
you're beautiful here the way you are
nb : hybrid au aka Yeosang as hybrid maltese 😙
🎧 song recommendation for this chapter :
Fromis_9 - Feel Good (SECRET CODE)
[ Mingi X Yunho ft Yeosang ]
"Aku ingin punya anjing."
Yunho menoleh setelah mendengar perkataan suaminya, ia mengangkat alis sementara Mingi kembali berbicara.
"Anjing kecil saja, kalau bisa warnanya putih. Coklat muda juga bagus."
"Apa yang membuatmu tiba-tiba menginginkan seekor anjing?"
Mingi mengangkat bahu, "Entahlah, sepertinya menyenangkan jika ada seekor anjing kecil yang menyambutku ketika pulang kerja."
Yunho meletakkan majalah yang dibacanya lalu mengernyitkan dahi, "Kau tidak mau punya anak dan sekarang menginginkan seekor anjing yang akan menyambutmu sepulang kerja, apakah aku tidak berguna lagi untukmu?"
"Bukan begitu, Sayang." Mingi beringsut merengkuh Yunho dari samping, sesekali memberi ciuman-ciuman kecil pada pipinya.
Yunho terkekeh, "Aku tahu, aku hanya bercanda."
"Kalau begitu, ayo pelihara anjing."
"Tidak mau, pekerjaan rumahku sudah banyak dan merepotkan. Seekor anjing akan membuatku semakin lelah karena mengurusinya sepanjang hari."
Mingi merengek, namun Yunho tak menggubris. Ia kembali membaca majalahnya sementara Mingi membenamkan wajah di lengan Yunho, tak luput dari bibirnya yang masih mengerucut karena merajuk. Ia akan membujuk Yunho sampai suaminya itu mau memelihara seekor anjing di rumah mereka.
*****
"Sudah kubeli untukmu."
"Sungguh? Kau benar-benar membeli Pop Tarts rasa kayu manis?"
Yunho memutar bola mata, setengah kesal karena Mingi terus meneror dirinya yang tengah memasukkan kantong-kantong belanja ke bagasi mobil. "Ya, sudah kubelikan tiga kotak. Kau puas?"
"Yes! Thank you, Yunho."
"Baiklah, aku harus pergi. I love you."
"I lovelovelovelove you!"
Panggilan telepon keduanya terputus dengan senyum kecil menghiasi wajah Yunho. Suaminya itu memang banyak mau tapi Yunho selalu menuruti sepenuh hati, tipikal budak cinta.
BRAK!!
Yunho menoleh ketika salah satu kantong belanjaannya terjatuh dari bagasi, ia terdiam sejenak sebelum menyadari bahwa kantong belanja itu bergerak menjauhi dirinya.
"HEY!!" Sekuat tenaga, Yunho berusaha menariknya kembali kemudian menghela napas ketika belanjaannya tidak hilang satupun. Tapi kini tas plastik itu sobek dan kotak-kotak Pop Tarts pesanan Mingi berhamburan.
"What the..." Helaan napas Yunho lontarkan dari bibirnya, ia membungkuk untuk mengambilnya satu persatu sambil merutuk diri karena terlalu asik teleponan dengan suaminya sampai tidak menyadari bahwa kantong belanjanya hampir dicuri oleh orang asing.
Tunggu, benarkah seseorang yang melakukannya? Karena Yunho tak sempat melihat wujudnya. Siapapun yang melakukan pencurian terhadap belanjaannya pasti sangat gesit terbukti dari aksinya barusan. Usai merapikan kembali belanjaan dan menutup bagasi, Yunho memutuskan untuk menyelidiki makhluk apa yang mengusiknya tadi.
"Aku tahu kau di sana. Keluarlah." Yunho berujar pada semak-semak di hadapannya, ia bisa dikira orang gila karena berbicara pada rumput.
Semak itu bergoyang dan Yunho memperhatikannya lamat-lamat, kemudian tampak kedua kaki disertai tubuh dan kepala serta anggota badan lengkap lainnya. Ternyata seorang anak kecil, laki-laki, usianya mungkin sekitar tujuh tahun. Pakaiannya kotor akibat bersembunyi di semak-semak, meski begitu wajahnya menggemaskan dengan telinga anjing dan ekor putih yang bergerak-gerak.
Tunggu, apa?
"Kau..." Yunho tak bisa menemukan kata untuk mengungkapkan rasa terkejutnya. Anak itu menatap Yunho bingung ia berjalan mendekat kemudian membuka mulut.
"Apakah kau punya makanan?"
Anggukan Yunho membuat anak itu berbinar.
"Apakah aku boleh minta?"
Walau sangat terkejut tapi Yunho lebih merasa iba. Ia sangat tahu makhluk apa yang berada di hadapannya ini. Sangat berbahaya jika hybrid berkeliaran di alam bebas, mereka bisa ditangkap dan seperti yang Yunho sering dengar hybrid diperdagangkan untuk dijadikan budak atau lebih mengerikannya lagi pekerja seks.
"Boleh, tapi sebelum itu boleh kutahu siapa namamu?"
Telinga anjingnya bergerak naik, "Yeosang."
Yunho ingin sekali merengkuhnya tapi tak mungkin ia lakukan, sebagai gantinya Yunho menggenggam lengan Yeosang kemudian membawa hybrid itu masuk ke mobil.
*****
Yeosang sangat menyukai tumis sosis asam manis yang Yunho masak sebagai menu makan malam. Hybrid itu tahu cara menggunakan sendok dan garpu, ia dengan cepat mengunyah nasi dan sosis sampai mulutnya penuh sehingga kedua pipinya menggembung lucu. Yunho senang melihatnya, terlebih ekor Yeosang yang bergerak ke kiri dan kanan tanda bahagia.
"Sudah berapa lama kau tinggal di semak-semak itu?" Yunho mengambil selembar tisu untuk menyeka saus di sudut bibir Yeosang.
"Entahlah, aku tidak ingat."
"Bagaimana cara kau mendapatkan makanan?"
Yeosang mengunyah terlebih dahulu sebelum menjawab, "Terkadang aku mengorek sampah, tapi jika sedang beruntung beberapa orang akan memberi sejumlah makanan mereka padaku."
Hati Yunho nyeri mendengarnya. Hybrid sekecil Yeosang yang tidak tahu apa-apa harus bertahan hidup di dunia yang kejam ini.
"Apakah seseorang pernah membawamu pulang?"
Yeosang menggeleng, "Mereka mungkin peduli padaku tapi hanya sekedar memberi makan, manusia terlalu takut untuk mempunyai hybrid di rumah mereka. Terlalu beresiko, katanya."
Yang Yeosang katakan benar, Yunho bahkan terpukau dengan pemikirannya yang seperti orang dewasa.
"Tapi kau membawaku pulang. Kau juga memberiku makan." Yeosang tersenyum, telinganya bergerak-gerak. "Aku boleh tinggal di sini untuk sementara kan?"
"Sayang, aku pulang!"
Yunho mengerjap, menyadari bahwa pintu depan terbuka dan menampakkan suaminya yang baru pulang kerja. Mingi melepas sepatu beserta mantel kemudian mendatangi Yunho yang berada di ruang makan sebelum pandangannya jatuh pada Yeosang.
"Yunho?"
"Ya?"
"Kenapa ada seekor hybrid di sini?"
Yunho menggaruk kepalanya, ia menatap Yeosang dan Mingi secara bergantian, "Yeosang, habiskan makananmu. Aku akan kembali sebentar lagi."
Mingi yang masih bertanya-tanya melayangkan protes kecil ketika Yunho menarik lengannya ke ruang tamu.
"Apa yang terjadi?"
"Aku menemukan hybrid itu di semak-semak saat pergi ke minimarket. Ia mencuri Pop Tarts milikmu--"
"APA?"
"SHHH!!!" Telunjuk Yunho menahan bibir Mingi agar kembali diam. "Dengarkan penjelasanku dulu. Ia mencuri Pop Tarts milikmu tapi aku berhasil merebutnya. Nama hybrid itu Yeosang, selama ini ia tinggal di semak-semak dan manusia yang berbaik hati terkadang memberinya makan. Aku kasihan padanya, Mingi, jadi kubawa ia pulang."
Mingi terlihat kesal, mungkin lebih tepatnya marah. Ia enggan menatap Yunho selama beberapa saat sebelum berucap.
"Kau tahu aku tidak suka tentang hal ini kan?"
"Tapi kau bilang kau ingin punya anjing." Yunho membela diri.
"Seekor anjing sangat berbeda dengan hybrid, Yunho. Bagaimana bisa kita merawatnya dan apa yang akan terjadi jika tetangga mengetahui tentang Ryusang?"
"Namanya Yeosang."
"Aku tidak peduli. Aku tidak suka makhluk itu berada di sini, ia hanya akan membebani kita dan kau tahu ia separuh manusia dan jika kita memutuskan untuk merawatnya itu berarti ia butuh sekolah, bagaimana bisa kita mendaftarkannya sebagai seorang siswa? Tidakkah kau berpikir tentang hal itu sebelum membawanya pulang?!"
Yunho kembali merasakan nyeri pada hatinya, tak menyangka Mingi akan berteriak padanya seperti itu.
"Kau benar, aku tidak berpikir sejauh itu ketika membawanya pulang. Itu karena aku tidak memakai otak tapi hati nurani. Aku kasihan padanya dan aku tidak bisa membiarkan Yeosang mati kedinginan serta kelaparan di luar sana. Hanya karena ia hybrid bukan berarti ia sehina itu untuk kau pandang rendah. Kau tidak pernah mau punya anak, aku menghargai keputusan itu. Sekarang, kau juga harus menghargai keputusanku untuk membiarkan Yeosang tinggal di sini."
Yunho berbalik, meninggalkan Mingi yang terdiam di tempatnya. Jika Mingi sama seperti kebanyakan orang yang mengabaikan Yeosang, maka Yunho kebalikannya. Ia peduli, ia ingin Yeosang berada di sini.
*****
"Aku mendengarmu berbicara dengannya tadi." Ujar Yeosang ketika Yunho tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk sehabis mandi.
"Dia suamiku, namanya Mingi."
Yeosang mengangguk-angguk, "Mingi tidak suka aku ya?"
Yunho tersenyum, "Ia hanya butuh waktu untuk dapat menerima situasi saat ini, aku akan berbicara padanya lagi nanti. Kau tidak perlu khawatir."
"Aku bisa pergi jika itu yang kalian mau." Yeosang bergumam, ujung jarinya meremat kaos kebesaran yang tengah ia kenakan.
"Tidak, kau akan tetap di sini. Aku tidak bisa membiarkanmu kembali ke semak-semak itu lagi."
Yunho dikejutkan dengan Yeosang yang tiba-tiba memeluknya, sedikit membuat Yunho terperanjat.
"Terima kasih."
Hati Yunho menghangat dengan cepat, ia melepas pelukannya lalu menatap Yeosang seksama. Yunho tak dapat menahan jarinya, dicubitnya pipi Yeosang lalu mengusap telinga anjingnya perlahan.
"Sekarang kau sudah bersih dan wangi. Waktunya tidur, Yeosang. Selamat malam."
"Selamat malam." Yeosang melambaikan tangan sampai Yunho menghilang dari pandangannya ketika menutup pintu kamar tamu.
Yunho menghela napas, sekarang ia sendiri harus menghadapi Mingi. Mereka tidak berbicara sejak adu mulut tadi dan Yunho berencana tetap begitu. Ia hanya diam ketika masuk ke dalam kamar dan langsung berbaring di ranjang, membelakangi Mingi.
"Yunho."
Tak ada jawaban. Mingi menghela napas.
"Aku minta maaf karena membentakmu tadi, seharusnya tidak kulakukan itu padamu."
Yunho tak menjawab, matanya tertutup rapat meski telinganya terbuka lebar untuk terus mendengar rasa bersalah suaminya.
"Aku juga minta maaf karena telah berbicara buruk pada Yeosang."
Merasa kasihan, Yunho akhirnya membuka mulut.
"Kau tahu? Yeosang mendengar tentang perkataanmu tadi. Ia bahkan berniat untuk pergi karena kau tidak menyukainya."
"Aku tidak bermaksud seperti itu."
"Kalau begitu minta maaf padanya besok pagi."
"Akan kulakukan."
Yunho masih belum mau menatap Mingi, "Aku memaafkanmu. Sekarang tidurlah, kita akan membahasnya lagi besok."
"Peluk?"
Sambil menahan senyum, Yunho menjawab dengan cuek. "Ya, boleh."
Tak butuh waktu lama untuk Mingi melingkarkan kedua tangannya di tubuh Yunho, merapatkan jarak mereka di bawah hangatnya selimut. Mingi bilang hanya peluk tapi buktinya ia mencuri satu ciuman di pipi Yunho. Suaminya itu tidak protes, terlalu mengantuk untuk menggubris Mingi.
*****
Biasanya, Mingi selalu bangun lebih siang di akhir pekan daripada Yunho. Tapi hari ini kebalikannya, Mingi bangun lebih dulu dan setelah memberi satu kecupan ringan di dahi Yunho yang masih terlelap, ia melangkah keluar dari kamar.
"Selamat pagi."
Mingi menoleh, mendapati Yeosang sedang tersenyum sambil menatapnya di sofa ruang tengah.
"Hai." Mingi tidak tahu harus berkata apa tapi instingnya mengambil alih, "Kau lapar?"
"Ya."
"Baiklah, akan kubuatkan sarapan."
Yeosang turun dari sofa dan aksinya seketika mengejutkan Mingi.
"Apa yang kau lakukan?"
Yeosang mendongak, "Menggenggam tanganmu."
Mingi tersenyum canggung tapi membiarkan tangannya digenggam Yeosang sementara keduanya berjalan ke dapur. Yeosang menolak duduk di atas kursi sehingga mau tak mau Mingi harus menggendong tubuhnya.
"Aku akan membuat toast, kau mau?"
"Apa itu toast?"
"Roti panggang, bisa dimakan dengan selai buah atau madu."
Kedua mata Yeosang berbinar, "Aku mau! Aku mau!" Buntutnya yang bergoyang kesana kemari mengenai lengan Mingi dan sedikit terasa geli.
Meski kesusahan karena harus membuka kulkas untuk menyiapkan bahan-bahan dengan tangan kirinya yang masih menggendong Yeosang, Mingi tidak mengeluh. Ia menunjukkan cara memanggang roti di toaster juga menyiapkan selai dan madu sebagai pendampingnya. Sambil menunggu roti tawar matang, Mingi menuang susu ke dalam gelas. Dua gelas besar untuk dirinya dan Yunho serta mug kecil berwarna kuning untuk Yeosang.
"Huh? Mingi, rotinya melompat!"
Mingi terkekeh, "Ya, itu tandanya sudah matang tapi masih terlalu panas untuk dimakan."
"Jadi kita masih harus menunggu?"
"Ya."
Mingi terlalu sibuk meladeni ocehan Yeosang sampai tak sadar bahwa Yunho tengah memandangi mereka dengan senyum di wajahnya. Berbeda sekali dengan Mingi yang kemarin tidak terima adanya hybrid di rumah mereka, sekarang Mingi malah menerima Yeosang dengan tangan terbuka. Mingi bahkan menggendong hybrid itu erat-erat.
"Good morning."
Yunho berjalan menghampiri suaminya, tak lupa memberi ciuman yang biasa mereka lakukan setiap pagi.
"Morning, babe. Aku dan Yeosang memanggang roti untuk sarapan kita."
"Benarkah?"
"Ya! Tapi Mingi bilang rotinya masih panas dan kita harus memanggang lagi karena dua lembar roti saja tidak cukup."
Yunho tersenyum, diusapnya perlahan telinga anjing Yeosang yang halus. "Tidak apa-apa, sarapan tidak harus dilakukan dengan buru-buru apalagi ini adalah akhir pekan."
Yeosang mengangguk mengerti, ia kembali menatap Mingi yang sedang memasukkan lembaran roti baru ke toaster.
"Sayang, ada apel dan pir di kulkas. Bisa kau potong beberapa untuk sarapan?" Pinta Mingi.
"Tentu, biar aku yang menggendong Yeosang, kau pasti kerepotan."
"No, it's fine. Yeosang masih ingin bersamaku, iya kan?"
Hybrid anjing itu mengangguk kemudian melingkarkan kedua lengannya pada leher Mingi, memeluk pria itu erat-erat. Yunho tersenyum lebih lebar, ia berbalik untuk mengambil beberapa potong apel dan pir yang berada di kulkas. Tanpa Yunho ketahui bahwa Mingi diam-diam mengusak rambut Yeosang lalu memberi kecupan singkat di antara kedua telinga anjingnya.
*****
A/N :
Aku tidak menyangka kalo oneshot ini bakal segemes itu 😫😫😫 mungkin efek udah lama gak nulis hybrid dan ditambah ada unsur family au 😍
Terima kasih sudah mau baca 🐶🤍
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro