22. Badai Di Tengah Kebahagiaan
Adit melangkah pelan menuju ke dapur berniat mengambil minum, tapi langkahnya terhenti di ambang pintu ketika ia melihat Kayla sedang berkutat di sana. Untuk bahagia ternyata sesederhana ini, ketika kau terbangun di pagi hari, dan bisa melihat senyum orang yang kau cintai, itu sudah lebih dari cukup untuk selalu ingat, nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan.
Adit melihat Kayla sedang menyiapkan sarapan, dengan Jovan yang duduk di baby car-nya. Seakan ikut merasakan kebahagiaan kedua orang tuanya, balita itu terus mengoceh sambil tertawa sesekali. Sementara Kayla terlihat sedang belajar memasak sesuatu dengan Yani.
Adit memutuskan mendekat ke arah sang istri yang sedang serius berkutat dengan bahan-bahan memasak. Kayla bahkan sama sekali tak sadar jika Adit sekarang berada di belakangnya, hingga Yani yang lebih dulu menyadari kedatangan laki-laki itu.
Adit langsung memberi kode dengan meletakan jari telunjuk ke depan bibir. Sebagai tanda agar Yani tak memberi tahukan kedatangan laki-laki itu, karena ia berniat mengagetkan Kayla. Suster Yani hanya mengangguk kecil ke arah Adit, lalu pergi membawa Jovan diam-diam.
"Jadi bumbunya cuman seperti ini saja, Sus?" tanya Kayla, belum menyadari jika yang diajak bicara telah pergi.
"Lagi bikin apa?" tanya Adit tiba-tiba sambil memeluk pinggang istrinya dari belakang.
Kayla terkesiap kaget.
"Astaghfirullah, Mas, aku sampai kaget," - Kayla berkata sambil mengelus dadanya - "loh, Yani sama Jovan mana?" sambung Kayla lagi setelah menyadari mereka tak ada.
"Sudah pergi dari beberapa menit yang lalu, kamu lagi bikin apa? Serius sekali sampai nggak menyadari Mas datang," tanya Adit pada Kayla sambil menyandarkan dagu ke bahunya.
Laki-laki itu menghirup dalam-dalam wangi tubuh sang istri yang selalu menjadi candu untuknya. Rambut Kayla yang digelung tinggi membuat leher jenjangnya terekspos. Adit bahkan menyeruakan kepala ke leher wanita itu hingga membuatnya menggigit bibir.
"Mas, pleace, jangan di sini. Kay mau memasak, Kay juga belum mandi. Pasti bau."
"Memang kenapa? Mas hanya merindukanmu." Mendengar jawaban Adit, Kayla memutar mata bosan. Sementara laki-laki itu masih asyik dengan kegiatannya.
"Gombal. Setiap hari juga kita bersama."
"Bagi, Mas. Merindukanmu setiap hari tak akan cukup."
"Ck! Berhenti menggombal. Sekarang, Mas mandi sana! Terus berangkat ke kantor. Mas sudah sering tak masuk kerja, kasihan orang-orang kantor," Kayla Nasihati
"Biarkan saja. Toh perusahaan itu milik, Mas." Jawaban cuek Adit membuat Kayla memutar tubuhnya menghadap ke arah sang suami. Sambil memasang wajah tak setuju dengan ucapan laki-laki itu.
"Justru karena itu, tanggung jawab Mas lebih besar. Mas harus menjadi contoh yang baik untuk mereka," jawab Kayla dengan gaya diplomatik.
"Ya, ya ... baiklah. Tapi beri Mas satu kecupan selamat pagi, baru setelah itu Mas akan pergi." Mendengar kata-kata itu, Kayla justru memutar mata bosan.
"Dasar mesum. Sudah sana mandi!"
"No. Sebelum Mas mendapat apa yang Mas inginkan." Akhirnya dengan wajah memerah, Kayla mengecup pipi suaminya. Aiiish ekspresi wajahnya yang malu-malu selalu membuatku gemas. Batin Adit.
"Terima kasih, Nyonya Kaffi. I LOVE YOU." Setelah mengatakan itu, Adit bergegas pergi meninggalkan Kayla yang mendengkus melihat tingkahnya.
Semenjak hari dimana Adit mengungkapkan cintanya, sikap laki-laki itu berubah drastis. Bahkan Adit selalu saja bersikap manja padanya, malam-malam yang mereka lewati pun, sering mereka habiskan untuk bercumbu dan bermesraan.
Adit baru saja keluar dari kamar mandi, ketika ponsel di atas nakas tiba-tiba berbunyi. Tertera nama Maya di layar, buru-buru ia mengangkat benda pipih itu.
"Halo. Ada apa, May?"
"Pak, Ini gawat! Di depan gedung banyak warga yang sedang berdemo menyangkut kasus lahan pertambangan yang ada di daerah Jawa Timur," kata suara di seberang dengan nada panik.
"Lalu bagaimana keadaan Abi?" Kabar dari maya membuat Adit mengkhawatirkan Abi.
"Pak Arsyad sedang di ruangannya sementara yang berusaha melakukan negosiasi dengan mereka adalah Pak Jatmiko. Tapi keadaannya semakin kacau, mereka ingin Bapak sendiri yang menemui mereka."
"Suruh Pak Jatmiko untuk menangani masalah dulu! Saya segera berangkat." Setelah itu sambungan terputus. Adit buru-buru mengganti baju dan bergegas ke kantor.
Di meja makan Kayla telah selesai dengan kegiatannya, ketika Adit berjalan tergesa-gesa kearahnya dengan napas memburu.
"Sayang, Maaf. Hari ini Mas nggak bisa mencicipi masakanmu. Ada masalah di kantor," Adit bicara dengan nada tergesa-gesa, membuat Kayla mengernyit bingung.
Adit meminum segelas susu yang di siapkan Kayla, dan mencomot roti.
"Ada masalah apa, Mas?"
"Nanti setelah pulang, Mas janji akan menceritakannya sama kamu. Mas harus cepat sampai kantor karena Abi sedang menunggu," jawabnya sambil mengunyah makanan.
"Ya sudah, Mas hati-hati! Jangan lupa kabari Kay jika ada sesuatu."
"Ya, Sayang. Mas berangkat." - Adit mencium kening Kayla, lalu mengucapkan salam, dan bergegas menuju kantor.
♡♡♡♡
Sekitar satu jam berkendara, Adit sampai di kantor, ia menghentikan mobilnya beberapa meter dari gedung, lalu cepat-cepat membuka jas yang ia kenakan dan menggantinya dengan jaket bomber yang sengaja ia bawa. Diambilnya topi dan kacamata yang ada di dasbor mobil, lalu mencoba memasuki gedung. Keadaan tak memungkinkan untuknya melewati mereka tanpa penyamaran. Beberapa wartawan dan pedemo mulai mengerumuni mobilnya ketika ia datang.
"Itu mungkin putra Arsyad yang selaku CEO itu," kata seorang wartawan.
"Bukan, masa CEO ke kantor mengenakan pakaian seperti seorang fotografer. Sudah lah, lebih baik kita wawancarai saja beberapa karyawan itu."
Adit sedikit bersyukur penyamarannya tak ketahuan. Begitu sampai di depan lobi ia langsung menaiki lift khusus, dan menuju ke ruangan Abi untuk melihat kondisinya.
Di depan ruangan Meeting, ia melihat Maya sedang bersama beberapa staf perusahaan. Mereka langsung berdiri saat melihat kedatangan Adit.
"Pak," sapa Maya dan yang lain, menunduk hormat.
"Bagaimana keadaan Pak Arsyad?" tanya Adit pada Maya.
"Beliau ada di dalam, Pak." Laki-laki itu langsung menerobos masuk tanpa mengetok pintu. membuat semua orang yang ada di ruangan menatap kedatangannya.
Abi menyambut Adit dengan wajah penuh kelegaan. "Syukurlah kamu datang, Nak," kata Abi sambil menghembuskan napas lega.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Adit bertanya mengabaikan perkataan Abi.
"Kamu ingat cabang perusahaan kita yang di daerah Jawa Timur?" tanya Abi memastikan. sementara laki-laki itu hanya menjawab dengan anggukan,
"Telah terjadi Kasus kecelakaan, dan ada lima orang meninggal dalam kasus itu. Pihak keluarga menuntut ganti rugi atas kelalaian pihak perusahaan."
"Bagai mana bisa itu terjadi? Bukankah perusahaan kita termasuk perusahaan yang standar operating procedure-nya paling bagus?"
Abi menghela napas gusar lalu memutar tubuh, dan duduk di kursi kebesarannya. Diikuti oleh Adit yang duduk tepat di depannya.
"Masalahnya tak hanya di situ, Dit. Kamu lihat, orang-orang di bawah sana? Mereka juga menuntut agar diberi kesempatan mengelola lahan pertambangan di sekitar pabrik. Sebagai bentuk CSR (company social responsibility),"
"mereka mengancam akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Dan kamu tahu apa akibatnya jika sampai ini terjadi? Para investor asal Dubai akan membatalkan kontrak kerja samanya dengan kita. Belum lagi para pemegang saham, bisa terancam mencabut saham-saham mereka. Dan di tengah-tengah harga minyak dunia yang turun, kita tak mungkin bisa berdiri sendiri," jawab Abi putus asa,
"Abi tak tahu siap yang memprovokasi mereka agar melakukan demo, dan menyebarkan berita kecelakaan itu. Abi juga tak habis pikir bagai mana bisa mereka menuntut CSR Sebab setahu Abi, telah terjadi kesepakatan jauh-jauh hari antara pihak kita dan mereka."
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Om Jatmiko selaku asisten pribadi Abi masuk ke dalam ruangan.
"Maaf, Pak, saya tadi mendapat kabar dari pihak di sana. Sebelum kejadian, ada beberapa orang mencurigakan yang datang ke kawasan pertambangan." Mendengar kata-kata itu dari Om Jatmiko, Adit langsung berdiri.
"Kalau begitu, suruh beberapa orang untuk mencari tahu dan mengawasi pertambangan. Laporkan hal mencurigakan apa saja yang terjadi di sana!"
"dan secepatnya kita adakan Rapat Umum Pemegang Saham hari ini! Cepat umumkan!" Adit berkata dengan nada tegas. Membuat seluruh jajaran direksi bergerak cepat,
"dan Om Jatmiko, beritahu Divisi Humas untuk meng-hendle orang-orang di bawah sana agar tak berbuat nekat. Lakukan mediasi bagaimana pun caranya. Setidaknya sampai kita menemukan solusi!"
"Baik, Pak!" setelah mengatakan itu, semua orang pergi dari ruangan itu. Menyisakan Adit, Abi dan sekretarisnya, Maya.
"Maya, Adakah jadwal penting saya hari ini?"
"Tidak, Pak, hanya ada pertemuan dengan beberapa pejabat daerah, dan juga kunjungan ke hulu migas baru di Kalimantan."
"Baik lah, kosongkan jadwal saya hari ini."
"Baik, Pak, permisi." Maya membungkuk hormat. Lalu melangkah pergi.
Adit mengamati wajah lelah Abi. Guratan-guratan keriput di sekitar mata dan dahi tak mengurangi sisa-sisa ketampanannya di masa muda. Abi adalah seorang keturunan Arab, beliau lahir dan besar di Jakarta. Sejak kecil Abi dididik dengan disiplin oleh Kakek Adit. Kemajuan perusahaan A&K Pacific Indonesia adalah berkat dia.
"Abi tak perlu khawatir, Adit akan berusaha semampu Adit mengatasi masalah ini. Adit tak akan membiarkan perusahaan yang susah payah kita bangun hancur begitu saja."
"Ya, Abi percaya padamu," jawab Abi lirih. Terlihat sekali laki-laki paruh baya itu mengalami stres. Sebab permasalahan ini sebenarnya sudah timbul beberapa bulan yang lalu. Adit pikir ini sudah selesai karena antara pihak perusahaan dan masyarakat di sana telah terjadi kesepakatan.
Setelah memastikan semua anggota dewan direksi beserta pemegang saham hadir, Adit bergegas memasuki ruang rapat. Ditatapnya wajah-wajah familier di depannya. Ada beberapa komisaris perusahaan besar yang ikut menanam modal di sini. Adit melafalkan bismillah. Lalu ia buka acara meeting dengan salam.
"Sebelumnya saya ingin mengucapkan banyak terima kasih pada anggota dewan dan juga para pemegang saham yang bersedia hadir dalam rapat darurat hari ini,"
"seperti yang telah kalian dengar, bahwa cabang perusahaan A&K Pacific yang berada di daerah Jawa Timur sedang mengalami masalah. Terjadi kesalahan teknis yang mengakibatkan kecelakaan kerja beruntun. Juga masalah sengketa lahan,"
"Saya tahu ini adalah masa yang sulit. Di tengah-tengah keadaan minyak bumi yang turun kita harus di hadapkan pada masalah pelik ini."
"saya tak tahu pasti dalam hal ini siapa yang bertanggung jawab. Untuk itu, saya mengumpulkan Anda semua di sini guna membahas solusi apa yang kira-kira bisa kita lakukan. Sementara ada banyak orang yang harus kita pikirkan nasibnya."
"Jika seperti ini, apa tak lebih baik Anda melakukan konferensi pers guna meredam opini masyarakat. Pasalnya berita mengenai kecelakaan yang terjadi juga mulai terendus media. Hal ini tak baik bagi nama baik perusahaan, belum lagi investor asing pasti enggan bekerja sama dengan kita," kata Direktur PT. Megantara Group selaku pemegang saham terbesar kedua setelah A&K Pasifik.
"Tentu saja itu akan saya lakukan, tapi setelah ada beberapa bukti yang kita dapat untuk menolak tuduhan itu. Saya berjanji akan berusaha semampu saya mengatasi masalah yang terjadi. Saya harap Anda semua bisa bersabar menunggu masalah ini selesai. saya kira rapat hari ini cukup. Kita lanjutkan pertemuan dalam kurun satu bulan dari sekarang. Hingga kita menemui titik terang. Terima kasih atas waktu dan kerja samanya."
Setelah mengatakan itu, Adit bergegas bangkit dan keluar ruangan, disusul yang lain. Ia benar-benar membutuhkan Kayla sekarang. Namun, baru saja ia hendak meluncur ke rumah, terdengar suara Notifikasi pesan masuk.
"Dari nomor tak di kenal lagi," gumam Adit ketika ia mengecek pesan itu.
Bagai mana kejutan pertamaku? Apa sudah cukup membuatmu stres? Ini baru awal permainan kita, masih akan ada kejutan yang lebih besar dari ini. Hahaha.
Adit mengacak rambutnya frustasi, sebenarnya siapa yang mengirimnya pesan-pesan ancaman itu? Setahu Adit dia tak merasa memiliki musuh. Apa orang ini juga orang yang sama dengan pengirim pesan sebelumnya? Batin laki-laki itu terus bertanya. Mau tak mau ia harus mencari solusi sendiri. Ia putuskan menghubungi nomor seseorang, berharap kali ini dia benar-benar bisa membantu.
*********
To be continue....
Siapa ya kira-kira si pengirim misterius itu? Terus siapa juga yang coba di hubungi Adit? Ada yang bisa nebak? Tunggu chapter depan ya. Sudah memasuki konflik puncak.
Dan masalah perusahaan itu, sumpah itu gaje banget. Aku bahkan nggak tau seluk beluk perusahaan sama sekali loh. Jadi Maaf jika aku salah. Dan mohon di koreksi, barang kali ada yang lebih tahu.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Biar aku semangat lanjut. See ya next capter.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro