Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29. Sakinah Bersamamu

Aku mencintaimu karena Allah. Sebab dari awal aku memutuskan menikah bukan karena harta. Tapi karena aku tulus, ingin menggapai sakinah bersamamu

************

Setelah obrolan dengan Dimas selesai, Adit memutuskan kembali ke ruangan Kayla. Saat ia masuk sudah ada Abi di sana. Sementara Kayla sudah terlihat lebih baik.

“Abi ada di sini?” tanya Adit.
“Kamu kenapa pergi begitu saja tanpa memberi tahu Abi kalau Kayla kecelakaan?” Abi bertanya dengan nada kesal.

“Maaf, Bi, Adit tadi terlalu panik saat mendengar kabar tentang Kayla, sampai nggak memikirkan hal lain.”

“Ya sudah, Abi dan Umi pulang dulu. Jovan biar Umi yang jaga. Kamu jangan lupa kabari mertuamu tentang Kayla.” Umi mengingatkan. Sementara putra semata wayangnya hanya menjawab dengan anggukan.

“Terima kasih Karena Umi sudah mau menjaga Jovan, dan perduli dengan Kayla," ujar Kayla sambil itu menatap Umi dengan mata berkaca-kaca. Terlihat sekali ia sedang menahan haru.

“Kamu pikir Umi sejahat apa, Hah? Dasar cengeng!” jawab Umi dengan nada jengkel yang di buat-buat.

Mendengar kata-kata Umi, Kayla justru tersenyum dan menyeka air matanya. Adit dan Abi pun ikut tersenyum menatap interaksi mereka. Syukurlah, Umi sekarang sudah bisa menerima kehadiran Kayla. Pikir dua laki-laki itu.

“Umi kalau khawatir pada Kayla bilang saja, nggak usah gengsi begitu.” Ledakan Abi sukses membuat ibu mertua Kayla terlihat menahan malu. Wanita itu balas mendengus.

“Apaan sih, Bi. Umi hanya ... hanya khawatir karena kalau Kayla sakit, nanti Jovan bagaimana? Nggak ada yang mengurus," Umi berkata dengan nada gugup.
Mendengar jawaban itu wajah Kayla kembali murung.

“Sudahlah, Umi pergi dulu. Ayo, Bi! Kalian jangan lupa makan.” Setelah mengatakan itu, Umi dan Abi beranjak dari duduknya.

“Jaga Kayla baik-baik! Sementara ini masalah perusahaan biarkan Abi dan Om Jatmiko yang mengurus,” Abi berkata sambil menepuk bahu Adit. Lalu mereka melangkah keluar ruangan. Adit memilih mendekati Istrinya, dan duduk di kursi yang ada di dekat ranjang.

“Hey, jangan sedih.” Adit menarik dagu Kayla yang dari tadi hanya tertunduk. Wanita itu pun mau tak mau mengangkat wajahnya dan menatap Adit sedih.

“Kapan Umi bisa menerima Kay sebagai menantunya?” lirih Kayla.

“Umi sebenarnya sayang sama kamu, hanya saja dia masih gengsi untuk mengakuinya. Kamu hanya harus sabar, Sayang.” Adit mencoba menyemangati istrinya Berharap wanita itu tak merasa sedih lagi.

Mau tak mau Kayla pun mengangguk.
“Mas, kangen ... duduk Sini!” Kayla berbicara dengan nada manja, sambil menepuk tempat di sampingnya, sebagai tanda agar Adit mendekat.

Adit tersenyum kecil, dan menuruti kemauan Kayla.

“Peluk,” sambung Kayla sambil merentangkan tangan. Yang tentu saja disambut dengan senang hati oleh suaminya.

Adit meraih Kayla dalam pelukan. Mendekap erat istrinya, dan mendaratkan kecupan singkat di dahi wanita itu berkali-kali. Rasanya bahagia sekali menyadari Kayla masih berada di sisinya sekarang.

“Mas pasti lelah, Kay dengar keadaan perusahaan semakin kacau?” Kayla memecah keheningan.

Pertanyaan yang dilontarkan wanita itu membuat Adit terdiam. Dia menyandarkan kepala Kayla di dada bidangnya. Lalu mengembuskan napas berat.

“Ya, begitulah, ada beberapa masalah yang semakin rumit. Sepertinya Mas memang butuh kamu sekarang.” Adit menarik napas dalam-dalam, lalu mengecup ubun-ubun istrinya.
Jika hanya masalah perusahaan, mungkin Adit tak akan terlalu stres. Yang ia pikirkan justru masalah kemunculan Om Danu, dan niat buruknya yang mungkin saja sedang direncanakan dengan matang. Laki-laki itu terlalu tenang bak air danau. Tanpa riak yang berarti, tapi sewaktu-waktu bisa saja menenggelamkan.

“Mas harus sabar, Ini ujian yang Allah berikan. Agar Mas bisa naik derajatnya di hadapan Allah.”

“Entah lah, apa Mas mampu menjaga amanah Abi mengenai perusahaan, sementara ada banyak hal yang mengganggu pikiran. Tentang kekhawatiran Mas mengenai dirimu, tentang semua karyawan yang menggantungkan harapannya pada perusahaan. Apa yang harus Mas lakukan?” jawab Adit dengan nada lirih sarat putus asa.

Mau tak mau Kayla mendongakkan kepala agar ia bisa menatap ekspresi wajah suaminya. Melihat Adit begitu terpuruk, Kayla merasakan hal yang sama. Wanita itu menegakkan badan, lalu menangkup pipi suaminya dengan dua tangan.

“Saat tumpukan amanah membuat Mas lelah, kuatkan hati dengan Lillah. Mas harus ingat itu. Allah selalu bersama prasangka hambanya. Dan sejak kapan Mas Adit yang Kay kenal jadi mudah putus asa seperti ini?” Adit menatap haru wanita di depannya, lalu meraih jemari tangan istrinya, dan mengecup punggung tangannya yang lentik.

Sementara Kayla hanya menyunggingkan senyum tulus ke arah sang suami. Senyum yang selalu membuat Adit merasa tenang, merasa semua akan baik-baik saja. Tak ada yang perlu ditakutkan, asal Kayla selalu ada di sisiku, itu sudah cukup. Batin Adit

“Andaikan Mas tiba-tiba jatuh miskin, apa kamu masih mau berada di sisi, Mas? Apa kamu masih mau menerima Mas sebagai suamimu?”
Mendengar pertanyaan itu dari mulut Adit, Kayla justru menyunggingkan senyum lembut.

“Kay mencintai Mas karena Allah. Sebab dari awal Kay bersedia menikah dengan Mas juga bukan karena harta. Tapi karena Kay tulus ingin menggapai sakinah bersamamu. Mas tahu betul Kay nggak pernah memiliki keluarga utuh, dan Kay ingin memberikan itu pada anak-anak Kay kelak. Melihat Ayah harus mengurus Kay sendirian tanpa istri, Itu tak mudah.”

“Jadi itu alasanmu dulu mau menerima, Mas?”
“Ya ... itu dulu, sama halnya Mas memikirkan bagaimana nasib Jovan. Tapi Kay bahagia hidup dengan, Mas. Meski Kay butuh waktu untuk menunggu Mas mencintai Kay.”

“Maaf, untuk semua kesalahan Mas di masa lalu. Mas janji akan menebus semuanya. Hanya saja, apa kamu siap? Jika harus hidup serba kekurangan setelah ini? Apa kamu nggak takut, jika harus hidup miskin?” tanya Adit sekali lagi. Seakan hendak memastikan setulus apa cinta yang dimiliki Kayla untuk laki-laki itu.

“Mengapa Kay mesti takut? Sementara Allah telah menjanjikan surga untuk wanita yang ikhlas bertahan dengan suaminya dalam keadaan miskin dan anak yang banyak? Mas harus ingat kata-kata Kay yang ini,”

"jadi, Mas nggak perlu khawatir tentang Kay. Sebab Kay lebih menginginkan akhirat dibanding harta yang nggak seberapa."

Mendengar ketulusan Kayla, Adit menatap wanita di depannya dengan rasa haru. Bagi laki-laki tak ada yang lebih indah dari seorang istri salihah, dan beruntungnya ia memiliki Kayla. Ditatapnya lekat-lekat wajah cantik sang istri, dan ia benahi beberapa anak rambut yang mencuat dari dalam hijab.

“Betapa berdosanya, Mas, sempat menyia-nyiakan wanita sebaik kamu. Mas malu sekali,” Adit berkata penuh sesal. Lalu mencium punggung tangan istrinya.

“Mas ... yang lalu biara lah berlalu. Yang terpenting, Mas sekarang sudah berubah dan kita saling mencintai.”

“Ya, kamu benar,” jawab Adit setuju, sambil menarik wanita itu dalam dekapan.
Tiba-tiba terdengar suara pintu di buka. terlihat Adiba dan Gea berada di ambang pintu. Dua wanita itu terlihat kikuk menyadari datang di waktu yang tak tepat.

“Ah ... maaf, sepertinya kami datang nggak tepat waktu,” kata Adiba tak enak hati. Perempuan itu bahkan membuang pandangan ke arah lain, berusaha sekuat tenaga menghindari hatinya yang lagi-lagi harus terluka. Lalu buru-buru memutar tubuh berniat pergi. Sebelum suara bariton Adit  terdengar.

“Tidak! justru aku menunggu kalian,” kata-kata Adit membuat dua wanita di depan pintu saling menatap. Lalu mereka mendekat ke arah suami istri itu.

“Ada apa, Dit?” tanya Adiba
“Aku titip Kayla sebentar. Sepertinya aku harus pulang terlebih dulu, untuk mengambil baju dan keperluan Kayla.”

“Baik lah, Mas Adit tenang saja. Kami akan menjaga Kayla,” kata Gea dengan nada tulus.
Bersyukurnya Adit, Kayla memiliki sahabat sebaik Gea. Sementara mengenai Adiba? Wanita itu terlihat sudah bisa menerima kenyataan jika mereka tak mungkin bisa bersama. Aku harus mengucapkan terima kasih padanya soal Kayla. Pikir Adit.

“Emmm, Di?” kata-kata Adit yang tiba-tiba membuat keadaan hening.

“Terima kasih ... Kalau bukan karena kamu entah apa yang akan terjadi dengan Kayla.”
Mendengar ucapan tulus Adit, perempuan bertubuh tinggi itu hanya tersenyum kecil lalu mengangguk sebagai jawaban.

“Ya sudah, aku pulang dulu ... sampai nanti, sayang.” Adit mengecup kening Kayla sekali lagi sebelum ia beranjak pergi meninggalkan mereka.
Adit melajukan mobil membelah jalanan Jakarta yang selalu di penuhi hingar-bingar. Laki-laki itu memutuskan menelepon ayah mertuanya. Beliau agak sedikit syok mendengar kabar ini. Adit sempat khawatir penyakit jantungnya akan kambuh. Tapi ia bersyukur, beliau tak apa-apa dan berjanji akan ke Jakarta besok.

Sesampainya di rumah, keadaan sangat sepi dan gelap. Laki-laki itu buru-buru bergegas menyiapkan keperluan Kayla, setelah lebih dulu menyalakan semua lampu. Baru beberapa langkah, dari arah pintu depan terdengar suara lemparan batu yang cukup keras.

“Siapa?” karena penasaran, Adit memilih keluar, dan melihat siapa gerangan yang melakukan tindakan tak menyenangkan itu. Ketika pintu ia buka, tak terlihat siapa pun yang ada di sekitar rumah.

Adit mengernyit bingung, ia memutar tubuh berniat masuk lagi. Ah mungkin itu kerajaan orang iseng, pikirnya. Tapi kakinya tak sengaja menendang sesuatu yang ternyata sebuah kotak. Dihinggapi rasa penasaran, Adit memutuskan mengambil kotak itu lalu membukanya.
Jantungnya berdegup lebih kencang, di hinggapi rasa kaget sekaligus khawatir saat melihat sebuah boneka yang mirip dengan Kayla di lumuri darah terdapat di dalam kotak. Di sertai sebuah tulisan dengan nada mengancam.

Kau mungkin sudah tahu siapa aku, tapi jangan harap kau bisa dengan mudah menangkap ku. Permainan ini akan segera berakhir dengan kehancuran kalian.

“Brengsek! Keluar kalau berani! Jangan jadi pengecut! Keluar kau!” maki Adit pada siapa pun yang melakukan ini. Tapi nihil, tak ada suara siapa pun.

Adit memutuskan menghubungi Dimas dan menyuruhnya datang. Sembari menunggu ia mengemasi dulu barang-barang Kayla. Keadaan rumah benar-benar sudah tak aman, laki-laki itu bahkan sudah berani mengirimkan teror seperti tadi ke rumah. Adit tak bisa membayangkan jika tadi Kayla yang menerima. Istrinya itu sudah pasti akan syok berat. Adit  harus mencari solusi yang tepat setelah ini.

*********

Hai hai masihkah ada yang menanti cerita mereka. Maaf ya baru bisa updet. Beberapa hari ini saya sakit, kalian semua jaga kesehatan ya, lagi musim sakit hehe... tersiksa banget dua hari ini cuman bisa tidur di kamar. Dan beruntungnya hari ini bisa sempetin updet. Soalnya udah pengin namatin cerita mereka.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Terimakasih yang sudah bersedia baca sampai part ini. Dan maaf jika ceritanya makin kesini makin gaje.

😙😙😙😙❤❤❤😙😙😙😙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro