24. Takdir Terindah
Kayla melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Gaun berwarna biru dengan model brokat menjuntai indah di tubuhnya. Di padukan dengan hijab bermodel simpel, berwarna hitam yang menambah kesan anggun. Tak ada lagi gaun selutut tanpa lengan, atau rambut yang di gelung tinggi. Sebab mulai hari ini, ia memutuskan akan menjadi muslimah yang sebenarnya. Wanita itu sudah memantapkan hati untuk berhijrah di jalan – Nya, dan ia berharap Allah meridhoi keputusan ini dan menjadikannya selalu istiqomah.
Kayla tersenyum lebar, menyadari hari ini Adit akan mengajaknya makan malam bersama, sementara Jovan ia titipkan di tempat Umi. Kayla melangkahkan kaki menuruni tangga, dan melihat Adit sedang serius dengan ponsel di tangannya. Beberapa hari ini, suaminya itu sangat sibuk dengan ponsel. Seperti sedang menunggu pesan yang entah dari siapa. Adit bahkan tak menyadari jika dari tadi Kayla telah berdiri menjulang di depannya. Ia memutuskan untuk berdehem, tapi suaminya masih terlihat serius dengan kegiatan dan belum berniat mengangkat wajah.
"Ekhem, Mas!"
Setelah beberapa kali berdehem, akhirnya Adit menengadahkan wajah. Laki-laki itu terdiam saat mengamati penampilan istrinya dari atas ke bawah, lalu tersenyum lebar dan bangkit dari duduknya.
"Masyallah, Sayang, Ini benar kamu?" tanya Adit sambil mengamati wanita di depannya.
Mendengar kegembiraan pada wajah sang suami, Kayla hanya mengangguk antusias sebagai jawaban.
"Syukur lah, jika ini jalan yang kamu pilih. Semoga Allah semakin membuatmu lebih bertakwa," sambung Adit, sambil memeluk sang istri. Setelah itu, dia mendaratkan kecupan di keningnya.
"Amin."
"Ya sudah, ayo kita pergi."
Kayla mengangguk kecil, lalu mobil yang mereka tumpangi melaju menembus jalanan Jakarta. Setelah terjebak kemacetan sekitar setengah jam, akhirnya mereka sampai di depan sebuah restoran bergaya Eropa. Tapi keadaan restoran tampak sepi, hingga membuat Kayla agak sedikit heran. Di depan pintu, mereka disambut seorang laki-laki berwajah khas barat. Yang mungkin adalah manager restoran itu.
"Selamat malam Tuan dan Nyonya Kahfi, silakan menikmati malam ini," kata laki-laki itu dengan bahasa Indonesia yang belum fasih.
"Ya, terima kasih, Ed," jawab Adit pada laki-laki itu. Lalu mereka melangkah masuk ke restoran.
Begitu membuka pintu, pemandangan yang tersaji di dalam restoran membuat Kayla terperangah, banyak lilin-lilin kecil berjajar membentuk jalan, juga ada kelopak-kelopak bunga mawar yang bertebaran. Sementara di ujungnya ada sebuah meja untuk dua orang, penerangan pun dibuat temaram, dan menciptakan suasana romantis di sekeliling mereka, Kayla tersenyum ke arah Adit karena kejutan itu.
"Ini ...." Kayla menggantung kalimat, karena terlalu bahagia setelah menerima kejutan dari suaminya.
"Ya ... ini Mas siapkan khusus untuk istriku, kamu suka?" tanya Adit menatap wanita di depannya dengan senyum lembut. Sementara Kayla hanya menjawab dengan anggukan kecil, di sertai senyum yang tak lepas dari bibir.
"Ayo " Adit mengulurkan lengan agar Kayla berjalan menggandeng tangannya. Setelah itu mereka melangkah melewati lilin-lilin menuju meja kecil yang terdapat di ujung restoran.
Setelah mereka duduk, seorang pelayan dengan di dampingi laki-laki bernama Ed, datang membawa menu makan malam. Setelah lebih dulu dia menuangkan segelas Jus.
"Silakan, Nyonya? Menu masakan ini bernama Gratin Dauphinois, ini khusus saya buatkan untuk Anda, karena tidak mengandung daging namun sangat mengenyangkan dan kaya akan rasa. Gratin Dauphinois terbuat dari kentang yang dimasak bersama krim khas Perancis, Jadi tidak akan menyebabkan Anda gemuk, Nyonya," kata si koki dengan nada meledek. Kontan kata-katanya membuat Kayla tersenyum.
"Oh terima kasih, saya pasti akan menghabiskannya, saya merasa menjadi seorang bangsawan sekarang."
Kata-kata Kayla membuat si koki tersenyum hangat.
"Ta femme est très gentille monsieur, et aussi belle (Istrimu sangat baik pak, dan cantik sekali)," kata laki-laki itu lagi, sambil berbisik pada Adit dengan bahasa Perancis nya. Sengaja agar Kayla tak mengerti.
"Oui, c'est pourquoi je suis tombé amoureux d'elle, mais elle est féroce, il faut être prudent (Ya, itu lah sebabnya aku jatuh cinta padanya. Tapi dia galak, kau harus hati-hati)," gurau Adit.
Kayla hanya mengernyit bingung ketika Adit membalas kata-katanya dengan senyum lebar dan menggunakan bahasa Prancis juga. Banyak hal yang tidak ia ketahui tentang suaminya ternyata.
"Ah, saya memilik satu hidangan sepesial lagi untuk hidangan penutup,” sambung si koki lagi sambil menjentikkan jari, dan keluar seorang pelayan membawa satu nampan makanan.
"Saya membuatkan Creme Brulee, ini adalah dessert khas Perancis yang wajib Anda coba. Creme Brulee terbuat dari campuran vanila, susu, & buah-buahan yang dimasak di dalam oven. Teksturnya yang lembut, rasanya yang manis, serta sensasi segar dari buah-buahan bisa dijamin melengkapi makan malam khas Perancis Anda dengan sangat sempurna."
Kayla tersenyum lebar mendengar laki-laki itu mengatakan hal tersebut, lalu dia pergi dari hadapan Adit dan Kayla.
"Terima kasih, Mas, untuk makan malam yang sangat romantis ini."
"Syukurlah kalau kamu menyukainya."
“Dia tadi bilang apa?” Kayla penasaran.
“Oh ... di bilang kamu cantik.”
“Masa kata-kata sepanjang itu artinya cuman cantik. Mas bohong pasti.”
“Sudahlah, ayo kita makan.”
Kayla mengerucutkan bibir, tak puas dengan jawaban suaminya. Meski begitu akhirnya mereka menikmati hidangan yang sangat lezat tersebut, Kayla yakin harga makanan ini pun akan merogoh kocek dalam-dalam, mengingat ini adalah restoran mewah.
"Masih ada satu kejutan lagi untukmu," ujar Adit setelah mereka selesai dengan hidangan di meja.
Kayla mengernyit bingung saat Adit memberikan kode lewat tepukan tangan. Setelah itu, muncul seorang laki-laki yang memainkan biola di tangannya. Kayla tersenyum menatap Adit yang juga sedang menatapnya. Setelah itu Adit berdiri dari duduknya "Ayo, kita berdansa," ujarnya sambil mengulurkan tangan ke arah Kayla.
"Kay nggak bisa berdansa, Mas."
"Nanti Mas ajari, ayo!"
Mau tak mau Kayla meraih tangan Adit dan bangkit dari duduknya.
"Copot sepatumu."
Mendengar kalimat perintah itu, Kayla hanya menatap sang suami bingung, tapi akhirnya ia menuruti. Setelahnya Adit pun menarik tangan Kayla agar lebih mendekat dan menaikkan kakinya ke atas kaki laki-laki itu. Kayla meletakan tangan di pundak Adit, lalu laki-laki itu menarik pinggang nya agar lebih merapat. Tak butuh waktu lama ketika kaki suaminya mulai melangkah mengikuti alunan musik.
Tak ada suara, hanya lewat tatapan mata mereka berinteraksi. Mencoba menyelami betapa indahnya anugerah Allah yang telah diberikan pada hidupnya. Kayla tak ingin apa pun selain berharap Allah akan selamanya mengizinkan ia berada di sisi sang suami. Ia sangat mencintai laki-laki ini, terlepas dari semua kesalahannya di masa lalu.
"Aku mencintaimu, Kayla Asadiel Djalal. Terima kasih, kamu mampu bertahan di sisiku, meski aku tak sesempurna Nabi, meski Mas selalu menyakitimu," ujar Adit sambil menatap mata istrinya sendu. Beribu penyesalan tiba-tiba merayap di hati laki-laki itu kala mengingat bagaimana perlakuannya pada Kayla dulu.
Kayla menyunggingkan senyum tulus ke arah Adit, berusaha menenangkan gejolak emosi yang terlihat dari sorot mata laki-laki itu. lalu dia mengusap pipinya dengan lembut. "Cinta itu memaafkan. Bukan seberapa sering Mas melakukan kesalahan, tapi seberapa tulus Mas mengakui kesalahan dan berusaha menjadi lebih baik. Itu yang terpenting."
Mendengar kata-kata Kayla yang penuh keikhlasan, Adit pun mencium punggung tangan wanita itu.
"Kamu tahu, Mas bersyukur Allah mengirimkan kamu dalam hidup, Mas. Bagi Mas, kamu adalah bidadari tak bersayap, dan Mas menyesal karena dulu pernah menolak kehadiranmu. Izinkan Mas memperbaiki semuanya. Mas janji, apa pun yang terjadi Mas akan melindungi kamu sekuat yang Mas bisa, meski itu berarti nyawa Mas taruhannya." Adit berkata dengan nada tulus, lalu mengecup bibir wanita itu sekilas, dan menariknya ke dalam pelukan.
Tak ada yang lebih membahagiakan dari ini, meski Kayla merasa agak janggal dengan kata-kata suaminya. Sebab Adit selalu saja bilang ingin melindunginya sekuat yang dia bisa, tapi melindungi dari apa? Dan hal apa yang sebenarnya terjadi? Batin Kayla terus bertanya.
"Mas punya sesuatu untukmu."
Kalimat Adit membuat Kayla menengadahkan wajah. Lalu tak lama kemudian laki-laki itu mengeluarkan sebuah liontin berlian ber-bandul Bintang dengan inisial nama mereka di tengahnya.
"I-ini ... indah sekali," Kayla berkata dengan mata berbinar.
Reaksinya membuat Adit tersenyum ke arah wanita itu. "Kamu suka?"
Mendengar pertanyaan Adit, Kayla mengangguk antusias dengan senyum lebar.
"Biar aku pakaikan." Setelah mengatakan itu, Adit memasangkan liontin tersebut ke leher istrinya.
"Terima kasih, Mas, Kay sangat bahagia malam ini." Kayla berkata sambil memeluk Adit.
Wanita itu tak hentinya memanjatkan doa dan rasa syukur pada Sang Pencipta. Kehadiran Adit yang semula ia pikir adalah musibah, justru menjadi pusat kebahagiaannya saat ini. Memang benar apa kata orang, bahwa Allah yang paling tahu yang terbaik bagi setiap hambanya. Dia mengirim laki-laki patah hati itu pada Kayla, agar dia menjadi pelipur laranya. Meski perjuangan wanita itu untuk mendapat pengakuan Adit memakan waktu yang panjang dan melelahkan, Kayla tak akan pernah menyesalinya. Bagi wanita itu, Adit adalah takdir terindah.
Malam itu keduanya lewati dengan perasaan penuh suka cita. Adit hanya ingin melupakan segala kekhawatiranya untuk malam ini, sebelum badai besar akan datang dan memorak-porandakan kebahagiaan mereka. Adit tahu, dia harus bersiap untuk semua kemungkinan terburuk.
*********
Mohon kritik dan sarannya ya, di bagian mana yang menurut kalian kurang greget.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro