Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23. Mantan Kekasih Istriku

Adit melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan untuknya. Selain menghadapi masalah perusahaan, ia juga harus menghadapi masalah teror orang misterius. Semua hal peristiwa itu semakin membuat kepalanya berdenyut.

"Assalamualaikum,” seru Adit dengan nada lesu.
"Waalaikumsalam," jawab Kayla, disertai senyum lembut dari bibirnya menyambut kedatangan Adit. Laki-laki itu langsung memeluk istrinya  mencoba menenangkan perasaan yang berkecamuk. Sementara Kayla hanya diam dan berusaha menepuk punggung Adit dengan lembut.

"Biarkan seperti ini sebentar. Rasanya lelah sekali hari ini," gumam Adit lirih.

"Apa yang terjadi?" tanya Kayla lembut. Adit bersyukur, di tengah-tengah rasa putus asanya ada Kayla yang selalu bisa menenangkan.

Laki-laki itu melepaskan pelukannya, lalu Kayla meraih tas dan juga jas yang dibawa sang suami. Sementara Kayla menaruh tas Adit dikamar, laki-laki itu memilih menjatuhkan tubuh ke kursi di depan televisi, dan menyandarkan kepala sambil mendesah lelah. Lalu istrinya mendudukkan diri di samping Adit. laki-laki itu langsung merebahkan diri di pangkuan sang istri.

"Hanya ada beberapa masalah di perusahaan," jawab Adit dengan suara lirih.

"Jadi, nggak mau cerita apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kayla sambil mengelus kepala laki-laki itu dengan lembut. Adit memejamkan mata, merasakan kenyamanan karena perlakuan Kayla.

Adit mengembuskan napas berat, dan menatap mata coklat istrinya dengan serius. Lalu mengalirlah cerita dari mulutnya tentang semua hal yang terjadi hari ini.

"Jadi yah, begitu lah ... Mas juga bingung, sebenarnya siapa yang mengirim foto-fotomu, dan juga pesan bernada ancaman itu," jawab Adit sambil menelusupkan kepalanya ke perut datar sang istri.

"Sepertinya aku tahu, siapa yang mengirim SMS itu," jawab Kayla sambil tersenyum misterius ke arah Adit.

Mendengar itu Adit langsung terbangun dari pangkuan Kayla dan menatap serius pada istrinya. "Maksud kamu apa?"

"Jadi, dulu yang menyarankan Kay pergi ke tempat ayah tanpa menghubungi Mas, adalah Abi. Dia sengaja ingin membuat Mas sadar akan kesalahan Mas pada Kay, mungkin saja itu Abi, kan? Karena beliau sempat bilang begini ‘Adit harus tahu bagaimana sakitnya kehilangan, sebelum dia benar-benar merasakan kehilangan yang sebenarnya’.” Kayla menirukan kata-kata Abi. Sementara Adit terdiam menatap Kayla, entah kenapa mengetahui Abi pernah bicara seperti itu, Adit merasakan kekhawatiran. Namun laki-laki itu menutupinya.

"Oh, jadi kalian sekongkol mengerjai Mas? Pintar ya kamu, mengerjai suami sendiri," kata Adit sambil menyilangkan tangan ke dada, dan menatap Kayla pura-pura marah. Sementara Kayla hanya memperlihatkan deretan giginya tak berdosa.

"Jadi, apa ya hukumannya untuk istriku yang nakal ini? Hah?" Sambung Adit sambil menatapnya penuh misterius. Kayla memicingkan mata curiga, lalu cepat-cepat Adit menarik tangannya saat Kayla berusaha menghindar. Setelah itu Adit menggelitik pinggang istrinya hingga dia menjerit karena geli.

"Nakal ya, kamu. Siapa yang mengajari? Bilang maaf nggak."

"Mas ... nggak, bukan Kay! I-ini ide Abi, Mas! Stop! Geli!" racau Kayla terus memohon. Tawa wanita itu bahkan menggema di penjuru rumah.

"Baik lah Mas ampuni, tapi ... ?" Adit menggantung kalimat. Kayla langsung memicingkan mata curiga. Jika sudah begitu, rencana Adit tak akan jauh-jauh dari pikiran mesum.

"Beri Mas satu kecupan. Ayo!" Benarkan yang Kayla pikirkan. Laki-laki itu bahkan telah memejamkan mata sambil memajukan bibirnya berniat mendaratkan kecupan mesra. Namun, yang mendarat di bibirnya justru sebuah benda empuk yang terasa halus.

“Sayang, sejak kapan bibir kamu berubah jadi berbulu?” pertanyaan Adit membuat Kayla terkikik, dan begitu Adit membuka mata, laki-laki itu melotot ke istrinya saat melihat benda yang menempel di bibirnya tak lain adalah boneka beruang milik Jovan. Sementara di depannya Kayla hanya mengerling nakal.

"Enak kan, ciumannya?" setelah itu, tawa Kayla menggema. Lalu wanita itu berlari masuk meninggalkan Adit yang hanya bisa bersungut-sungut dengan tingkahnya.

Begitu Kayla tak terlihat, mimik wajah Adit yang ceria berganti menjadi wajah penuh kecemasan. Setidaknya ia memiliki Kayla sebagai tempatnya berkeluh kesah. Dengan mendengar tawanya saja rasanya mampu membuatnya merasa tenang.
Adit kembali menghempaskan tubuh ke sofa, lalu mengembuskan napas berat. Ia tahu sekali, jika dugaan Kayla tentang pelaku SMS itu adalah Abi, jelas salah. Mungkin jika kejadiannya hannya SMS waktu itu, ia akan percaya itu Abi. Tapi masalahnya ini sudah menyangkut perusahaan. Adit teringat lagi pembicaraannya tadi siang dengan Dimas.

Adit sedang berada di sebuah kafe dekat kantor, menunggu seseorang yang tadi ia telepon. Dengan terpaksa laki-laki itu menghubungi mantan kekasih istrinya. Guna meminta bantuan terkait teror yang ia terima.

Beberapa menit menunggu, orang yang ditunggu datang dengan seragam kebesarannya yang ditutupi jaket bomber berwarna biru. Melihat gayanya, sebenarnya Adit malas mengatakan ini, tapi harus ia akui, jika laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya memang terlalu keren untuk ukuran seorang polisi. Sialan! Kenapa aku bisa memujinya seperti ini. Umpat Adit dalam hati. Dimas duduk di depan Adit, membuyarkan lamunan laki-laki berjas itu. sementara Dimas hanya mengangkat alis datar.

"Ada apa kamu menyuruhku datang ke sini? Tentunya bukan karena ingin mengetahui masa laluku dan Kayla bukan?" cibir Dimas dengan nada mengejek.

"Cih! Aku sama sekali tak tertarik mendengar mu pamer tentang Kayla. Delapan tahun menjalin cinta dengannya, tetap saja, kan? Aku orang pertama yang mencuri ciumannya."

"Hah! Kenapa jadi kamu yang pamer sih! Sudahlah! To The point saja, ada hal penting apa yang ingin kamu bicarakan?" kata Dimas dengan nada malas.

Mau tak mau Adit menatap laki-laki di depannya serius. "Aku ingin meminta bantuanmu terkait masalah kecelakaan kerja di perusahaan migas ku yang ada di daerah Jawa Timur.”

Penjelasan Adit membuat Dimas mengernyit bingung. “Apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus membantu masalahmu mengenai perusahaan?” tanya Dimas heran.

“Ck! Dengarkan dulu penjelasanku.” Adit terdengar kesal.

Dimas memutar mata jengah, “Baik lah, apa yang bisa ku bantu?"

"Aku ingin memintamu mencarikan detektif yang bisa memata-matai sekitar kawasan pertambangan. aku merasa curiga ada orang yang sengaja menyabotase kasus kecelakaan, dan juga memprovokasi orang-orang di sana agar membuat rusuh di perusahaan ku,"

"dan mengenai pesan misterius itu? Sepertinya apa yang kamu bilang padaku waktu itu memang benar. Kemarin aku mendapatkan SMS ancaman lagi, sepertinya itu si pelaku yang sama dengan pengirim pesan sebelumnya."

Mendengar Adit bicara mengenai  pesan misterius, Dimas teringat sesuatu.

“Ah ... aku lupa bilang padamu soal itu, nomor pengirim pesan yang dulu kamu berikan itu sudah tak bisa dilacak, sepertinya masalah ini sangat rumit. Apa sebelumnya kamu memiliki musuh? Atau mungkin Kayla?" Kata Dimas menerka-nerka.

"Apa mungkin Om Danu? Tapi setahuku, dia ada di dalam penjara?"

"Om Danu yang di jebloskan Kayla ke penjara maksudmu?" tanya Dimas memastikan, dan hanya dijawab anggukan Adit.

"Astaghfirullah! Gawat! Kalau begitu kamu harus lebih berhati-hati. Terutama mengenai Kayla. Karena dari yang aku tahu, Om Danu sudah dibebaskan. Aku pernah bertemu dia saat aku mengikuti Kayla pulang," jawab Dimas dengan nada khawatir.

Nyawa Adit seperti tercabut mendengar kata-kata Dimas. “Itu berarti, ada kemungkinan itu dia yang melakukan?”

“semua kemungkinan itu pasti ada, jadi kita patut waspada untuk ini.”

Mendengar jawaban Dimas, Adit mengusap wajahnya gusar. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" gumam laki-laki itu.

"Aku akan mencoba meminta bantuan temanku yang seorang intel, untuk mencari tahu kebenaran ini. Berdoa saja semoga ini tak berlanjut.” Adit hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Dan mengenai, Kayla? Apa aku bisa meminta bantuanmu? Karena aku tak bisa selalu ada bersamanya?"

Permintaan yang diucapkan Adit membuat Dimas mengernyit. "Jangan bilang kamu akan memintaku menikahi Kayla? Tentu saja aku mau," kata Dimas dengan mata berbinar.

"Mimpi saja kau!" Adit berbicara dengan nada bersungut-sungut hingga laki-laki di depannya terkekeh geli. Mengerjai laki-laki ini menyenangkan juga. Pikir Dimas.

"Jadi, apa yang harus kulakukan?"

"Tolong, awasi Kayla. dan temani dia jika dia ingin pergi ke mana pun. Pasalnya aku selalu khawatir dengannya."

"Woho, tentu saja dengan senang hati aku mau, setiap hari berdua dengan Kayla pasti sangat menyenangkan." Dimas sengaja mengatakan hal itu untuk memancing kemarahan Adit. Namun laki-laki itu hanya mencibirnya,

“Jangan mimpi!” balas Adit sengit.

"Apa kamu yakin ingin menitipkan Kayla? Setelah kamu cemburu buta padaku? Apa kamu tidak takut Kayla kembali padaku, heh??" jawab Dimas semakin gencar mengejek.

"Ck! sebenarnya aku nggak rela harus seperti ini, tapi ... aku percaya dengan cinta Kayla padaku. yah ... walau aku agak ragu dengan perasaanmu pada Kayla."

Mendengar kata-kata Adit, Dimas hanya mendengus. "Cih, pamer! Tenang saja, aku sudah belajar mengikhlaskan Kayla. Walau sulit, bagiku asal dia bahagia itu sudah cukup."

Adit tertegun menatap Dimas yang bicara dengan nada tulus. Ada sorot sedih dalam tatapan laki-laki itu, Tapi Adit percaya pada laki-laki ini, bahwa dia pasti akan melindungi Kayla lebih dari nyawanya sendiri.

********

Hai-hai... aku updet lg hari ini, sudah ingin cepat-cepat selesaikan cerita mereka dan ganti cerita baru. Banyak banget ide menumpuk dalam Otak yang belum di eksekusi Ckckck.

Tuh bukan Dimas? Orang Dimas baik kok, jadi nggak mungkin dia kan?

Di tunggu aja lanjutannya. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro