Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

25.

Yuk, di-vote dulu, jangan lupa komen ya 🥰💚

Naya meletakkan tas di atas salah satu kursi santai. Pandangannya mengedar ke semua arah. Saat ini hanya ada satu keluarga kecil bahagia di sisi lain kolam renang. Kedua anaknya sedang bermain air bersama sang ayah. Ibunya duduk di pinggir sambil mengabadikan momen dengan kamera ponsel. Naya tersenyum, dia membayangkan keluarganya yang seperti itu.

"Ya ampun, kenapa aku mikirin Kak Rendra terus sih," keluh Naya sambil menepuk-nepuk pipinya pelan. "Kalau ada Loli, aku sudah dimarahin habis-habisan nih."

Naya membuka kemeja dan rok yang ia kenakan. Di baliknya sudah ada baju renang one piece membungkus tubuh mungilnya dengan apik. Wajah Naya berseri-seri. Dia melakukan pemanasan sebelum menceburkan diri ke dalam kolam renang.

Wanita itu berenang bolak-balik. Sejak hari pertama tiba di Manado, Naya tidak melewatkan satu hari pun tanpa menyentuh air. Entah itu berenang, snorkeling, atau main permainan olahraga pantai lainnya.

"Vella."

Naya menoleh. Dia tersenyum lebar sambil melambaikan tangan pada pria bule yang menyapanya barusan. Wanita itu menunggu hingga orang itu berenang sampai di tempatnya bersantai saat ini.

"Hi, Dave."

Pria bernama Dave itu menyisir rambutnya ke belakang dengan jari-jari tangannya. "You're alone?"

Naya mengangguk. "Loli pagi ini pulang ke Jakarta."

"And, you?"

"Aku masih mau bersenang-senang di sini."

Naya memandang ke depan. Kolam renang penginapannya ini menyuguhkan pemandangan hamparan laut dihiasi pegunungan. Tidak rugi Naya merogoh banyak uang untuk menginap di hotel ini. Sudah ada private beach, pemandangan bagus, kamarnya nyaman, makanannya pun enak.

"You seems troubled."

Naya terkekeh. "Sok tahu."

"What?" tanya Dave. Naya tiba-tiba berbicara menggunakan bahasa ibunya, tentu saja Dave tidak mengerti. "Are you cursing?"

"No, of course not," sanggah Naya. "You don't need to know."

"Okay then," ucap Dave tidak berniat menggali lebih jauh. Lagipula mereka baru kenal selama dua hari belakangan. Prinsipnya adalah have fun bersama tanpa mengusik kehidupan masing-masing.

"Aku renang dulu ya." Pria itu kembali berenang bolak-balik seperti Naya tadi.

Naya mengikuti. Dia menggerakkan tangan dan kaki, mendorong tubuhnya untuk bergerak maju. Naya tidak ingat kapan terakhir kali dia berenang sebebas ini. Sepertinya saat SMA. Ketika kuliah, Naya terlalu sibuk untuk pergi ke kolam renang dan lebih memilih olahraga di rumah.

Hampir satu jam lamanya Naya berada di dalam air. Dave bahkan sudah duduk di kursi santainya terlebih dahulu. Sebentar lagi matahari akan tenggelam, Naya ingin menikmati perubahan warna langit sambil menikmati orange juice.

"May I join you?" tanya Dave. Sebuah handuk sudah tersampir di bahunya. "Aku juga sendirian."

Naya mengangguk. Ia meletakkan tasnya di lantai. Tangannya masih sibuk mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Naya kemudian duduk di kursi santainya sendiri.

"Where is Jason?"

"Sleeping," jawab Dave. Ia mengerling. "Kami baru saja melewati malam yang panas. Dia terlalu lelah untuk bangun dari kasur."

Naya geleng-geleng sambil tertawa. Pasangan gay itu terlihat lebih bahagia dibandingkan Naya dan Rendra. Saling mengerti, saling memahami. Dave dan Jason ke Manado untuk bulan madu. Mereka jauh-jauh datang dari benua Eropa ke Indonesia untuk menghabiskan waktu bersama. Naya jadi iri. Paling mentok, Rendra hanya akan mengajak Naya jalan-jalan di mall. Itu pun Naya asyik masuk ke satu toko dan yang lainnya seorang diri.

Obrolan mereka terputus oleh seorang pelayan yang mengantarkan pesanan Naya. Dave sekalian memesan minuman dan camilan untuk dirinya sendiri.

"Naya!"

Wanita itu menoleh ke sumber suara. Matanya melotot melihat orang yang tidak disangka-sangka berdiri di sana. Rendra ada di Manado!

"Kak Rendra? Kok tahu aku ada di sini?" tanya Naya. Ia berdiri ketika Rendra berjalan dengan langkah lebar-lebar menghampirinya.

"Kak Rendra ngapain ... uhmp."

Ucapan Naya terputus. Mulutnya dibungkam oleh lumatan bibir Rendra. Tangan kiri pria itu mendekap pinggang Naya dan menariknya mendekat, tangannya yang lain menekan tengkuk Naya untuk memperdalam ciuman. Rendra menciumnya dengan brutal, hal yang tidak pernah Naya rasakan selama satu tahun lebih kehidupan pernikahan mereka. Naya juga heran, seingatnya, Rendra paling tidak bisa melakukan skinship di tempat umum.

Naya berusaha mengimbangi. Tangannya menarik kerah kemeja Rendra, memberi isyarat agar suaminya itu lebih merunduk. Bohong kalau Naya bilang dia tidak merindukan Rendra.

Nafas Naya habis, tapi Rendra tetap menggarap bibirnya tanpa ampun. Tangan Naya berusaha mendorong dada Rendra. Namun tenaganya kalah jauh dari sang suami.

"Slowly dude, kau menyakitinya," ucap Dave menginterupsi keintiman pasangan itu.

Rendra melepaskan pagutannya. Dia memandang ke dalam mata Naya dengan pandangan kesal. Tunggu, kesal? Seharusnya Naya yang berhak marah saat ini.

"Bukan begitu cara memperlakukan pasangan," ucap Dave menengahi acara saling tatap Naya dan Rendra.

"She is my wife," ucap Rendra sambil menghadap Dave. Tangannya merangkul pinggang Naya dengan posesif.

"Your... what?!" Dave terkejut. Pandangannya mengarah pada Naya, meminta penjelasan.

Naya tersenyum kikuk. "Yeah, we are couple. He is my husband."

"I thought Loli and you are...." Dave tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

Naya tertawa puas. Ia sampai memegangi perutnya yang kram. "We are bestfriend. Kau dibodohi olehnya, Dave."

"OMG! Dan aku percaya padanya!" seru Dave. "That little witch!"

Kening Rendra berkerut mendengar percakapan akrab itu. Dia jadi merasa terabaikan. Rendra datang jauh-jauh kemari untuk menyusul Naya, bukan untuk memergoki istrinya bermain belakang.

"Naya," panggil Rendra. Ia mengetatkan pelukannya di pinggang sang istri. Tatapan matanya menunjukkan perasaan tak nyaman.

"Oh ya, dia ini kenalanku selama di sini, Kak. Namanya Dave. Dari kemarin aku dan Loli hang out bareng sama dia," ucap Naya memberi penjelasan sebelum semuanya makin salah paham.

Rendra mengangkat kedua alisnya. "Teman?"

"Yes, just friend." Naya menoleh ke arah Dave yang memperhatikan mereka dengan raut wajah bingung. Tentu saja, Naya dan Rendra bicara menggunakan bahasa Indonesia. "Dave, this is Rendra."

"Nice to meet you," sapa Dave canggung. Rendra hanya mengangguk sebagai balasannya.

"Aku nggak suka kamu pakai baju terbuka kayak gini," protes Rendra. Dia tidak peduli dengan kehadiran pria bule di sana.

"Ini pantai, Kak. Wajar dong. Lagian ini lebih tertutup dibandingkan bikini yang tali-tali doang gitu," balas Naya.

"Sama aja. Badan kamu dilihat orang lain. Aku nggak suka."

"Ya kalau badan aku nggak kelihatan, aku invisible dong, Kak?" Naya memutar kedua bola matanya.

"Pakai baju kamu," perintah Rendra tegas.

Naya menghela napas. Dia meraih tasnya dan mengeluarkan bathrobe.

Merasa hanya menjadi pengganggu, Dave hengkang dari sana. Dia berpamitan pada Naya dan Rendra sambil membawa barang-barangnya. Dave tidak jadi menikmati sunset.

"Sudah nih," ucap Naya sambil menalikan bathrobe. "Kak Rendra belum jawab pertanyaan aku, kok Kak Rendra tahu aku ada di sini?"

"Dari Loli."

Naya menghela napas panjang. Ia bisa mengira. Pasti Loli merencanakan sesuatu dengan Gladis dan Ghina di balik punggung Naya. Mereka tidak bisa membiarkan Naya terus-terusan kabur dari masalah.

"Nggak kerja?"

"Ambil jatah libur," jawab Rendra.

Naya menghela napas. Jawaban Rendra kian singkat. Sudah pasti suaminya itu sedang marah.

"Duduk, Kak. Lihat sunset," ucap Naya. Dia sendiri sudah kembali duduk di kursi santai menghadap ke laut.

"Berdiri."

"Itu masih ada kursi di sebelah," ucap Naya tak mau kalah.

"Kamu aku pangku. Berdiri."

"Hah?" Naya makin tidak mengerti. Rendra sangat aneh.

Rendra menarik kedua tangan Naya. Istrinya itu mau tak mau bangkit berdiri. Benar saja, Rendra menyuruhnya untuk duduk di pangkuannya. Naya malu, tapi tidak kuasa menolak. Naya duduk menyamping. Ia tidak menikmati pemandangan matahari terbenam, Naya justru terpukau oleh pahatan indah di wajah Rendra.

"Jangan marah, Kak. Jangan cemburu juga," pinta Naya.

"Aku nggak marah, cuma kesal. Kalau masalah cemburu, ya, aku cemburu."

Naya tersenyum. Tangan kanannya terangkat untuk mengelus pipi Rendra. Entah mengapa hatinya senang saat mendengar pernyataan jujur bahwa suaminya itu cemburu.

"Gemes deh," Naya malah cekikikan.

Rendra mengambil tangan Naya dan menciumnya pelan. Hati Naya berdesir. Rendra melakukannya sambil tetap menatap ke dalam mata Naya. Itu sangat seksi!

"Lihat sunset aja," ucap Rendra. Ia menarik tubuh Naya agar bersandar padanya. Tangan Rendra menemukan posisi nyaman di pinggang Naya.

Naya bergeser sedikit. Ia meletakkan kepalanya di dada Rendra. Wanita itu memandang lurus ke depan. Langit sudah berubah warna menjadi jingga.

Suasana di kolam renang mulai ramai. Banyak pasangan maupun keluarga ikut menikmati pemandangan matahari terbenam di sana. Terdengar celotehan, pembicaraan dengan nada riang, bunyi kecipak air. Namun di dunia Naya dan Rendra hanya ada keheningan yang syahdu.

"Sayang," panggil Rendra pada Naya. Sang istri menoleh. Mereka saling bertatapan. Pandangan Rendra jatuh ke bibir tipis Naya. "Boleh, nggak?"

Naya mengangguk. Dia mengerti maksud si suami. Dirinya pun menginginkan Rendra. Mereka terbawa suasana romantisme matahari terbenam.

Jarak mereka terkikis. Bibir Naya bertemu dengan bibir Rendra. Mereka saling melumat. Ciuman kali ini lebih pelan, ciuman yang biasa mereka lakukan.

---

Rendra waktu tahu Naya membalas perlakuannya. Akhirnya bisa senyum lega setelah beberapa lama cuma bisa uring-uringan nggak jelas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro