Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Insiden

Berita yang baru saja Adit dengar membuat laki-laki itu tak bisa berpikir waras. Sialnya lagi di jam-jam begini jalanan Jakarta akan mengalami macet. Adit terus mengumpat, dan memukul setir mobil merasa benar-benar frustasi. Ia hanya ingin cepat sampai ke rumah sakit dan melihat keadaan Kayla. Di tengah rasa frustasi, ia melihat seorang laki-laki memarkirkan motor sport di depan restoran.
Buru-buru ia belokkan mobil miliknya ke arah restoran, dan menghampiri laki-laki itu.

“Mas, boleh saya minta tolong?”

Laki-laki di depan Adit  terlihat bingung dan tak menjawab.

“Tolong, pinjami saya motor, Mas. Saya harus cepat-cepat bertemu istri saya. Dia baru saja mengalami kecelakaan. Kalau, Mas, merasa tak percaya, ini kartu nama saya. Dan ini mobil saya, akan saya jadikan jaminan. Asal Mas mau meminjamkan motor ini," sambung Adit karena
Laki-laki di depannya masih terdiam.

Tak berapa lama setelah mengamati Adit sejenak dia pun akhirnya mengangguk kecil sebagai jawaban. Adit tersenyum lega, lalu mengucapkan terima kasih, setelah itu buru-buru menancap gas.

Motor melaju dengan kecepatan maksimal, sepanjang mengemudi Adit mencoba menyalip semu kendaraan yang ada di depannya. Tindakan itu kontan menimbulkan suara klakson bersahutan dibarengi umpatan-umpatan.

Sekitar setengah jam berkendara, akhirnya laki-laki itu sampai di depan sebuah rumah sakit. Terlalu kalut memikirkan keadaan Kayla, Adit memarkirkan motor di sembarang tempat dan langsung berlari menyusuri koridor rumah sakit untuk mencoba mencari di mana ruangan Kayla dirawat.

Dari jauh akhirnya ia melihat ada Umi, Dimas, Adiba, Gea dan juga Jovan ada di depan sebuah ruang rawat. Adit memutuskan bergegas menghampiri mereka.

“Dimana Kayla ... di mana dia?” tanya Adit dengan nada panik.

“Tenang lah, Dit, istrimu hanya mengalami luka kecil.”

Mendengar kata-kata Umi, Adit sedikit merasa tenang. Namun, ia tetap merasa khawatir sebelum melihat keadaan istrinya secara langsung. Adit mencoba menerobos masuk tak memedulikan larangan suster yang menyuruhnya menunggu di luar.

“Kayla!”

Suara Adit membuat yang ada di dalam ruangan menatap kedatangannya. Laki-laki itu berlari menghampiri ranjang sang istri. Sementara seorang dokter sedang mengobati Kayla.

“Mas,” ujar Kayla sambil menatap Adit terkejut. Terlebih ketika tiba-tiba suaminya langsung menariknya ke dalam dekapan. Tak memedulikan tatapan dokter dan suster yang melihat adegan mereka.

“Syukurlah, kamu tak apa-apa, demi Allah jangan lagi seperti ini. Mas benar-benar bisa mati jika terjadi sesuatu denganmu.” Ada rasa lega dalam hati Adit melihat Kayla baik-baik saja, dan ia masih bisa memeluk istrinya seperti sekarang.

Kayla pun dibuat terkekeh melihat tingkah Adit yang kelewat frustrasi. Napas laki-laki itu masih memburu, adrenalinnya berpacu memikirkan semua hal buruk yang bisa saja terjadi. Kayla menepuk-nepuk punggung suaminya mencoba menenangkan.

“Mas sudah merasa tenang? Lepaskan dulu. Malu di lihat Dokter.”

Kata-kata Kayla membuat Adit tersadar dan buru-buru melepas pelukan, lalu mengecup pelipis istrinya. Dokter dan suster yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum melihat tingkah Adit. Sementara Kayla hanya bisa merutuki tingkah Adit yang berhasil membuatnya tersipu malu sekaligus bahagia.

“Bagaimana dengan istri saya, Dok? Apa ada luka serius yang dialaminya?”

“Tenang saja, Pak? Istri Anda hanya mengalami luka kecil di bagian lengan, pelipis dan juga kakinya. Beruntung tadi ada yang menolong.”

Mendengar penjelasan Dokter, Adit mengembuskan napas lega. “Syukurlah.”

“Kalau begitu, kami keluar dulu. Istri Anda hanya butuh istirahat.” Setelah mengatakan itu, Dokter dan juga suster itu melangkah keluar.

Adit langsung duduk di samping Kayla. Ditatapnya lekat-lekat wajah yang sekarang sedang menyunggingkan senyum menenangkan itu. Lalu ia elus kepala istrinya dengan sayang. Kerudung yang di kenakan Kayla bahkan terlihat sudah tak karuan.

Tiba-tiba semua orang yang ada di luar masuk ke  ruangan. Adit mengarahkan tatapan membunuh pada Dimas. Merasa geram dengan kelalaian laki-laki itu.

“Kenapa bisa kamu lengah hah! Sudah kukatakan untuk nggak melepaskan pengawasanmu bukan?!” seru Adit dengan nada marah ke arah laki-laki itu.

“Mas, jangan menyalahkan Dimas. tadi ak-“

Mendengar nada pembelaan dari istrinya, Adit mengangkat tangan, memberi tanda agar Kayla diam karena ia hanya ingin Dimas yang menjelaskan.

“Ya baik lah ... aku minta Maaf. Tadi aku terlalu asyik sendiri dengan kegiatanku, hingga melupakan janji untuk mengantar Kayla bertemu Gea dan Adiba. Aku juga nggak tahu apa yang terjadi. Sebab saat Gea meneleponku, mereka sudah ada di sini.”

Adit mengalihkan tatapan pada Gea dan Adiba.
“Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi?” tanya kemudian engan nada datar ke arah mereka. Kontan saja nada dingin Adit membuat dua wanita itu saling berpandangan.

“Sudah lah, Dit? Kamu ini berlebihan sekali, sih. Orang istri kamu juga nggak apa-apa, hanya mengalami luka kecil.”

Adit mengalihkan tatapannya pada Umi karena kalimatnya. "Umi nggak tahu yang terjadi, jadi mudah saja Umi bicara seperti itu. Adit hanya takut akan kehilangan Kayla."

Dikuasai rasa panik dan khawatir, tanpa sadar Adit berbicara dengan nada tinggi. Kayla mengelus bahu suaminya dengan lembut, berusaha memberi ketenangan.

"Maaf ... Adit hanya sedang panik," ujar Adit pada Umi engan nada menyesal.

“Sudah lah, Mas. Benar kata Umi, Kay nggak apa-apa, kok.” Kayla mencoba menenangkan kekhawatiran suaminya.

Mendengar Kayla bicara seperti itu, Adit menariknya ke dalam pelukan. Laki-laki itu butuh oksigennya untuk bernapas. Dihirupnya dalam-dalam wangi mawar dari tubuh Kayla yang terasa menenangkan. Tak ada penenang yang lebih ampuh dari ini. Batin laki-laki itu.

“Ck! Aku paling malas jika harus melihat adegan seperti ini. Aku keluar saja,” Dimas berkata dengan nada sebal, lalu laki-laki itu melangkah pergi, di susul dua wanita di sampingnya. Hanya tersisa Adit, dan Umi yang menggendong Jovan.

“Mas keluar sebentar untuk bicara dengan Dimas.”

Mendengar kata-kata Adit Kayla hanya mengangguk. Dia sedikit khawatir suaminya akan kalut di luar.

“Mas!”

Seruan Kayla membuat Adit berhenti lalu memutar tubuh menghadapnya.

“Jangan marah pada Dimas, bukan dia yang salah.”

Adit hanya mengangguk laku melangkah ke luar.
“Umi, Adit titip Kayla dulu," ujarnya sambil lalu.

“Ya, beli makanan juga. Istrimu belum makan dari tadi.” Adit hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah berada di luar laki-laki dengan kemeja putih yang sudah berantakan itu, melihat Dimas bersama Gea dan Adiba sedang terlibat pembicaraan serius. Dia pun memutuskan mendatangi ketiganya.

“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?” Kedatangan Adit yang tiba-tiba membuat mereka menghentikan obrolan. Adit pun memilih duduk tepat di sebelah Dimas.

“Sebenarnya saat kami pergi tadi ada sebuah mobil yang terus mengikuti. Aku pikir itu hanya kebetulan. Awalnya kami nggak terlalu perduli. Tapi saat sedang berada di restoran, seorang laki-laki mengenakan topi terus memperhatikan Kayla. gerak geriknya terlihat sangat aneh menurutku,” Gea mulai menerangkan berdasarkan pengamatannya.

“tapi entah lah, istrimu yang bodoh itu menyadarinya atau tidak. Tiba-tiba saat Kayla pamit sebentar untuk menuju supermarket yang ada di seberang jalan, sebuah sedan hitam mencoba menabraknya. Untung Adiba cepat-cepat menarik Kayla hingga mereka jatuh. Tapi sialnya Kayla justru terbentur trotoar, dan kakinya terkilir. Sementara Adiba hanya mengalami luka kecil,” sambung Gea bercerita dengan wajah kesal.

“Sebenarnya apa yang terjadi, Dit? Kenapa kamu terkesan menyembunyikan sesuatu dari Kayla?” tanya Adiba tiba-tiba. Adiba terlalu mengenal Adit hingga wanita itu pun dengan mudah bisa membaca kegelisahannya yang terus coba disembunyikan.

Mendengar pertanyaan Adiba, Adit terdiam. Haruskah ia menceritakan yang sebenarnya? Laki-laki itu mengembuskan napas berat, dan menatap dua wanita di depannya bergantian. Mungkin dengan mereka tahu, setelah ini mereka akan lebih berhati-hati. Tapi tidak, aku tak ingin melibatkan mereka, batinnya terus bergelut.

“Tidak ada apa-apa. Lebih baik kalian temani Kayla. Aku ingin bicara sebentar dengan Dimas.” Adit mencoba mengalihkan topik agar mereka tak semakin penasaran.

Mengerti dengan maksud Adit yang enggan menceritakan hal sebenarnya, dua wanita itu hanya mengangguk. Lalu melangkah pergi.

Adit mengalihkan perhatiannya pada Dimas setelah dua sahabat Kayla tak terlihat.

“Apa ada informasi yang kamu dapat?”

“Ya ... ada hal penting yang harus kita bicarakan. Tapi tidak di sini.” Dimas menyarankan. Setelah itu mereka melangkah pergi ke tempat yang lebih tenang untuk bicara.

“Semalam ada yang mencoba menghabisi si korban terakhir,” terang Dimas setelah mereka sampai di taman rumah sakit yang agak sepi.

Adit terkejut mengetahui kabar itu.
“Apa mereka sudah mulai melancarkan aksi nekat?”

Dimas hanya mengangguk sebagai jawaban, sebelum kemudian dia bicara.

“Tapi beruntungnya, orang-orang ku telah menyiapkan antisipasi untuk hal seperti ini. Jadi aksi itu gagal, sebab si korban terakhir ini sudah lebih dulu kami amankan. aku menangkap salah satu dari pembunuh bayaran itu.”

“Lalu, kamu bawa mereka ke mana?”

“Ke sebuah rumah tua di dekat hutan. Aku mengurung mereka di sana, begitu juga beberapa orang yang bertugas menjadi provokasi sengketa lahan pertambangan. Kau harus tahu, warga di sana diancam oleh orang-orang tak bertanggung jawab. Hingga warga terpaksa menuruti kemauan mereka. Warga juga di iming-imingi akan di beri kompensasi. Tapi aku curiga, ada orang dalam perusahaanmu yang juga ikut terlibat dalam kasus ini, aku pikir akan lebih baik jika kamu turun tangan untuk menemui mereka di Jawa. Agar kasus ini bisa cepat selesai." Dimas coba memberi saran.

“Ya, kau benar. Sepertinya aku memang harus ke sana. Tapi sebelum itu, aku harus membereskan masalah di sini dulu.”

***


Tambah gaje nggak sih, makin ngebosenin ya? Maap banget jika mengecewakan.

Terimakasih banyak untuk kalian yang masih setia menunggu cerita ini di liblibrary kalian. Dan terimakasih untuk dukungan kalian yang selalu membuat aku semangat.

Jangan lupa tigalkan jejak, dan rekomen cerita ini ke temen-temen kalian. Barang kali suka wakaka *promo terslubung hihi.

Jika cerita ini memiliki pesan yang baik untuk kalian saya akan sangat bahagia. Dan sebarkan kebaikan itu agar terus jadi amal jariah ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro