Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Penyesalan Adit

Bersikaplah sebagai laki-laki sejati. Jaga apa yang sudah Allah amanahkan padamu, sebelum kamu menyesal saat dia pergi. Dan berusahalah menerimanya jadi bagian hidupmu. Jika dia tak sesempurna yang kamu mau, maka tugasmu adalah meluruskan. Bukan menghakimi.
Perlu kamu ingat, Allah selalu punya alasan terbaik dari setiap takdir-Nya.

**********

Adit melangkah masuk ke gedung yang bertuliskan A&K Pasifik Indonesia di bagian depan kantor. Perusahaan yang dibangun susah payah oleh Kakeknya itu, kini mengalami kemajuan pesat beberapa tahun terakhir. Hingga menurut data KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) menjadi perusahaan penyumbang Lifting (Penghasil migas) terbesar di Indonesia dengan pencapaian 230. 455 bph (barel per hari). Dan ini berkat semua dedikasi orang-orang di dalamnya. Seperti biasa saat laki-laki itu masuk, beberapa karyawan selalu menyapanya dengan ramah. Termasuk beberapa karyawan wanita.

"Selamat pagi, Pak Adit." Adit hanya menjawab sapaan mereka dengan senyum sopan. Hingga ia melewati sekelompok karyawan wanita yang sedang asyik bergosip.

"Pagi, Pak Adit. Makin ganteng aja, sih,” goda salah satu karyawannya. Adit hanya tersenyum kecil, dan menggeleng melihat tingkah mereka. Lalu terdengar cekikikan mereka saat ia berlalu. Sudah biasa seperti itu, dan Adit tak pernah ambil perduli. Setelah sampai di ruangannya, ia langsung mengerjakan setumpuk dokumen yang kemarin sempat terbengkalai. Ketika tiba-tiba suara Abi datang menginterupsi.

"Apa kamu sibuk?" tanya Abi pada laki-laki itu. "Tidak, Bi. Aku hanya sedang menandatangani beberapa dokumen. Ada hal penting apa yang membuat Abi datang?"

"Kamu ini selalu saja to the point, santai lah sedikit,” – ada jeda sejenak, sebelum laki-laki yang dijadikan Adit panutan itu melanjutkan kata-katanya – “apa kamu bahagia dengan pernikahanmu dan Kayla?" tanya Abi tiba-tiba.

Adit mendongak dan menatap mata Ayahnya. Jujur, untuk menjawab pertanyaan itu  rasanya lidah Adit terasa kelu. Karena ia sendiri tak bisa menjelaskan perasaannya pada Kayla seperti apa. Sementara bayang-bayang rasa bersalahnya pada Nazwa terus menghantui.

"Maksud Abi bertanya hal itu, apa?" tanya Adit bingung.

"Abi hanya ingin menasihatimu. Kadang apa yang menurutmu baik belum tentu menurut Allah itu baik. Abi tahu sekali bahwa selama kalian menikah, kamu belum pernah memberikan hak Kayla sebagai istri,"

"kamu tahu, Dit? Mukmin yang paling baik imannya adalah dia yang paling baik terhadap istri-istrinya. Allah akan melaknat setiap laki-laki yang menyakiti istrinya secara sengaja dan sadar. Mungkin bagimu itu hal biasa, tapi tidak untuk Kayla,"

"sekuat apa pun Kayla, dia tetap lah seorang wanita. dia tak akan mungkin terus bertahan jika setiap hari kamu mengacuhkannya," – Adit hendak menjawab kata-kata Abi. Tapi beliau lebih dulu mengangkat tangan. Menandakan agar anaknya diam, dan mendengarkannya selesai bicara.

"bersikaplah sebagai laki-laki sejati. Jaga apa yang sudah Allah amanah kan padamu, sebelum kamu menyesal saat dia pergi.  Berusaha lah menerima Kayla jadi bagian hidupmu. Jika dia tak sesempurna yang kamu mau, maka tugasmu adalah meluruskan. Bukan menghakimi. Perlu kamu ingat, Allah selalu punya alasan terbaik dari setiap takdir-Nya. Dan Abi, tak pernah mengajarimu untuk menjadi laki-laki pengecut.”

Kata-kata tegas Abi yang syarat peringatan, membuat Adit terdiam. Kata-kata itu seolah menampar Adit cukup keras. Kenapa ia bisa lupa diri, kenapa ia dibutakan rasa bersalah? Sementara ia justru menyakiti Istrinya yang lain. Lalu apa bedanya ia dengan laki-laki brengsek di luar sana. Batin Adit merutuki kesalahannya sendiri. Selama ini ia menghakimi Kayla, dan membandingkannya dengan Nazwa hanya karena dia tak berhijab. Sementara ia sendiri justru melakukan hal jahat pada istrinya, dan dengan sabar Kayla menerima perlakuan itu.
"Abi harap kamu pikirkan kata-kata Abi barusan, sebelum semuanya terlambat. Jangan lupa sore ini kita ada jadwal pengajian rutin. Kamu sudah mengajak Kayla, kan?" Abi bertanya memastikan, dan hanya Adit jawab anggukan kecil.

"Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu. Abi pamit." Setelah itu, Abi beranjak pergi. meninggalkan Adit dengan setumpuk rasa sesal akan sikapnya pada Kayla.

“Masih adakah kesempatan untuk maaf mu, Kay,” lirih Adit. Selama bekerja, laki-laki itu sama sekali tak fokus. Karena kata-kata Abi terus terngiang di telinganya. Adit ingin sekali cepat pulang ke rumah, dan meminta maaf pada istrinya. – Adit bahkan berkali-kali terus melirik jam di pergelangan tangan – dari pada Galau, akhirnya ia memilih mengirim pesan pada Kayla.

Kamu di mana?

Beberapa menit tak ada balasan, Adit mulai gelisah. Laki-laki itu mengetukkan pulpen berkali-kali di atas meja. Hingga notifikasi balasan pesan terdengar, buru-buru diraihnya benda pipih itu.

Kayla : Kay sedang pergi ke Mall dengan Jovan. Ingin membeli baju gamis.

oh ... kalau begitu hati-hati.

Kayla : Iya ...

Adit bergegas menyambar tas dan kunci mobil saat jam pulang kerja. Laki-laki itu bahkan menolak ajakan rekan bisnisnya untuk makan malam bersama. Sepanjang perjalanan ke rumah, ia terus memikirkan cara memperbaiki sikapnya pada sang istri. Aku harus meminta maaf pada Kayla. Ayolah Dit! Buanglah rasa gengsi mu yang setinggi langit itu. Dan berusaha lah jadi laki-laki sejati, batinnya. Begitu sampai rumah, Adit menemukan istrinya sedang menyuapi Jovan di ruang keluarga.

"Assalamualaikum."

"Wassalamu'alaikum, Papa,” jawab Kayla dengan senyum lebar ke arah Adit. Ia tatap wajah sendu istrinya, membuat rasa sesal itu semakin menumpuk. Aku telah menyakiti dua orang wanita dalam hidupku. Masihkah-KAU menerima tobat hamba ya Rabb, batin Adit penuh sesal.
Laki-laki itu mengelus kepal sang istri dengan lembut, lalu mendaratkan kecupan singkat di keningnya.

Kayla terdiam dan menatap Adit dengan mata berkaca-kaca. Jangan menangis di depanku, aku mohon. Atau aku benar-benar akan bersujud di kakimu agar kamu mau memaafkan aku. Batin Adit. Laki-laki itu buru-buru mengakhiri suasana melow di antara mereka, dengan meraih Jovan dalam gendongan, dan mengajak balita itu bicara.

"Hay, jagoan Ayah, berat banget sekarang. Kamu habis ke mana sama Bunda?" Adit bicara sambil menatap Kayla, wajah istrinya kembali memerah. Mendengar Adit memanggilnya Bunda, serasa ada sesuatu yang menggelitik perut wanita itu. sudah berapa kali dalam sehari ini Adit melihat wajah itu tersipu, benar-benar membuat ia tak tahan ingin menarik wanita itu ke dalam pelukan.

***

Hai haaai... aku updet Kayla lagih, gimana-gimana? Makin serukah ceritanya. Atau justru membosankan? Kok aku sedih ya, yang respont cuman dikit. Hiksss

Capter gaje sepertinya huhuhu
Mohon tinggalkan jejak agar aku semangat lanjut ya. Dukungan kalian berarti banget buat aku. Kedepannya insyaallah bakal lebih banyak lagi karyaku di sini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro