26. Rindu Yang Menggebu
Takdir, satu baris kata yang singkat tapi memilik banyak andil untuk hidup kita. Kita pasti pernah dengar, tak ada kata kebetulan dalam sebuah takdir. Entah itu baik atau buruk, pada akhirnya kita akan mengerti dan menyadari apa maksud Allah menciptakan takdir itu untuk kita. Sama halnya Adit, ia tak mengerti apa maksud Allah membuat takdirnya begitu rumit. Ia hanya ingin menata hidup baru dengan Kayla, dan berusaha memperbaiki kesalahannya pada wanita itu. Tapi lagi-lagi takdir-Nya selalu tak sejalan dengan apa yang ia harapkan.
Memang benar apa yang di katakan Imam Syafi’i, bahwa jika kita terlalu berharap pada manusia, maka Allah akan menimpakan atasmu pedihnya sebuah pengharapan. Agar kamu tahu bahwa – Dia sangat mencemburui hati yang berharap selain pada-Nya. Sebab hanya Allah lah yang patas untuk di jadikan tempat berharap.
Baru sebentar saja Adit menikmati kebersamaannya dengan Kayla. Namun ada saja yang mencoba mengusik kebahagiaan mereka. Mengenai Om Danu yang kembali muncul di hidup mereka, serasa mimpi buruk. Kabar yang didengar tadi pagi dari Dimas semakin menambah ketakutannya tentang hadirnya laki-laki itu. Ia teringat pembicaraannya dengan Dimas tadi pagi.
“Aku hanya ingin bicara sebentar denganmu. Makannya aku memancing Kayla untuk pergi. Ini sangat penting, mengenai Om Danu dan kaitannya dengan perusahaanmu,” kata Dimas sambil melepaskan jegalan tangan Adit di kemejanya.
“Baik lah, cepat katakan! kita duduk di sana saja!” Adit berkata sambil menunjuk tempat duduk yang biasa ia gunakan untuk bersantai.
“Orang suruhanku tadi malam menelepon, mereka menemukan alasan kecelakaan itu terjadi. lima orang itu memang meninggal tapi korban terakhir masih selamat karena dia mendapat pertolongan lebih cepat,”
“Maksudmu? Ada lebih dari lima orang yang menjadi korban kecelakaan?”
"Iya ... tepatnya enam korban. Orangku bilang, saat si korban yang selamat ini mencoba menolong mereka, dia merasa ada yang mendorongnya hingga ikut jatuh ke dalam Unloading Nitrogen,” Adit tertegun mendengar ucapan Dimas.
“Itulah sebabnya aku merasa ada yang janggal. Kenapa bisa mereka terjatuh sementara perlengkapan keamanan untuk akses ke tempat itu bahkan telah di buat seketat mungkin. Meski kita tetap tak bisa menolak kehendak Allah. Namun tetap saja aku ... “ Adit menggantung kalimatnya.
“Itu yang patut kita pertanyakan? Dan siapa kira-kira yang mendorong si korban terakhir ini?” tanya Dimas menganalisis.
"Lalu si korban selamat ini, apa dia sudah diberi perlindungan? Aku yakin si pelaku jelas akan mengincarnya jika dia tahu korban terakhir ini masih hidup,” kata Adit
"Kau tenang saja, kami sudah memberinya perlindungan."
"Bagus lah, lalu bagaimana tentang sengketa lahan pertambangan? Apa kau sudah tahu siapa yang memprovokasi mereka untuk berdemo?"
"Mereka masih mengintai kegiatan warga di sekitar sana." Mendengar kata-kata Dimas, Adit hanya mengangguk kecil. Lalu laki-laki itu melanjutkan ceritanya.
“Kau juga harus tahu mengenai Om Danu, dia memang sudah keluar dari beberapa bulan yang lalu dan sekarang dia ada di Jakarta.”
Obrolannya dan Dimas sempat terpotong karena Kayla tiba-tiba datang. Tadinya Adit sempat khawatir istrinya mendengar obrolan mereka. Tapi sepertinya tidak, sebab Kayla tak bertanya lebih jauh. Pasalnya laki-laki itu menyuruh Dimas tak memberi tahu hal ini pada Kayla, agar ia tak merasa khawatir. Meski Adit tahu wanita itu pasti sangat bingung dengan tingkahnya yang berubah terlalu posesif. Lamunan Adit terhenti saat Abi tiba-tiba membuka pintu dengan cukup keras.
“Kamu lihat, Nak! Orang-orang itu sudah mulai melakukan serangan pada perusahaan kita,” Abi berkata sambil menyodorkan koran berita tepat di hadapan Adit. Abi menghembuskan napas berat dan terlihat sangat frustasi hingga membuat Adit mengernyit bingung, lalu buru-buru meraih koran itu, dan melihat tajuk utama yang menuliskan :
Perusahaan Besar A&K Pacific melakukan Kelalaian Dan Melanggar perjanjian Lahan Pertambangan.
Di dalam koran disebutkan jika Perusahaannya melakukan kelalaian yang mengakibatkan lima pekerja meninggal, juga terjadi pelanggaran perjanjian dengan pihak terkait di daerah tersebut. Disebutkan juga jika Adit sebagai CEO tak becus menangani masalah yang terjadi. Artikel itu seolah-olah memojokkan perusahaannya. Adit menggeram marah menyadari orang-orang dibalik kasus itu jelas ingin menghancurkan nama baik perusahaan dan dirinya.
“Ini benar-benar sudah keterlaluan!” geram laki-laki itu pada siapa pun yang melakukan ini. Tiba-tiba Om Jatmiko selaku asisten pribadi Abi datang.
“Maaf, Pak,” kata Om Jatmiko sambil membungkuk hormat. Lalu laki-laki yang seusia dengan Abi itu melanjutkan kata-katanya, setelah mendapat persetujuan Abi untuk bicara.
“Para pemegang saham terus menghubungi, guna meminta kepastian tentang berita di koran. Mereka mendesak kita untuk segera membereskan permasalahan yang terjadi.
Sebelum berita itu muncul di seluruh stasiun televisi.” Adit memijat pelipisnya mendengar kata-kata Om Jatmiko, kepalanya serasa berdenyut memikirkan permasalahan pelik yang terjadi. Tak beda jauh dengan dirinya, ia lihat Abi juga menarik napas gusar.
"Segera beri tahu mereka kita akan mengusahakan menyelesaikan masalah ini secepatnya. setelah penyelidikan kasus itu selesai." Jawaban tegas Adit membuat semua orang menatapnya.
“Apa tidak lebih baik Anda sendiri yang menjelaskan pada para pemegang saham, agar mereka paham dan mau mengerti.”
Mendengar kata-kata Om Jatmiko, Adit terdiam. “Ya, Om benar. Beri tahu mereka besok kita adakan rapat!”
“Lalu bagaimana dengan para investor asal Dubai, Pak?”
“Masalah tentang mereka biar saya yang urus.” Om Jatmiko hanya mengangguk, lalu melangkah pergi.
“Ah, Om Jatmiko.” Seruan Adit kembali membuat laki-laki itu memutar tubuhnya.
"Suruh beberapa orang untuk mencari tahu ke media surat kabar ini. Siapa gerangan yang menyebarkan berita tentang perusahaan kita.” Adit menyodorkan koran yang tadi ia baca pada Om Jatmiko.
“Baik, Pak.” Setelah itu, Om Jatmiko benar-benar pergi.
“Apa kamu sudah ada kabar dari orang suruhanmu itu?” tanya Abi selepas kepergian asistennya.
“Ah ya, aku lupa. Mereka bilang sudah ada titik terang.”
“Bagus lah jika sepeti itu. Setidaknya kita bisa memberi bukti pada masyarakat umum, bahwa kita bukan perusahaan yang mementingkan diri sendiri.”
***
Pagi harinya Adit memutuskan berangkat lebih cepat. Pasalnya Om Jatmiko menelepon pagi-pagi sekali, bahwa orang-orang suruhannya telah menemukan siapa pelaku yang menyebarkan berita fitnah itu di media masa. Adit membangunkan Kayla yang terlihat masih terlelap.
“Sayang, bangun?” kata laki-laki itu sambil menepuk pipi Kayla dengan lembut. Istrinya itu mulai mengerjapkan mata. Berusaha menyesuaikan diri dengan pencahayaan.
“Enggg ... kenapa, Mas?” tanya Kayla dengan mata setengah tertutup. Wanita itu bangun dan menatap suaminya dengan penuh tanda tanya.
“Mas, mau ke mana pagi-pagi begini sudah rapi?”
“Mas berangkat dulu ke kantor, ada pekerjaan penting pagi ini. Kamu harus ingat! Jangan pernah pergi ke mana pun sendirian!” Adit mengingatkan istrinya.
Ditatapnya lekat-lekat wajah cantik Kayla sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Sebenarnya Adit sangat merindukan sang istri. Beberapa hari ini mereka jarang menghabiskan waktu bersama, semenjak ada masalah di perusahaan.
Setiap Adit pulang Kayla dan Jovan pasti sudah terlelap. Tak butuh waktu lama, laki-laki dengan setelan jas rapi tersebut mendekatkan wajah ke arah Kayla, mengecup bibir merahnya yang selalu menjadi candu. Adit benar-benar merindukan Kayla. Laki-laki itu menarik tengkuk istrinya agar lebih mendekat, lalu mendudukkannya di pangkuan tanpa melepas pagutan mereka.
Kayla mulai menarik rambut Adit dengan gemas. Ia biarkan saja wanita itu menguasai permainan. Adit tersenyum dalam ciuman mereka, menyadari sang istri juga merindukan dia sama besarnya. Tak biasanya Kayla terlihat begitu agresif seperti sekarang. Batin Adit. Suara decapan dan erangan Kayla membuat libido laki-laki itu naik. Apa lagi di pagi hari seperti ini. Situasi yang ada sekarang benar-benar menyiksa untuknya. Adit harus segera mengakhiri semua, atau ia benar-benar akan membuat Om Jatmiko menunggu sampai nanti siang. Pasalnya jika sedang bersama Kayla Adit selalu lupa diri. Laki-laku itu memutuskan mengakhiri ciuman, dan menatap mata sang istri yang terlihat sayu.
Ada banyak tanda tanya dalam tatapan mata coklat Kayla. “Kenapa?” tanya wanita itu hera, karena Adit melepas pagutannya tiba-tiba.
“Maaf, Sayang, Mas harus mengakhiri ini sebelum kita benar-benar 'melakukannya'.” Mendengar kata-kata itu dari mulut suaminya, Kayla terlihat murung. Wanita itu bahkan langsung mengalihkan tatapan ke arah lain.
“Apa Mas nggak rindu sama, Kay? Beberapa hari ini kita ... kita." Kayla tak bisa berkata-kata karena tak bisa lagi menahan tangis. Melihat itu Adit pun panik.
“Sayang, dengar ... hey, dengarkan, Mas.” Adit menarik dagu sang istri agar menatap matanya. Lalu menangkup wajah cantik dan mencium keningnya agak lama.
“Maaf, beberapa hari ini Mas selalu sibuk dengan pekerjaan. Mas juga sangat merindukanmu. Tapi ada hal penting yang harus Mas selesaikan. Mas Janji, setelah masalah ini selesai, kita akan honeymoon ke mana pun kamu mau,” sambung Adit sambil menyeka air mata Kayla.
“tapi pleace jangan menangis lagi. Atau Mas benar-benar akan tetap di sini dan membuat Om Jatmiko menunggu.”
“Jangan! Kasihan Om Jatmiko dan yang lain nanti. Kay minta Maaf sudah bersikap kekanakan. Kay juga nggak tahu kenapa akhir-akhir ini jadi terlalu sensitif.”
Adit sebenarnya juga merasakan perubahan Kayla. Akhir-akhir ini istrinya jadi gampang menangis dam lebih manja dari biasanya, walau ia lebih suka Kayla yang manja seperti ini.
“Ya, Mas tahu ... Ya sudah, sekarang apa boleh Mas pergi?” tanya Adit sekali lagi. Sementara Kayla hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, setelah itu mereka bangkit dan melangkah keluar.
“Mas berangkat dulu, kamu jaga diri di rumah, dan ingat–“
“Jangan pernah pergi ke mana pun sendirian, harus diantarkan Dimas. Itu, kan, yang ingin Mas bilang?” Kayla memotong kata-kata suaminya.
“Bagus kalau kamu tah, kalau begitu Mas pergi,"
Adit mengelus kepala istrinya sebelum ia melangkah pergi, sementara Kayla hanya mengangguk sebagai jawaban.
Rasa rindu yang menumpuk membuat kaki Adit terasa berat untuk melangkah. Laki-laku itu memutuskan untuk memutar tubuh dan berjalan kembali ke arah Kayla, lalu mengecup bibir sang istri, dan menariknya dalam pelukan. Tak Ada yang bersuara di antara mereka hingga ia melepas pelukannya pada Kayla.
“I LOVE YOU,” Adit berkata sambil mengelus pipi istrinya lembut.
“I LOVE YOU Too.”
Setelah mengatakan itu, dikecupnya lagi kening Kayla lalu benar-benar melangkah pergi.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Adit menancap gas menuju ke tempat Om Jatmiko menunggu. Ia melihat Kayla dari kaca spion, istrinya itu masih setia berdiri sambil melambaikan tangan ke arah mobil yang ia kendarai. Adit tersenyum tipis, berharap masalah ini bisa cepat selesai. Agar ia bisa menghabiskan waktu bersama Kayla dan putranya lebih lama.
**********
Hay hay... akhirnya bisa updet, sekarang updet juga. Aku merasa bersalah kalau nggak cepat-cepat Updet. Bagaimana capter ini? Apa kalian suka?
Dan terimakasih buat kalian yang selalu memberiku semangat. Aku sayang kalian.
Seneng rasanya kalian mau ikhlas baca cerita mereka.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.
😗😗😗😗
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro