33. Klarifikasi
Setelah terjadi kegaduhan akibat para pedemo, pihak perusahaan langsung menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk konferensi pers. Termasuk mengumpulkan orang-orang yang diberi kepercayaan menangani kasus itu.
Sebelum acara konferensi pers dilakukan, Kayla menemui pedemo, dan bicara dengan beberapa wartawan di depan gerbang dengan didampingi Om Jatmiko. Sesuai usul Kayla, pihak perusahaan memutuskan mengadakan konferensi pers hari ini juga guna meredam opini publik yang terlanjur keliru.
Kayla menarik napas dalam-dalam. Mengamati beberapa orang di depannya yang terlihat tegang. Ada perwakilan dari keluarga korban dan perwakilan dari masyarakat sekitar daerah pertambangan. Negosiasi dengan mereka berjalan alot. Adit duduk di sebelah kanan wanita itu, sementara Abi di sebelah kirinya. Lalu ada Om Jatmiko, Dimas, pengacara keluarga dan beberapa petinggi perusahaan, beserta wartawan yang sengaja diizinkan masuk. Pertemuan di adakan di lounge atau gathering yang cukup luas. Dengan sebuah jendela besar terdapat di samping kiri. Mungkin jika keadaannya tak kacau, Kayla akan berdecap kagum menikmati pemandangan kota Jakarta dari atas sini.
"Saya tahu sekali perasaan keluarga yang ditinggalkan. Kami juga tak mungkin akan lepas tangan begitu saja," Kayla berusaha memberi penjelasan pada mereka.
"Tapi apa buktinya, Bu. Kami bahkan sama sekali tak menerima dispensasi yang dikatakan, Anda." Seketika suasana di ruangan terlihat riuh karena beberapa warga yang ikut jadi saksi mulai menimpali. Kayla dan Adit saling berpandangan mendengar ucapan laki-laki itu.
"Apa kalian yakin? Kami telah mengurusnya melalui anak buah kami di sana,” tanya Kayla lagi memastikan.
"Anda pikir kami berbohong? Jika kami menerimanya, sudah jelas kami tak akan menuntut dan berdemo seperti ini." Kayla menghela napas, mengetahui fakta ada beberapa kecurangan yang dilakukan orang dalam.
"Baik lah, kita dengarkan dulu penjelasan dari Bapak Aditya. Beliau akan melakukan konferensi pers terkait berita tak enak tentang perusahaan. Saya harap kalian menyimaknya baik-baik. Silakan, Pak Adit," Kayla mempersilakan suaminya mengambil alih pembicaraan. Lalu laki-laki itu berdiri dari duduknya.
Adit terlihat menarik napas, lalu membuka acara konferensi pers dengan bismillah dan ucapan salam.
"Kami sengaja melakukan negosiasi terbuka seperti ini, agar kalian tahu fakta-fakta yang sebenarnya terjadi. Sehingga tak perlu lagi ada aksi demo berkelanjutan."
"Jadi begini, beberapa hari lalu orang-orang suruhan kami telah melakukan penyelidikan terkait kecelakaan. Beberapa fakta di lapangan menunjukkan kasus itu mengalami sabotase."
Semua orang mulai riuh mendengar ucapan Adit.
"Untuk itu, saya telah mendatangkan Iptu Dimas Arsena di sini, dan juga pengacara saya Bapak Ruhut Sihombing. Beliau-beliau ini yang saya minta menangani kasus serta melakukan koneksi dengan polisi di daerah sana. Untuk itu, mari kita dengar penjelasan detailnya. Silakan, Bapak Sihombing." Setelah itu giliran pengacara perusahaan yang mengambil alih.
"Ya, selamat sore semu. Saya di sini selaku pengacara Pak Adit akan menjelaskan menangani kasus yang terjadi. Dari penyelidikan yang dilakukan, memang ada hal yang janggal. Bagaimana bisa terjadi kecelakaan sementara sistem keamanan di sana telah dirancang sistematis mungkin. Bahkan akses ke tempat itu juga sangat ketat. Tak bisa sembarang orang masuk," ada jeda sejenak sebelum laki-laki itu melanjutkan ucapannya.
"Belum lagi masalah uang tunjangan untuk keluarga korban, yang sama sekali tak sampai di tangan yang berhak, dan kami baru mengetahuinya hari ini,"
"jelas, ada sebuah unsur konspirasi. Saya di sini bukan asal bicara atau berusaha menuduh. Faktanya beberapa minggu lalu orang yang diduga dibayar untuk menjatuhkan nama baik perusahaan telah ditangkap. Kami merahasiakan hal ini karena suatu hal." Keadaan kembali riuh karena perkataan Pak Sihombing.
"Maaf, Pak Adit," seru seorang wartawan sambil mengangkat tangan. Adit mempersilakan wartawan itu untuk mengajukan pertanyaan.
"Lalu bagaimana dengan kasus lahan pertambangan, apa sudah ada kejelasan?"
"Rencananya besok saya akan ke sana untuk melakukan peninjauan. Masalah ini sebenarnya sangat rumit dan tak sesederhana yang kalian pikirkan. Ada beberapa masalah internal juga yang berkaitan dengan orang-orang di perusahaan. Saya tak bisa menjelaskan detailnya seperti apa. Tapi saya berjanji, sepulangnya dari sana pihak kami akan secepatnya mengabarkan tentang perkembangan kasus ini. Jadi saya mohon kerja sama kalian."
"Lalu apa berita mengenai jatuhnya saham A&K itu benar, Pak Adit? Dan benarkah demo di luar juga terkait gaji karyawan yang belum dibayarkan?" tanya seorang wartawan dari salah satu stasiun TV terkenal.
"Saya jelaskan sekali lagi, berita tersebut bohong. Seperti halnya berita-berita lain yang tersebar di media masa. Saham A&K sama sekali tak jatuh. Sementara gajih pekerja juga sudah di bayarkan. Sebab mereka yang keluar memang karena keinginan sendiri. Jadi tidak ada yang namanya pengurangan karyawan. Saya harap Anda semua cukup jelas mengenai penjelasan Saya,"
"saya pikir pertemuan ini harus kita sudahi. Dan sekali lagi saya tegaskan, berita-berita di media masa yang menjelek-jelekkan perusahaan saya, hanya ulah orang-orang tak bertanggung jawab,"
"terima kasih atas kesediaan kalian hadir di sini. Dan atas nama perusahaan beserta diri saya pribadi, kami meminta maaf sebesar-besarnya pada anggota keluarga yang di tinggalkan. Kami akan segera menemukan keadilan untuk kasus ini. Tentang siapa yang telah melakukan sabotase,"
“Wassalamualaikum, selamat sore." Setelah mengatakan itu, semua orang berhamburan keluar. hanya tersisa Kayla, Adit, Abi, Dimas, dan Pak Sihombing di dalam ruangan itu.
Adit memijat pelipisnya, dan menarik napas berat. Sementara Kayla hanya bisa mengelus punggung sang suami agar laki-laki itu merasa sedikit tenang.
"Ternyata dugaanmu benar. Ada orang dalam yang terlibat kasus ini," kata Adit pada Dimas dengan nada lelah.
"Kita harus cepat bertindak karena keadaan semakin tak kondusif," jawab Dimas.
"Tolong, kamu urus kasus ini dengan Pak Ruhut. Besok saya akan melakukan kunjungan ke daerah pertambangan, kabari orang-orang mu di sana. Kita akan menangkap mereka semua yang terlibat. Termasuk Pak Andi dari divisi humas yang bertindak menangani kasus di sana, pantas saja akhir-akhir ini dia sulit sekali di hubungi."
Dimas hanya mengangguk kecil ke arah Adit.
"Dan terima kasih sebelumnya untuk kerja keras kalian," sambung Adit lagi pada Dimas dan Pak Ruhut. Mereka berdua hanya mengangguk lalu melangkah keluar.
"Terima kasih untuk kerja kerasmu, Nak. Abi bangga padamu. Di tengah-tengah masalah pelik ini kamu masih bisa bersikap tenang," kata Abi sambil menepuk bahu Adit, berusaha memberi semangat. Adit yang sudah terlalu lelah hanya mengangguk kecil. Lalu Abi mengalihkan tatapannya pada Kayla.
"Terima kasih juga, Kay. Abi percaya kamu memang wanita cerdas. Berkat kamu, mereka semua bisa lebih kooperatif." Kayla hanya mengangguk kecil sambil tersenyum ke arah Abi
"Beristirahatlah sebentar di resort milik kita yang ada di Lombok, Sebelum kamu pergi ke Surabaya. Kalian butuh berlibur setelah semua yang terjadi. Masalah di sini, untuk sementara biar Abi dan Om Jatmiko yang urus ."
"Apa Abi serius?" tanya Adit memastikan. Abi hanya menjawab dengan anggukan kecil.
"Ya ... pergi lah, tenangkan diri kalian selama beberapa hari. Nanti biar Abi yang bicara pada Umy dan juga ayahmu, Kay."
"Terima kasih, Abi." Setelah mengatakan itu, mereka pamit pergi. Setelah lebih dulu menyuruh Maya untuk memesan tiket ke Lombok. Adit membawa Kayla menaiki lift khusus menuju ke lantai atas. Membuat wanita dalam gandengan tangannya mengernyit bingung.
"Bukannya kita harusnya ke bawah, kenapa ke lantai atas?"
"Sudah ikut saja, nanti juga kamu tahu."
Kayla terperangah saat tahu lift yang ia naiki langsung terhubung dengan helipad di atas gedung. Kayla bahkan baru tahu hal ini. Apa semua orang kaya hidupnya semudah ini? Batin Kayla. Sudah ada seorang pilot yang akan membawa mereka ke bandara.
"Mas, apa kita serius akan pergi ke Lombok dalam situasi seperti ini?” Kayla membuka suara, saat mereka sudah berada di dalam Helikopter.
"Iya ... Mas butuh berlibur ke tempat yang tenang. Rasanya penat sekali."
"Apa kita tak perlu pulang dan mengemasi barang dulu? Terus Jovan?" Mendengar pertanyaan Kayla, Adit hanya tersenyum kecil, lalu menarik kepala sang istri agar bersandar di dada bidangnya. Terlihat sekali laki-laki itu benar-benar lelah.
"Tak perlu, biar nanti kita beli saja di sana. Aku akan menghubungi manager resort untuk menyiapkan keperluan kita, dan mengenai Jovan, kamu tak perlu khawatir. Jika ada yang perlu dikhawatirkan itu kamu."
Kayla menengadah untuk melihat ekspresi suaminya yang terlihat muram. Gurat lelah sangat membayang di wajahnya yang tampan, dan semua ini gara-gara dirinya. Begitu pikir Kayla. Wanita itu mengeratkan pelukannya pada sang suami, berusaha memberinya kekuatan, agar laki-laki itu tahu ada ia yang selalu setia disisinya.
"Maaf ... gara-gara Kayla, Mas-"
"Ssst ... sudah lah, tak perlu di pikirkan. Asal kamu selalu ada, asal kamu selalu bisa Mas dekap, Mas pasti bisa melalui ini." Setelah mengatakan itu, Adit mencium kening Kayla, dan mengeratkan pelukannya. Semoga masalah ini cepat selesai agar keadaan bisa kembali normal. Batin Adit sambil menerawang jauh keluar jendela helipad. Menatap awan yang berarak di langit.
*********
Hai haiiii... apa ada yang masih menunggu cerita mereka? Mendekati part akhir ya. Semoga aku bisa memberikan ending yang bagus buat kalian.
Dan please yang masih jadi sader berikan rating dan sub mu Biar aku semangat nulis endingnya.
Terimakasih buat yang bersedia menanti sampai part ini. Salam sayang dariku
Nurmoyz
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro