata.
***
Hallo!
Aku kembali membawa sebuah cerita yang idenya yang sebenarnya pasaran, namun ada bertemakan ekstrakurikuler.
Kali ini, ada dua ekskul utama yang menjadi topik; Paskibra dan Dance.
Konflik yang dihadirkan bukan hanya seputar Paskibra dan Family issue, tetapi bisa beberapa konflik lainnya.
I know this unperfect,
but i'll trying for my best.
***
And let me introducing my face claim cast on this story (main cast):
Oris
as. Stefani Naze Arasha
Lee Juyeon (THE BOYZ)
as. Gheko Marchello Samudra
Another cast will reveal in the next chapter. One by one.
***
See you,
Matcha-Shin
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro