you're the only thing I wanna touch 🔞
⚠️ : a hardcore smut, please be a wise reader. Thank you.
🎧 song recommendation for this chapter :
Ellie Goulding - Love Me Like You Do
[ Wooyoung X Seonghwa ]
Seharusnya Seonghwa tahu bahwa di antara ia dan Wooyoung tidak akan pernah terucap kata teman. Tidak, mereka bukan musuh, hanya saja keduanya melakukan lebih dari sekedar teman pada umumnya. Seonghwa kira, Wooyoung memang pribadi yang hangat dan ceria jadi ia tidak masalah ketika lelaki itu menyentuhnya, mencium pipinya, meremat pahanya sambil tersenyum polos tanpa dosa. Seonghwa kira itu biasa sampai Wooyoung menghampirinya di dapur dan berkata,
"Hyung, kau mau tidur denganku?"
Pada awalnya, Seonghwa terkejut. Ia sudah tahu konteks tidur yang Wooyoung maksud bukan sekedar menginap di apartemennya, karena Wooyoung memberi penawaran tersebut dengan gigitan bibir sensual dan nada merayu. Ujung jemarinya berkelana di pinggang Seonghwa, memberi sengatan listrik yang menghantarkan maksud dan tujuannya untuk menggagahi Seonghwa. Dan seperti yang Wooyoung duga, Seonghwa mengiyakan.
Jadi Wooyoung membawa Seonghwa pulang, ia menggenggam tangan Seonghwa dengan lembut dan memberi kecupan-kecupan ringan di wajahnya. Semua Wooyoung lakukan agar Seonghwa tak merasa gugup selagi ia menggiring Seonghwa ke dalam kamar.
"Kau sudah pernah berhubungan seks sebelumnya?"
Seonghwa mengangguk, "One night stand."
Wooyoung menyeringai remeh, namun kemudian ia mencium dahi Seonghwa dan menyuruh pria itu untuk menanggalkan pakaiannya sementara Wooyoung mengamati dalam diam. Seonghwa malu setengah mati, ia menunduk untuk menyembunyikan pipinya yang memerah.
"Jangan malu," Ucap Wooyoung sambil menyingkap kaosnya, berlanjut dengan menghempaskan celana panjangnya ke lantai.
Seonghwa mendongak dan pipinya semakin memerah, Wooyoung tidak memakai celana dalam sejak tadi. Bagaimana bisa? Itu berarti ia sengaja karena tahu bahwa akan menyetubuhi Seonghwa? Wooyoung gila, tapi Seonghwa lebih gila karena menuruti kemauannya.
"Gugup?" Wooyoung berjalan ke sisi tempat tidur untuk membuka laci nakas.
Seonghwa mengangguk.
"Kuharap kau tidak tambah gugup setelah melihat ini."
Sebuah dasi berwarna hitam bergoyang pelan di antara jemari Wooyoung. Pria itu mulai naik ke atas tempat tidur dan memposisikan tubuhnya di atas Seonghwa.
"Safe word?"
Seonghwa menelan ludah, "Apakah mengerikan sekali sampai kita membutuhkan safe word?"
"Hanya berjaga-jaga jika aku melakukannya di luar batas, aku tak ingin membuatmu tidak nyaman."
Butuh waktu untuk memikirkannya sampai Seonghwa mengatakan, "Blue."
Wooyoung tersenyum dan Seonghwa secara sukarela mengangkat tangannya ke atas agar tidak membuang waktu lebih lama. Dasi itu sudah mengikat kedua pergelangan tangan Seonghwa dengan sempurna, tapi tidak berakhir sampai disitu, Wooyoung membawa tubuh Seonghwa lebih tinggi agar dapat menyatukan dasi tersebut pada kepala ranjang. Seonghwa tidak bisa kabur sekarang.
Meski Wooyoung sungguh ingin menyetubuhi Seonghwa detik ini juga, ia tidak gelap mata. Wooyoung melakukannya dengan rileks dan tidak terburu-buru, ia melapisi jemarinya dengan lube untuk menginisiasi lubang Seonghwa. Pria di bawah dominasinya mengejang dengan kedua mata bundarnya menatap Wooyoung. Mereka baru saja menikmati ayam goreng dan beberapa kaleng bir di apartemen Seonghwa sambil menonton The Conjuring satu jam yang lalu, siapa sangka keduanya akan berakhir di apartemen Wooyoung untuk melakukan seks?
"Ahh..." Seonghwa terpejam, menyukai sensasi dingin dari lube dan tiga jemari Wooyoung yang bergerak di dalam lubangnya dengan sensual.
Namun rasa nikmat itu harus terhenti karena Wooyoung menariknya keluar tanpa aba-aba, Seonghwa merengek dan Wooyoung mencengkram dagunya.
"Be patient."
Seonghwa mengangguk takut, tangannya bergerak-gerak di antara ikatan dasi itu. Wooyoung menatapnya sejenak dan kembali meraih sesuatu di dalam nakas. A blindfold.
"Kenapa? Kau berpikir bahwa ini tidak adil?" Tantang Wooyoung, ia bahagia melihat raut wajah Seonghwa yang hendak protes namun urung karena penutup mata itu telah terpasang dengan baik. "Deep breath, baby."
"Wooyoung--ahhh.."
Tak perlu waktu lama bagi Seonghwa untuk mendesah karena kejantanan Wooyoung telah memasuki lubangnya, bergerak dengan tempo lambat untuk menyatukan tubuh keduanya. Seonghwa ingin sekali melepas penutup mata sialan ini agar ia bisa melihat Wooyoung dengan leluasa, tapi ia seorang submisif di sini. Seonghwa harus menuruti apa mau Wooyoung, jadi ia cukup menikmati apa yang sedang terjadi. Bagaimana kedua tangan Wooyoung mencengkram sisi kiri dan kanan pinggang Seonghwa untuk mempercepat gerakan pinggulnya, menumbuk lubang hangat Seonghwa dan menimbulkan kecipak basah yang bergairah.
"Fuck, Seonghwa." Wooyoung menggigit bibir, ia tak pernah melihat temannya itu menjadi seindah ini sebelumnya. Kedua tangan terikat dan penutup mata serta bibirnya yang terbuka untuk mendesah, apalagi lubangnya yang berkedut meminta untuk diisi terus menerus. Seharusnya Wooyoung mengajak Seonghwa melakukan ini sejak dulu.
"Wooyoung...Wooyoung!" Peluh mengalir dari rambut Seonghwa, ia bisa merasakan bibir Wooyoung meninggalkan banyak ciuman di dada dan putingnya, menghisap di sana. Jemari Wooyoung meraih penutup mata itu dan melepasnya, membuat Seonghwa dapat menatap wajah tampan Wooyoung yang kini menyeringai padanya. Ia melirik ke bawah untuk melihat kejantanan Wooyoung dan Seonghwa malu bukan kepalang. Namun sensasinya luar biasa, terlebih Seonghwa merasakan pencapaiannya hampir sampai sebentar lagi.
Tapi Wooyoung telah lebih dulu membalik tubuhnya, membuat posisi Seonghwa kini menungging dengan tangan mencengkram kepala ranjang. Wooyoung menarik penisnya keluar dan Seonghwa merasakan kehampaan melanda, hanya sebentar karena kemudian Wooyoung menghantam titik nikmatnya dua kali lebih keras.
"I want you to count." Ucap Wooyoung.
Satu tamparan mendarat di bokong mulus Seonghwa.
"One."
Lagi.
"Two."
Plak!
"Three."
Lagi.
"Four."
Dan terakhir.
"Five." Seonghwa meringis, rasanya sakit dan sedikit panas namun nikmat. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Wooyoung sedang menciumi punggungnya, turut meninggalkan bekas kemerahan di sana. "Nghhh--Wooyoung.."
Tak ada lagi Park Seonghwa yang manis dan ramah, yang ada hanyalah Park Seonghwa yang sedang menungging dengan tubuh indah mulusnya dan mendesah agar Wooyoung bergerak lebih cepat, menumbuk liang hangatnya untuk mencapai pelepasan.
"Ahh--fuck." Wooyoung memegangi pinggang Seonghwa lebih erat dan merasakan tubuh pria itu mengejang, tanda bahwa ia akan keluar. Benar saja, tak lama kemudian Seonghwa mencapai orgasmenya, disusul Wooyoung dengan melakukan hal yang sama. Mengisi penuh lubang Seonghwa dengan spermanya.
Seonghwa ambruk dengan napas terengah-engah, ia membiarkan Wooyoung melepas ikatan dasi secara perlahan dan mengusap pergelangan tangannya yang kini memerah. Tidak sakit hanya saja rasanya tidak nyaman, andai Seonghwa bisa mengatakannya sejak tadi. Wooyoung mengusap dahi Seonghwa yang basah oleh keringat lalu pergi sebentar untuk mengambil sebotol air mineral dari kulkas.
"Minum dulu, aku tahu tenggorokanmu sakit."
Seonghwa menurut, ia meneguk air dingin itu dengan rakus dan tersenyum lemah setelahnya, "Terima kasih."
"Mau mandi? Akan kusiapkan air hangat."
"Denganmu?"
Wooyoung menggeleng, "Tidak, kau sendiri."
Hal itu menyakitkan untuk di dengar jadi Seonghwa hanya diam dan bergelung di tempat tidur. Wooyoung tampaknya mengerti jadi ia pergi ke kamar mandi untuk mengusapi tubuh Seonghwa dengan handuk.
"Kenapa kau tidak ingin mandi bersamaku?" Tanya Seonghwa.
"Hyung, hubungan kita tidak sejauh itu."
"Jadi menurutmu yang barusan kita lakukan itu bukan apa-apa?"
Wooyoung menghela napas dan mengusap pipi Seonghwa dengan lembut, memandangi kedua mata indah yang tengah berkaca-kaca itu.
"Kau bahkan tidak menciumku." Bisik Seonghwa.
"Hyung ingin dicium?"
Seonghwa membuang muka, cemberut. Wooyoung mengangkat tubuh telanjang lelaki itu ke gendongannya, membawa Seonghwa ke dalam kamar mandi dan mendudukkan pria itu secara perlahan di bathroom counter. Mereka saling memandang untuk sejenak, Seonghwa baru menyadari bahwa Wooyoung terlihat sangat tampan sekarang, begitu juga sebaliknya. Lalu bibir keduanya bertemu dengan intensitas lembut, Wooyoung hati-hati sekali ketika mencium Seonghwa, memagut bibir bawah sang submisif tanpa dihalangi kabut napsu.
"Hyung."
"Hmm?" Jawab Seonghwa setengah sadar, ia lelah dan masih terbuai akan ciuman Wooyoung, jadi sulit untuk fokus pada perbincangan yang terjadi.
"Tunggu di sini, akan kusiapkan air hangat."
"Untukku?"
Wooyoung menggeleng, mengecup sekali lagi bibir Seonghwa dan berbisik, "Untuk kita."
Memang mudah bagi Wooyoung untuk mempermainkan Seonghwa, tapi itu tidak masalah, karena Seonghwa dengan senang hati akan tunduk di bawah kendali Wooyoung.
*****
A/N :
Oneshot ini tercipta karena aku abis rewatch Fifty Shades Of Grey. Oke kalo gitu aku gak bakal rewatch lagi baik film satu, dua, dan tiganya karena nanti malah menghasilkan another oneshot tidak senonoh 😓
Belom pernah nulis WooHwa sekalinya nulis langsung begini yaaa yeosha kamu hebat sekali 🤟
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro