Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I never said thank you for that, I thought I might get one more chance

🎧 song recommendation for this chapter :
Jimmy Eat World - Hear You Me

[ Mingi X Yunho ]

"Aku akan pergi ke Sydney dua hari lagi dan kemungkinan akan stay di sana untuk beberapa hari." Ucap Mingi sambil mengetik sesuatu pada ponselnya. "Aku sudah reservasi makan malam di Four Seasons pukul tujuh dengan menu-menu favoritmu dan fruit tart sebagai pencuci mulut, aku tahu kau menyukainya."

Yunho tidak bereaksi apa-apa, ia hanya mengaduk-aduk pasta carbonara di atas piring yang tak ingin disantapnya lagi sambil mendengar Mingi mengoceh.

"Siangnya kau bisa berbelanja atau mungkin treatment di klinik Dokter Choi, mungkin sebelum itu kau bisa brunch lebih dahulu." Mingi akhirnya mendongak untuk menatap kekasihnya. "Apakah hal itu cukup untukmu?"

"Bagaimana dengan jet pribadi?"

"Okay, aku akan menyiapkannya—"

"What else?"

Mingi mengernyitkan dahi, "What do you mean?"

"Jadi jika aku benar-benar meminta jet pribadi dan kapal pesiar kau akan menyiapkannya?"

"Tentu, kau pacarku, Yunho."

"Lusa itu hari jadi kita yang ke dua tahun."

"That's why aku menyiapkan yang terbaik untukmu."

Yunho mendengus, "Kau membuat reservasi makan malam yang akan kuhadiri seorang diri?"

"Sayang, kau tahu kalau aku sangat sibuk, kan?"

"Jika kau tidak bisa hadir maka jangan reservasi."

Mingi mengusap pelipisnya, pening dengan adu mulut yang menurutnya tidak perlu. "Aku melakukan semua yang terbaik untukmu."

"Aku tidak pernah memintanya."

"Itu sudah menjadi tugasku."

"Itu bukan kewajibanmu."

"Yunho, aku tidak ingin kita bertengkar."

Yunho tidak menjawab, tetapi dari kedua matanya yang berkaca-kaca, Mingi tahu ia sudah membuat perkara.

"Sayang."

"Aku tidak pernah mengeluh jika kau ingin melakukan perjalanan bisnis, kau juga melakukannya pada hari jadi kita yang ke satu tahun. Kau pergi ke Helsinki selama seminggu saat itu dan aku selalu menunggumu di sini. Aku hanya tidak menyangka kalau kau akan melakukannya lagi di hari jadi kita yang ke dua tahun." Yunho mengatur napasnya yang patah-patah. "Tapi yang membuatku terluka adalah bukan karena kau pergi jauh, tetapi karena kau mengira aku akan baik-baik saja dengan segala fasilitas yang kau siapkan. Makan malam seorang diri di hotel berbintang dan brunch tanpa ditemani, kau bahkan menyiapkan private jet untukku hanya karena aku meminta. Bila aku meminta kau untuk tidak pergi, akankah kau mengabulkannya?"

Mingi terdiam, ia tidak pernah menyangka perkataan itu akan terlontar dari bibir sang kekasih. Memorinya terputar pada malam-malam di mana ia meninggalkan Yunho untuk bepergian keliling dunia, mengembangkan bisnis yang dirasa menguntungkan tanpa memikirkan kekasihnya yang kesepian.

"Sayang, kau tahu ini bagian dari pekerjaanku."

Kali ini Yunho yang terdiam, lalu ia mengangguk dan berdiri. Final. Cukup sudah. Perasaannya tidak sepenting itu untuk Mingi anggap sebagai sebuah huru hara. "Aku pulang dulu. Have a safe trip, Mingi."

Yunho tidak suka dikejar, jadi Mingi hanya bergeming menatap kekasihnya melangkah pergi dari apartemennya.

*****

Di hadapan Yunho ada sepiring salad dengan perasan lemon sebagai makanan pembuka. Salad itu sudah teronggok di sana selama dua puluh menit dan Yunho tidak menyentuhnya sama sekali. Ia hanya memandanginya, berharap salad itu akan habis dengan sendirinya. Malam ini adalah hari jadi mereka yang ke dua tahun dan ironisnya Yunho tetap datang untuk memenuhi reservasi yang Mingi buat untuknya. Kursi di depannya kosong, tak ada tanda-tanda kehadiran sang kekasih yang mengisi. Yunho bodoh karena berharap. Ia sempat merutuki diri sendiri karena merasa egois, harusnya ia bisa lebih mengerti keadaan Mingi yang sibuk, tapi di satu sisi Yunho merasa pantas mengatakan seluruh isi hatinya, bahwa ia ingin Mingi tetap tinggal untuk merayakan anniversary hubungan mereka.

Yunho mengabaikan semua pesan dan panggilan telepon dari Mingi namun tetap berakhir duduk di sini, menghargai reservasi yang sudah Mingi buat untuknya, walau hati Yunho tercabik-cabik kesepian. Diraihnya garpu dan mulai menyendokkan sesuap salad ke dalam mulut. Rasanya asin, mungkin karena bumbunya, atau mungkin karena bercampur dengan air mata yang sudah lebih dulu mengalir dari pipi hingga ke bibir. Yunho menelan saladnya, mengusap air mata dengan punggung tangan, menyuap sesendok lagi, begitu seterusnya. Anehnya, salad itu tidak kunjung habis, hanya air matanya yang semakin deras. Diletakkannya garpu karena Yunho tak mau memakannya lagi, ia meraih beberapa lembar tisu lalu mengusap matanya yang basah, gumpalan-gumpalan putih dengan cepat memenuhi meja.

Mungkin karena efek terlalu banyak menangis dan membuatnya kepalanya pusing, Yunho jadi berhalusinasi kalau Mingi sedang duduk di hadapannya sekarang. Hanya berbentuk bayang-bayang karena air mata masih memenuhi kedua netranya, namun sosok bertubuh tegap itu ada di sana dengan aroma parfum kelapa dan coklat yang menjadi kesukaan Yunho selama enam bulan terakhir.

"Kau pasti sedang membicarakan prospek bisnismu yang unggul itu di Sydney, kau dengan orang-orang sibuk lainnya yang mungkin masih bisa menyisihkan waktu untuk kekasih tersayangnya." Yunho mendengus sambil tertawa remeh. "Kenapa aku jadi berhalusinasi kau benar-benar datang?"

"Karena aku ada di sini." Suara berat itu menjawab.

Yunho mengucek matanya kemudian mengerjap untuk memastikan kalau ia masih waras dan setelah pandangannya tidak kabur dan berbayang lagi, napasnya tercekat. Mingi, kekasihnya, benar-benar ada di sana, duduk di hadapannya dengan raut wajah paling merasa bersalah yang pernah Yunho lihat.

"Mingi?"

"Iya, Sayangku."

"Kau seharusnya tidak berada di sini."

Mingi menggeleng, "Aku memang seharusnya berada di sini, bersamamu untuk merayakan anniversary kita. Aku bodoh karena meninggalkanmu sendirian."

"Kau memang bodoh."

Mingi mengangguk.

"Kau bodoh, tidak berperasaan, tidak berempati, pria paling bodoh di dunia." Yunho mengusap hidungnya. "Kau membuatku menyantap salad bercampur air mata sementara kau hanya diam memandangiku menangis. Aku benci sekali padamu."

"Aku juga benci diriku karena membuatmu terluka." Mingi meraih tangan Yunho untuk digenggam, "Aku minta maaf—"

"Kau menggenggam tanganku yang habis mengusap ingus."

Mingi tampaknya tidak peduli dengan hal itu. "Aku minta maaf karena membuatmu harus menyantap salad air mata, karena meninggalkanmu, karena membuatmu kesepian, dan membuatmu menangis. Aku bodoh karena menyia-nyiakanmu, Yunho. Maukah kau memaafkanku? Aku tidak bisa menjanjikan sosok pacar yang sempurna untukmu tetapi aku bisa meminimalisir sifat dan perilaku yang tidak sempurna agar tidak kehilanganmu."

Yunho tertegun, itu mungkin perkataan paling romantis yang pernah Mingi ucapkan, entah pacarnya itu belajar dari mana, tapi melihat kegigihan Mingi untuk berubah meluluhkan hati Yunho.

"Aku memaafkanmu. Aku tidak menuntutmu untuk terus berada di sisiku hanya saja jangan menggampangkan momen spesial kita dan menggantinya dengan uang atau kemewahan, aku tidak butuh itu, Mingi. Kau tahu kalau aku tulus mencintaimu, bukan?"

Mingi mengangguk. "Aku mencintaimu."

Yunho tersenyum. "Kau mungkin ingin membersihkan tanganmu sekarang."

Mingi tidak melakukannya, menjijikkan. Pandangannya jatuh pada piring salad Yunho. "Kau masih ingin makanan utama?"

Yunho berpikir sejenak lalu mengangguk.

"Aku ingin burger." Celetuk Mingi.

"Oke, kita pesan burger sebagai main course."

"Bukan, maksudku burger sapi di kedai 24 jam yang kita makan waktu kencan pertama. Kau mau?"

Yunho menahan senyum, Mingi masih mengingatnya. "Mau."

Dan Mingi berdiri, masih dengan tangannya yang saling menggenggam dengan Yunho, ia mengajak lelaki itu untuk beranjak pergi. Namun sebelum mereka melangkah, Mingi menarik Yunho ke dalam pelukannya, mendekapnya erat-erat.

"Happy anniversary, my love, my eternity, Jeong Yunho."

Mungkin Mingi tidak seburuk itu, mungkin Yunho tidak sebenci itu pada Mingi, dan mungkin Yunho mencintai Mingi lebih dari apa pun di dunia ini.

*****

A/N :

Halo, rasanya udah lama banget aku gak comeback nulis huhuhu maaf yah 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 Terima kasih sudah mau baca dan meninggalkan jejak 🌸💕🫶🏻

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro