Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

34. Lombok

Adit terbangun dari tidurnya saat jam menunjukkan pukul 4:30 dini hari. Agak siang dari jam bangun laki-laki itu. Maklum saja, mereka sampai di resort ini sekitar tengah malam. Adit melirik Kayla yang masih terlelap di sampingnya dengan selimut yang membalut tubuh seperti kepompong. Kayla pasti sangat lelah hingga tidur sangat pulas. Adit mengelus lembut wajah sang istri, dan memutuskan tak membangunkan Kayla. Setelah mengecup keningnya, ia beranjak ke kamar mandi dan mengambil wudu.

Setelah salat subuh, Adit keluar untuk menanti matahari terbit. Resort ini termasuk jaringan bisnis keluarga Kaffi. Dengan lanskap tropis yang tenang di sekelilingnya. Sebenarnya penginapan ini lebih bisa disebut camp, karena menawarkan pondok-pondok pantai dengan balkon pribadi yang menyuguhkan pemandangan laut. Berkonsep back to natur, dengan suasana pedesaan khas lombok. Akomodasi ini berjarak tiga kilo meter dari Tanjung Ringgit. Layanan antar-jemput bandara satu arah disediakan gratis.

Bungalo-bungalo beratap jeraminya menampilkan perabotan bambu. Setiap unit memiliki sofa bed serta tempat tidur empat tiang dengan kelambu. Saat bangun dari tidur, hamparan laut akan langsung tersaji di depan mata, lengkap dengan pantai berpasir putih. Selain memiliki perpustakaan kecil, dan SPA. Akomodasi tepi pantai ini juga menyediakan penyewaan peralatan menyelam, sepeda, dan peralatan snorkeling gratis. Kegiatan mendaki dan penjelajahan ringan juga dapat diatur. 

Letaknya memang agak jauh dari pusat keramaian, karena tempat ini memang dirancang khusus untuk mereka yang menginginkan ketenangan. Sehingga resort ini memiliki pantai pribadi. Adit sedang serius dengan lamunannya ketika tiba-tiba sepasang tangan memeluk pinggangnya dari belakang.

"Mas, kenapa nggak membangunkan Kay?" tanya Kayla. Adit memutar tubuh dan menatap sang istri yang sekarang mengenakan kimono. Laki-laki itu merapikan rambut istrinya yang tertiup angin, lalu menariknya ke pelukan.

"Mas lihat kamu sangat lelah," kata Adit sambil memeluk wanita itu dari belakang, lalu mengecup pelipisnya sekilas.

"Rasanya tenang sekali di sini. Seolah-olah dunia hanya ada keindahan tanpa masalah, dan hanya ada kita berdua," Kayla berkata sambil menengadahkan wajah ke arah suaminya dengan senyum merekah. Mata mereka saling beradu.

Terbawa suasana, Adit mengecup bibir istrinya, tapi Kayla justru menekan tengkuk Adit agar laki-laki itu memperdalam pagutan. Tak ada yang lebih indah dari ini kan? morning kiss dengan istri cantikmu. Dengan background matahari terbit di depan mata. Adit mengakhiri ciuman mereka dan menatap geli pada Kayla.

"Merindukan Mas, heh?" tanya Adit dengan nada meledek. Sementara Kayla hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Adit menyunggingkan senyum miring dan menggendong istrinya masuk.

Laki-laki itu menidurkan Kayla di atas ranjang, menatap istrinya yang tengah tersenyum lembut sambil menangkup wajahnya dengan dua tangan. Lalu Adit menempelkan kening, dan mengecup bibir wanita itu sekilas. Mereka saling melempar senyum. Merasakan kebahagiaan tak terkira.

“Kay kangen banget sama Mas Adit.”
“Jangan rindu.” 

Kayla mengernyitkan dahi mendengar ucapan sang suami karena terdengar aneh. “Kenapa?”
“Berat, biar Mas aja.” 

Kayla mendengus mendengar Adit yang menirukan dialog film remaja.

"Issh ... Mas udah mirip ABG jaman now … alay.” 

mendengar Kayla bicara seperti itu, Adit tertawa lepas. Setelah tawanya reda, laki-laki itu menatap Kayla dengan sendu. “Mas juga merindukanmu.”
Tak butuh waktu lama baginya untuk mengecup bibir Kayla, Adit berusaha menyalurkan rasa rindu yang beberapa minggu ini mereka tahan karena semua masalah yang ada. Diangkatnya tubuh sang istri agar duduk di pangkuannya dengan posisi berhadapan. 

Ciuman keduanya berubah lebih panas dan saling menuntut. Suara decapan yang menggema menciptakan melodi cinta yang memabukkan. Adit melepas pagutannya, dan menatap Kayla penuh hasrat. Dengan napas memburu laki-laki itu mulai menelusuri leher jenjang sang istri. Dan sesekali mengecup kecil bagian pundaknya. 

Kayla memejamkan mata, dan sesekali lenguhannya terdengar kala Adit semakin intens menyentuh Kayla. Tak ayal suara merdu itu membuat Adit semakin gencar memberikan kecupan-kecupan kecil di leher istrinya. Dengan perlahan, ia menurunkan kimono yang dikenakan Kayla, dan memperlihatkan semua milik wanita itu tanpa penghalang. 

“Masya Allah ... kamu indah sekali, Mas nggak akan pernah berhenti mengatakan ini. Kamu adalah wanita paling indah yang pernah Allah ciptakan.”

Kayla tersipu karena pujian itu. Meski Adit sering mengatakan hal tersebut, tetap saja debaran jantungnya selalu menggila kala Adit menatapnya memuja sekaligus menyentuhnya penuh cinta. Setelahnya Adit mulai menyentuh Kayla dengan gerakan-gerakan cinta yang menciptakan tarian erotik, dan membawa wanita itu pada surga dunia yang Adit tawarkan. Tak ada yang lebih indah dari ini, menggapai surga dunia dengan kekasih halalmu.

♡♡♡♡

Kegiatan awal pasangan itu hari ini diisi dengan melakukan Snorkeling, setelah lebih dulu sarapan. Adit dan Kayla menaiki kapal bersama dua orang pemandu yang akan membantu mereka. Sementara di sebelah Adit Kayla terlihat mengenakan baju renang khusus untuk wanita berhijab. Tadinya wanita itu menolak ikut snorkeling karena tak bisa berenang. Tapi Adit berusaha membujuknya agar ikut.

"Mas, apa ini nggak bahaya? Aku takut tenggelam," 

pertanyaan polos Kayla membuat Adit tersenyum lembut ke arah wanita itu. Lalu memakaikan pelampung ke tubuh istrinya. "Tenang aja, ini aman. Lagi pula ada Mas yang pegang kamu nanti. Mas Jamin ini lebih asyik dari yang kamu bayangkan, okey.” Adit mencoba meyakinkan, Kayla hanya mengangguk sebagai jawaban. Mencoba menyerahkan kepercayaannya pada Adit bahwa laki-laki itu pasti benar akan menjaganya di dalam air.

Setelah itu Adit membantu Kayla mengenakan snorkel dan sirip selam. Sebelum menceburkan diri, ia menyuruh Kayla untuk menarik napas terlebih dahulu sambil menekan masker snorkel. Guna memastikan masker itu pas di wajahnya atau tidak, supaya tak kemasukan air.

Adit memegangi tangan Kayla sepanjang mereka berenang. Wanita itu terlihat antusias saat menyaksikan terumbu karang di dalam air terlihat sangat indah, dengan ikan-ikan kecil berenang di sekitarnya. Adit menyerahkan kamera yang ia bawa, agar pemandu yang menemani mereka mengambil gambar pasangan tersebut. Setelah dirasa cukup, akhirnya Kayla dan Adit memutuskan naik ke permukaan. Seorang pemandu yang lain membantu menarik Kayla ke atas kapal.

Mereka memutuskan kembali ke camp untuk berganti baju. Setelah itu berjemur sebentar di bawah terik matahari, sambil menikmati hamparan pemandangan indah karya Sang Pencipta. Deburan ombak dengan bukit-bukit di sampingnya menciptakan suasana sejuk. Adit memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, ketika sebuah kecupan singkat mendarat di pipi laki-laki itu. Saat membuka mata, Kayla tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

“Kita naik ke bukit yang di sana yuk.” – tunjuk Kayla pada sebuah bukit yang terdapat di sebelah kanan resort – “tapi nanti setelah kita bersepeda,” sambung Kayla sambil menunjuk dua sepeda yang diletakkan dekat tempat Adit berbaring.

Kegiatan mereka lanjutkan dengan bersepeda mengelilingi pantai yang masih terlihat sangat natural. Setelah itu melakukan pendakian kecil seperti yang Kayla inginkan. Mereka menuju ke kawasan perbukitan untuk mencari sport yang pas melihat matahari terbenam.

Pemandangan dari atas semakin menakjubkan dengan deburan ombak yang menghantam karang, dan bukit-bukit yang masih terjaga keindahannya, dengan rumput hijau sebagai alas mereka berpijak. Setelah mengambil beberapa foto, pasangan itu memutuskan duduk sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Namun, tiba-tiba Ponsel di saku celana Adit berbunyi. Tertera nama Dimas di layar.

"Assalamualaikum."
"Ya, Waalaikumsalam. Ada apa, Dim?”
"Cepat terbang ke Surabaya! Ada berita gawat. Saksi kunci kita di temukan bersimbah darah di apartemen." 

Mendengar kabar itu, tanpa sadar Adit mengumpat, merasa benar-benar sudah kecolongan. "Shit!" laki-laki itu melirik Kayla yang terlihat penasaran.

"Baik lah, sekarang juga aku akan berkemas. Assalamualaikum." Setelah itu sambungan terputus. Adit mengalihkan tatapan pada Kayla yang juga terlihat ikut khawatir.

"Ada apa, Mas?"
"Maaf, Sayang, sepertinya kita harus segera berkemas. Ada hal buruk yang terjadi pada saksi kunci kasus kecelakaan di pertambangan," jawab Adit dengan nada penuh sesal. Ia tahu sekali Kayla pasti masih betah di tempat ini.

"Tak apa, kapan-kapan kita bisa ke sini lagi. Ayo kita bergegas."  Kayla bangkit dari duduk dan mengulurkan tangan pada Adit agar mereka berjalan bergandengan, keduanya pun beranjak menuruni bukit.

Setelah sampai di camp, pasangan suami istri itu langsung berkemas. Untung saja mereka tak membawa barang apa pun, kecuali beberapa keperluan yang mereka beli di tempat itu. Sehingga tak memakan perlu waktu banyak untuk berkemas. Adit menghubungi manager resort agar mengurus keperluan dan merubah schedule kepulangan ke pihak maskapai penerbangan.

Dengan terpaksa ia dan Kayla pulang sendiri-sendiri sesuai kesepakatan. Agar lebih cepat, Kayla menyarankan supaya Adit langsung terbang ke Surabaya. Padahal laki-laki itu bermaksud mengantarnya lebih dulu ke Jakarta. Memastikan sang istri selamat sampai tujuan. Sebab mengajak Kayla ke Surabaya bagi Adit terlalu berisiko.

"Ayo, Sayang, cepatlah!" teriak Adit pada Kayla yang masih berjalan di belakang. Laki-laki itu menarik tangan sang istri agar bisa menyamakan langkah. Sementara sorang sopir sudah menunggu di depan resort.

"Sayang, Apa kamu serius kita berpisah di bandara? Aku merasa ragu untuk usulmu kali ini," tanya Adit untuk ke sekian kalinya sepanjang perjalanan ke bandara.

Kayla memutar bola mata bosan. "Ayo lah, Mas, Kay bukan anak kecil. Jadi nggak perlu berlebihan seperti itu, Kay janji akan menghubungi Mas sesampainya di sana." Kayla berusaha membuat Adit tak khawatir.

Mau tak mau Adit akhirnya menyerah, dia mengembuskan napas, dan terpaksa menuruti perkataan istrinya meski ia sendiri dihantui ketakutan.

Sekitar setengah jam menembus perkebunan sawit, mereka sampai di bandara internasional Lombok. Adit mengajak Kayla untuk makan terlebih dulu karena keberangkatan masih sekitar satu jam lagi. Setelah itu, ia menghubungi Dimas. Terdengar sapaan salam di seberang.

"Waalaikumsalam. Bagaimana perkembangan kasusnya?"

"Tenang lah dulu, kita akan dengar penjelasan dari mereka. Aku juga dalam perjalanan ke sana. Kita patut bersyukur, karena orang-orang mu berhasil membekuk si pembunuh bayaran, begitu dia baru menusukkan pisaunya satu kali, jadi nggak sempat mengenai organ vitalnya. Nanti kita bertemu di rumah sakit tempat saksi dirawat." 

Mendengar kabar itu, Adit menghembuskan napas lega. "Syukur lah."
"Ah, bagaimana Kayla?" tanya Dimas dengan nada khawatir. 

Jika dulu Adit akan cemburu setengah mati dengan perhatian Dimas pada istrinya, maka tidak dengan sekarang, karena laki-laki itu yakin Dimas tak akan pernah merebut Kayla dari sisinya. Adit melirik Kayla yang sedang duduk di kursi tunggu bandara.

"Kami berpisah di bandara, dia menolak untuk aku antar ke Jakarta. Dengan alasan kasus yang terjadi di Surabaya jauh lebih penting. Sebenarnya aku khawatir membiarkannya pulang sendirian,"

"Kamu tenang aja, liontin yang kemarin kamu berikan padanya sudah dipasangi GPS sesuai saranku, kan?" 

"Ah, iya, aku lupa tentang itu. Kamu benar." Ada sedikit rasa lega mengingat perkataan Dimas tadi.

Adit memang sengaja membuat liontin itu, bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tak diinginkan, karena musuh selalu datang tak terduga bukan? Begitu kata Dimas padanya. 
Adit terpaksa mengakhiri panggilan saat suara petugas call boarding terdengar. Laki-laki itu menghampiri Kayla dan menatap istrinya khawatir.

Rasanya benar-benar berat membiarkan Kayla pergi sendiri. Terserah saja kalian menyebut dirinya berlebihan, tapi keadaannya sekarang benar-benar sedang genting. Adit hanya takut Kayla ... ? Haah apa yang kupikirkan, aku harus yakin Allah pasti melindungi Kayla sampai ke tempat tujuan. Batin Adit merutuki pemikiran buruknya.

"Dengarkan, Mas, setelah sampai di sana cepat kabari. Dan ingat ... jangan pulang ke rumah. Pulang ke tempat Abi aja, besok minta tolong anak buah Dimas mengantarmu ke rumah Adiba, paham?" Adit mengingatkan Kayla dengan tegas, sambil menangkup pipi istrinya.

Kayla hanya mengangguk lalu Adit menarik wanita itu ke dalam pelukan. Bagi Adit rasanya sangat berat berpisah di sini. Berbagai pikiran buruk memenuhi kepalanya, khawatir, takut, dan sedih bercampur jadi satu. Sebelum benar-benar berpisah, Adit mengecup kening Kayla agak lama. Meski dengan berat hati, laki-laki itu akhirnya melepas sang istri.

"Pergi lah, dan hati-hati."
"Iya, Mas juga hati-hati di sana. Aku pergi." Setelah mengatakan itu, Kayla mencium punggung tangan Adit, lalu bergegas memasuki boarding pesawat.

Wanita itu melambaikan tangan hingga siluet tubuhnya tak terlihat lagi. Adit mengembuskan napas berat, bibirnya terus memohon doa agar Allah selalu melindungi Kayla meski mereka berjauhan. Entah kenapa, debaran jantungnya tak beraturan, seakan firasat buruk tengah menghantui.

“Semoga kamu selalu baik-baik aja, Sayang,” gumam Adit dengan wajah sedih dan khawatir.

*********

Akhirnya kita sampai di penghujung ... yang mau baca bab 35- selesai dari kisah Kayla dan Adit bisa klik link di bawah ya 👇
https://karyakarsa.com/Nurmoyz/istri-pengganti-seseorang-dari-masalalu

Atau kalau nggak jadi bisa tengok branda profil aku. Udah aku taroh linknya di sana. Thanks yang udah ngikutin mereka sampai sini

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro