Satu
Salam kenal dari Askina
Just enjoy gaess...
♥️♥️♥️
Gemericik air terdengar saat kutekan tombol flush. Segera kurapikan pakaian yang kukenakan, sambil menghitung waktu dengan hati yang berdebar cemas. Satu menit, akhirnya terlihat satu garis muncul. Kuhela nafas lega sembari senyum terkulum, kulangkahkan kaki keluar dari toilet.
Kucepol rambutku asal, terlihat lingkaran mata yang menghitam akibat kurang tidur semalam dari pantulan cermin. Kuusap wajahku dengan kasar beberapa kali.
Teringat agenda pekerjaan yang cukup padat, gegas aku bersiap-siap. Kupindai penampilanku hari ini, setelan blazer warna peach dan blus putih dengan rok selutut yang kukenakan sangat serasi dengan kulit putihku. Kuambil tas warna putih berlogo H untuk melengkapi penampilanku.
🍀🍀🍀
Waktu menunjukkan 8.30 wib saat kuparkirkan mini cooper putihku di basement hotel tempatku bekerja.
Detak marie jane shoes dengan heels 12 cm beradu dengan lantai lobi hotel. Senyum dan sapaan terdengar saat aku berpapasan dengan pegawai hotel ini, kubalas sapaan mereka dengan senyuman.
Aku mengenal dengan baik nama dan kepribadian setiap pegawai di hotel ini. Ini juga mungkin yang menyebabkan beberapa kali diriku terpilih sebagai employee of the month selain kinerjaku yang tidak diragukan lagi tentunya.
Tepat di depan pintu lift, terdengar suara yang sangat kuhafal memanggil.
"Renata."
Kupindai pria berwajah oriental dan rupawan yang berdiri dihadapan. Penampilannya selalu terlihat paripurna. "Jangan lupa meeting jam 10 pagi ini. Saya tunggu progress report bulan ini ", ujar dia dengan raut tegas.
"Siap bos." balas Renata.
Wajah dingin itupun berlalu seiring wangi parfum maskulin yang kusukai.
Ting !
[ Gue tunggu nanti malam di apartemen. Surprise me ]
Emoticon senyum kubalas sebagai jawabannya.
🍀🍀🍀
Meeting bulanan kali ini dilingkupi dengan suasana ketegangan, Aura kemarahan Andi selaku general manager berimbas ke seluruh staf. Omset hotel menurun drastis. Meeting kali ini berjalan alot, semua staf saling beropini tentang sebab dan solusinya. Aku mendapat tugas yang cukup berat, selaku manager pemasaran diharapkan dapat membuat strategi yang tepat untuk mengatasi hal ini.
Andi banyak melakukan perubahan dalam struktur kepegawaian dan kinerja hotel. Dia yang baru tiga bulan menjabat sebagai general manager dipercaya oleh pemilik untuk memperbaiki kondisi hotel yang setahun terakhir mengalami stagnasi dan penurunan omset.
"Re, saya berharap banyak sama kamu. Saya tunggu laporan kamu akhir minggu ini." Senyum terkulum dan kuanggukkan kepala sebagai jawaban.
Pria berwajah oriental itu menutup meeting pagi ini. Semua staf beranjak dari tempat duduk mereka dan bergegas ke ruangan masing-masing.
Kuhempaskan badan di kursi dalam ruangan serba putih yang cukup asri. Tampak sofa berwarna krem dengan tanaman hias di sudut ruang. Lukisan suasana pedesaan menggantung di sisi kanan atas sofa. Aku menyukai ruang kerja yang simpel dan nyaman.
Kupijit kening sembari memejamkan mata guna merelaksasi diri setelah meeting yang menguras energi, sembari berfikir strategi apa yang harus kubuat. Kunyalakan laptop, kubaca email yang masuk dan kubalas satu persatu. Fokus dengan layar dihadapan, hanyut dalam pekerjaan selalu membuatku lupa waktu.
Melodi Rain on me terdengar, segera kuusap benda pipih guna menjawab panggilan.
" Hi, miss you honey. Tunggu aku akhir pekan ini. Okay ?"
" Okay. See you."
Kuletakkan gawai kembali di meja setelah panggilan diakhiri. Kilasan kebersamaan bersama pria berdarah timur tengah menyapa ingatan. Dia yang datang dua tiga kali sebulan di kota ini untuk urusan bisnisnya dan malam-malam panas yang kami habiskan bersama membangkitkan sesuatu dalam diriku. Sungguh tak sabar menunggu waktu itu tiba.
🍀🍀🍀
Gucci warna silver di pergelangan tangan menunjukkan pukul 19.30 wib. Teringat janji tadi pagi, segera kubereskan meja kerja dengan cepat. Gegas aku keluar ruangan. Suasana kantor tampak lengang, hanya tinggal beberapa orang yang lembur.
Kukendarai mini cooper menembus hiruk pikuk kepadatan malam ibu kota. Kuhabiskan waktu satu jam menembus kemacetan menuju utara Jakarta. Tampak apartemen mewah menjulang di hadapan.
Setelah memarkir kendaraan di basement, kuhampiri lift menuju lantai 5. Kususuri lorong dan berhenti di nomor 215, kupencet nomor kombinasi yang sudah kuhafal. Kubuka pintu perlahan, tampak ruangan yang cukup luas dengan nuansa maskulin kombinasi hitam putih.
Tampaknya sang pemilik apartemen belum datang. Segera kuletakkan tas di sofa, kemudian menuju kearah dapur minimalis. Kubuka lemari pendingin, dan kuambil sebotol soda untuk melegakan tenggorokan.
Kuambil kembali beberapa bahan makanan yang ada dalam lemari pendingin dan meletakkannya di meja dapur. Kuraih rambutku jadi satu dan kucepol asal agar memudahkanku dalam memasak. Dengan cekatan kupotong-potong bahan-bahan dihadapanku. Bayangan tom yam pedas sudah menggugah selera.
Tiba-tiba kurasakan sebuah lengan kekar memelukku dari belakang. Dagunya diletakkan di atas bahuku, hembusan nafasnya menggelitik telingaku.
" Hmmm. Sepertinya enak. " bisiknya sambil mengulum telingaku. Desah nafasnya terasa berat.
"Ishh... Andi. Sudah, lebih baik lo mandi dulu deh. Biar gue selesein makan malam kita." dengan cepat kulepaskan tangan Andi, kudorong tubuhnya pelan agar bergegas membersihkan diri. Kurasakan keengganan dalam dirinya untuk melepaskan pelukan.
Kuabaikan Andi dan segera menyelesaikan masakanku yang tertunda. Tak lama aroma masakan menguar memenuhi ruangan. Setelah selesai dan memastikan rasa yang kuinginkan pas di lidah, kumatikan kompor dan segera kubereskan kekacauan di dapur.
Kurasakan tubuhku yang lengket oleh keringat dan terasa tidak nyaman, gegas kuayunkan langkah kaki menuju kamar. Sesampainya di kamar kudapati Andi baru saja selesai mandi, aroma maskulin sampo dan sabun menguar dari tubuhnya memanjakan indera penciumanku.
Rambutnya yang basah dan acak-acakan membuatnya semakin seksi. Tampak Andi hanya mengenakan celana boxer selutut tanpa atasan menunjukkan otot-otot dadanya yang terbentuk sempurna.
Kukecup bibirnya sekilas, dan langsung menuju ke kamar mandi. Mengenakan dress motif floral dengan rambut basah tergerai, kudapati Andi sedang santai menonton televisi.
" Yuk ah, gue laper banget." Kuulurkan tanganku pada Andi yang segera disambutnya. Berjalan bergandengan kami menuju kursi di meja makan kecil untuk dua orang. Andi menarik salah satu kursi dan menghenyakkan tubuhnya disana, sementara aku menyiapkan dua mangkok tom yam dan meletakkannya di atas meja.
" Wanginya enak, Re." Andi tampak antusias menerima uluran mangkok tomyam yang masih mengepul.
" Re, gimana kalo lo tinggal disini aja bareng gue ?" Andi menatapku serius sambil menikmati hidangan yang tinggal separuh di hadapannya.
" Nope."
" Oh, ayolah Re." Andi masih berusaha merayuku. Ini kali kedua Andi mengajakku untuk tinggal bersama.
Gusar dengan permintaan Andi, aku menyudahi makanku dan membersihkan mulutku dengan tisu. Kutatap kedua bola matanya dengan tajam.
" Sejak awal, gue sudah bilang sama elo bahwa ga ada hubungan apapun di antara kita. Kita partner. Lo butuh gue, gue butuh elo. That's it."
Andi menyugar rambutnya dengan kesal, wajahnya memerah.
" Satu lagi, gue ga ingin kedekatan kita diketahui siapapun. Apalagi orang-orang kantor. Biarlah, mereka bermain dengan persepsi mereka sendiri. Gue ga peduli." ketusku.
Beranjak dari tempat duduknya, menuju kearahku. Andi memelukku dari belakang dengan posisi menunduk. Andi paling tau cara meredam emosiku yang mulai tersulut oleh perkataannya.
" Maaf. Oke, ga ada lagi paksaan tinggal bersama. Just stay with me, tonight ", lirihnya di telingaku.
Kutolehkan wajahku dan kutatap bola matanya lekat. Sejenak pandangan kami menyatu dan tanpa sadar jarak terkikis di antara kami. Refleks kupejamkan mata saat sesuatu yang kenyal mendarat di bibir.
🍀🍀🍀
Makasih yang udah mampir baca
Gimana... sudah kenal sama Renata, yang kepo ma lanjutannya...
Yuk vote n komen yang cantik biar semangat nulis 😘
Lop lop,
Askina
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro