Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15. Ketegaran

Kamu adalah bagian dari kesabaran ku. Yang ingin aku segerakan dalam setiap pengharapan.
*******

Kayla memasuki kediaman rumah keluarga Kahfi dengan rasa lelah yang mendera. Selain lelah hati dia juga lelah pikiran.

“Dia pikir aku ini punya hati sekuat apa? Benar-benar keterlaluan. Terserah dia ingin mendiamkan aku sampai kapan. Aku nggak perduli.” Maki Kayla kesal, karena sikap Adit yang selalu berubah-ubah setiap waktu.

Setelah menyerahkan Jovan pada Yani, wanita itu memutuskan menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Rasanya tak ada yang lebih menyenangkan dari ini. Lama-lama matanya terasa berat hingga kesadaran benar-benar membawa wanita itu ke alam mimpi.

Bias cahaya putih terasa menyilaukan mata. Dengan gerakan cepat, Kayla terasa dibawa menembus dimensi lain. Lalu tiba-tiba dirinya telah berada di sebuah tempat dengan hamparan danau di depannya, juga rumput hijau yang membentang, dengan pohon-pohon pinus yang berjajar rapi.

'Masya Allah, tempat ini adalah tempat paling indah yang pernah kulihat' Batin Kayla takjub. Ditengah keheningan, tiba-tiba terdengar sebuah suara memanggil namanya.

"Mbak Kay.”

Refleks Kayla berbalik, dan mendapati Nazwa berdiri di depannya sambil menyunggingkan senyum. Nazwa terlihat sangat cantik dengan pakaian serba putih yang membalut tubuhnya.

"Nazwa, kamu kah itu?"

"Ya, ini aku, Mbak."

Mendengar jawaban itu, Kayla berjalan menghampiri Nazwa berniat untuk memeluknya. Tapi raga itu tak dapat Kayla sentuh.

"Na, kenapa Mbak nggak bisa menyentuh kamu?

Nazwa pun tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Karena kita sudah berbeda alam, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih karena Mbak telah memenuhi wasiatku serta memberi Jovan dan Mas Adit kebahagiaan."

Kayla menatap wajah Nazwa dengan perasaan sedih. Mengingat sikap Adit yang berubah-ubah setiap waktu.

"Entah lah, mbak kadang nggak yakin. Apa Mbak mampu menggantikan kamu jadi istri yang baik untuknya."

Nazwa tersenyum menenangkan ke arah Kayla. Dia seolah tahu kegundahan hati wanita berhidung mancung itu.

"Bersabarlah menghadapinya, karena Mas Adit hanya butuh mengerti perasaannya sendiri terhadap Mbak. Dia hanya masih gamang dengan apa yang dia rasakan."

"Tapi Mbak tak seyakin itu."

"Percayalah, Mbak hanya harus sabar."

Setelah mengatakan itu, Nazwa berbalik pergi begitu saja dan membuat Kayla panik. Wanita berambut hitam panjang itu memutuskan berlari menyusul Nazwa. Kayla ingin bercerita banyak hal.

"Nazwa, kamu mau ke mana? Nggak bisakah aku ikut denganmu!" teriak Kayla terus berlari. Dia berusaha mengikuti Nazwa masuk ke sebuah pintu. Tapi langkah Kayla tak bisa menembus pintu itu hingga membuatnya jatuh terduduk. sementara Nazwa hanya tersenyum kecil ke arahnya.

"Kenapa aku nggak bisa menyusul kamu?"

"Jangan tinggalkan salat."

"Aku selalu salat tepat waktu. Aku bahkan selalu mengaji, dan melakukan ibadah lainnya sekalipun itu sunah. Tapi kenapa aku nggak bisa masuk?" ujar Kayla dengan frustrasi.

Nazwa tersenyum lagi ke arahnya. "Lihat lah apa yang nggak sama dengan kita? Mbak nggak pernah menjaga apa yang Mbak miliki hanya untuk suami Mbak." Setelah mengatakan itu, Nazwa pergi begitu saja. Lalu tiba-tiba cahaya putih itu kembali menyilaukan matanya.

"Nazwa!" Kayla terbangun dengan napas memburu, dengan keringat yang menetes di dahi.
“Tadi itu hanya mimpi, tapi kenapa terasa begitu nyata. Apa maksud mimpi itu?"

Kayla memutuskan bangkit, dan melihat jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Rupanya dia benar-benar tertidur pulas.

“Astaghfirullah aku tertidur cukup lama ternyata.”

Setelah kejadian itu Kayla memilih mandi dan mengambil air wudu untuk salat magrib dan bermain bersama Jovan sambil menunggu Adit pulang.

Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Adit belum juga terlihat batang hidungnya. Sementara Jovan sudah terlelap di kamar. Wanita itu menunggu sang suami di ruang keluarga sambil menonton TV. Tak biasanya Adit lembur tanpa memberi tahu. Merasa terlalu lelah, akhirnya Kayla benar-benar tertidur di ruang keluarga.

Namun, sekitar dua jam setelah Kayla terlelap, Adit pulang. Laki-laki itu sedikit kaget ketika disuguhi pemandangan yang membuat dadanya terasa sesak. Wanita yang tadi siang dia sakiti sedemikian rupa, sedang terlelap di sofa ruang keluarga. Mungkinkah dia sengaja menunggu aku? Betapa brengseknya aku selalu menyakiti wanita sebaik dia ya Raab. Batin Adit penuh sesal.

Adit memutuskan mendekati Kayla, dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. Sejenak dia menatap wajah polos Kayla saat terlelap. Tanpa butuh waktu lama Adit memutuskan untuk menggendong wanita itu ke tempat tidur.

Sepanjang langkahnya menuju ke kamar, Adit terus memandangi lekat-lekat wajah sang istri dan mencium keningnya.

Esok harinya saat Kayla terbangun di kamar, ia mengernyitkan dahi.

“Perasaan semalam aku tidur di sofa ruang keluarga. Tapi kenapa sekarang di sini? Apa mungkin Mas Adit yang menggendongku?” gumamnya lalu beranjak keluar kamar.

"Kamu lihat Bapak, Yan?"

"Bapak sudah berangkat pagi-pagi sekali, Bu."

Mendengar jawaban itu Kayla  terlihat kaget, pasalnya ini hari minggu. Tak biasanya Adit memilih pergi. Apa dia benar-benar nggak  ingin melihat aku lagi? Pikirnya.

"Berarti yang semalam gendong saya, juga Bapak?" Kayla memastikan.

"Ya, Bu."

Mendengar itu, Kayla tersenyum senang, karena ternyata diam-diam Adit masih peduli padanya.

♡♡♡

Siang ini Kayla dan Gea sepakat untuk jalan-jalan dan shopping di Mall. Gea mengatakan hari ini akan mentraktir Kayla sebagai ucapan selamat atas pernikahannya. Di sini lah mereka sekarang berada, disebuah butik ternama di Mall Taman Anggrek. Sementara Jovan, dan Yani dia suruh ke tempat permainan lebih dulu sambil menunggu dirinya selesai.

"Silakan shopping sepuasmu, Kay. Mumpung hari ini aku lagi baik hati."

"Lo serius? Apa lo nggak takut kalau  gue mengambil gaun-gaun mahal? Nanti lo bangkrut lagi, gara-gara gue." Kayla mengingatkan Gea. Namun, wanita itu malah tersenyum.

"Tenang aja, uangku masih cukup untuk tujuh turunan.”

Kayla mendengus mendengar kata-kata Gea.  Tak bisa dipungkiri, karena perkataan sahabatnya adalah fakta. Keluarga Gea memang pemilik Caffe ternama, yang  memiliki beberapa cabang di luar negeri. Itu sebabnya wanita di depan Kayla ini juga sangat pandai membuat berbagai macam jenis kue.

Kayla memutuskan melihat-lihat semua gaun yang tersedia. Hingga seolah ada yang menuntun langkah kakinya menuju ke deretan baju-baju muslimah, dan syar'i. Dia masih terngiang-ngiang kata-kata Nazwa dalam mimpi semalam.

Entah dapat dorongan dari mana, dia pun mengambil beberapa potong baju syar'i untuk dikenakan di rumah, dan acara pesta. Gea yang melihatnya membawa baju-baju itu, hanya mengernyit bingung.

"Kay, lo nggak salah pilih baju model itu?" tanya Gea sambil menatap Kayla heran.

Kayla tersenyum lalu mengangguk pasti.

"Lo serius mau tobat sekarang, Kay?"

Mendengar pertanyaan meremehkan Gea, Kayla berdecak sebal. "Ck! Memang lo pikir gue ini kriminal, pakai acara tobat segala.”

"Ya maksud gue tumben banget, Kay."

"Semalam gue mimpi ketemu Nazwa. Entah kenapa, gue ingin berubah lebih baik, Ge. Lo tahu, kan? Dalam agama gue setiap wanita wajib mengenakan hijab. Apa lagi gue sudah menikah. Dan itu berarti, semua yang gue miliki hanya suami gue yang boleh melihat."

"Oh ... Oke kalau itu keputusanmu, semoga selalu Istikomah." Gea mendukung penuh keputusan sahabatnya.

"Amiin. Terima kasih, Ge, lo selalu dukung gue."

"Sama-sama ... itu, kan, gunanya sahabat,” jawab Gea tulus.

Kayla pun tersenyum lalu memeluk Gea. Ah ... wanita ini, aku sangat menyayanginya. Batin Kayla.

"Eh, ini hari minggu, kan? Kamu nggak ke gereja?" Kayla memperingatkan Gea.

"Aku lagi nggak mood ketemu Roh Kudus, Kay."

"Dasar! Katanya mau berdoa biar cepat ketemu jodoh? Tapi malas ibadah,” cibir Kayla.

"Ya deh, Bu ustazah. Nanti gue mampir ke gereja setelah ini."

"Gitu dong. Baru sahabat Kayla."

Perlu kalian tahu, Kayla dan Gea sering berdebat tentang masalah agama. Tapi mereka tak pernah sekali pun berdebat tentang agama siapa yang paling benar. Karena baik dia atau Gea, mereka sama-sama akan teguh dengan keyakinan masing-masing.

Kayla tak ada niat membuat Gea mengikuti agamanya. Begitu pun Gea, dia tak pernah sama sekali mencoba membuat Kayla mengikuti imannya. Toh pada dasarnya, semua agama pasti mengajarkan kebaikan bukan? Hanya kita saja sebagai manusia kurang mengerti hal itu. Sehingga sering kali terjadi gesekan.

Setelah menghabiskan waktu dengan Gea, ketika sampai ke rumah hari sudah cukup sore. Kayla mengernyit bingung melihat sebuah mobil Mini Cooper berwarna merah terparkir di halaman rumah.

Dia memilih melangkah masuk, dan mendapati Umi sedang berbincang dengan seorang wanita yang duduk memunggungi pintu. Kayla yang merasa penasaran, akhirnya mengucapkan salam. Kedatangannya membuat obrolan mereka terhenti. Dengan langkah anggun wanita itu berjalan menghampiri keduanya.

Kayla terdiam saat menyadari wanita yang kemarin bersama Adit di kantor sekarang ada di rumah ini bersama mertuanya. Perasaannya mulai tak enak.

Adiba sama terkejutnya saat melihat kedatangan Kayla. Menyadari hal canggung yang terjadi, Umi langsung bangkit dan menyunggingkan senyum kaku ke arah menantunya.

"Eh ... cucu Oma dari mana, Sayang?" Umi berbicara pada Jovan lalu meraih sang cucu ke dalam gendongan. Setelah itu tatapan sinis nya beralih pada Kayla.

"Oh ya, Kayla. Umi ingin mengenalkan kamu sama teman dekat Adit sejak kecil."

Mendengar kata-kata Umi, Kayla mengernyit bingung. Dia menatap Adiba sejenak yang sekarang sedang menyunggingkan senyum ke arahnya. Mau tak mau Kayla mengikuti kemauan Umi, walau badannya terasa sudah lelah sekali dan ingin cepat beristirahat.

"Adiba kenalkan, ini menantu Tante, istri dan ibu pengganti untuk Jovan." Umi berbicara dengan nada seolah-olah Kayla benar-benar tak ada arti apa pun untuk Adit, kecuali hanya seorang istri dan ibu pengganti.

Kayla menyunggingkan senyum kecut saat mendengar kata-kata itu dari mulut mertuanya. Baginya statusku memang tak lebih dari itu. Kayla miris.

"Kamu tahu, Kay? Adiba ini anaknya Ustaz Fredrik Yang kemarin mengisi ceramah itu, loh?" Umi mulai bercerita dengan nada antusias. Sementara Kayla hanya menyunggingkan senyum yang di paksakan ke arah mertuanya.

"Kamu tahu tidak, Kay? Dia ini lulusan terbaik di UI loh, dan juga juara satu lomba Hafiz Qur'an tingkat internasional yang diadakan di Kairo. Pokoknya dia ini paket lengkap untuk dijadikan menantu idaman."

Kayla tersenyum kecut karena perkataan Umi. Miris sekali, mertuanya malah membanggakan wanita lain di depannya tanpa pernah mau tahu perasaannya.

"Tante bisa Aja, nggak sehebat itu kok, Tante. Kalau bukan karena didikan Abah juga aku nggak akan bisa,” jawab Adiba dengan nada lembut.

Jika ingin dibandingkan dengan wanita di depannya, jelas Kayla merasa kalah telak. Adiba terlihat anggun dan keibuan. Berbeda sekali dengannya yang urakan dan kasar. Entah kenapa dia semakin kasihan pada dirinya sendiri.

"Betapa rendah hatinya kamu, Sayang. Coba dulu kamu jadi menikah dengan Adit, pasti Tante senang banget punya mantu kayak kamu. Sudah baik, pintar, sholihah, rendah hati, terus jago masak lagi."

Umi berbicara dengan nada menyindir, wanita itu bahkan melirik Kayla seperti berusaha menegaskan jika sang menantu bukan apa-apa jika ingin dibandingkan dengan Adiba.

Adiba tersenyum ke arah Kayla dengan tatapan tak enak hati. Sementara Kayla hanya bisa membalas senyum itu dengan terpaksa. Kata-kata Umi benar-benar membuat suasana hatinya semakin buruk.

"Kamu tahu nggak, Kay. Adiba dan Adit dulu sempat dijodohkan loh. Tapi mereka berpisah karena Adiba yang memutuskan ingin lebih dulu melanjutkan S2-nya di Kairo. Kalau bukan karena desakan Abi untuk menikah, Adit pasti mau menunggu Adiba lulus. Tapi ya ... dasarnya mereka nggak berjodoh, mau bagaimana lagi. Walau Umi maunya Adiba yang jadi istri Adit,” sambung Umi seolah secara terang-terangan mengakui jika dia tak menyukai Kayla sebagai menantunya.

"Tante apaan, sih, jangan ungkit-ungkit masa lalu. Aku yakin Mbak Kayla juga wanita yang baik untuk Adit," jawab Adiba bijak sambil menatap Kayla dengan senyum yang tak dapat diartikan.

Mendengar fakta tentang hubungan mereka, dada Kayla terasa nyeri. 'Kenapa Mas Adit harus berbohong soal Adiba? Kenapa di saat aku benar-benar telah jatuh cinta padanya'

"Makannya, Kay, contoh lah Adiba. Dia memang wanita modern. Tapi tetap berkelas dengan gaya muslimnya."

Kayla menyunggingkan senyum miris ke arah Umi. bisakah sekali saja jangan membandingkan aku dengan orang lain. Batin Kayla tanpa mampu menyuarakan isi hati.

Wanita cantik dengan gaun bunga itu benar-benar merasa obrolan sang mertua seakan memojokkan dirinya, jadi untuk apa dia tetap mendengarkan. Akhirnya Kayla memutuskan pamit ke kamar lebih dulu.

"Maaf, Mi, Kak Diba. Kayla masuk dulu." Setelah mengatakan itu Kayla beranjak pergi.

"Tuh, lihat. Menantu Tante memang begitu. Kalau diberi tahu pasti malah ngambek,” ujar Umi dengan suara yang masih bisa didengar menantunya.

Kayla mengembuskan napas berat. Dia benar-benar merasa tak habis pikir. Bisa-bisanya Umi mengatakan semua kalimat itu dengan enteng.

Mengabaikan rasa sakit di hati, Kayla lebih memilih membersihkan diri. setelah itu keluar dan berniat untuk menyuapi Jovan.
Tapi ketika sampai di luar, pemandangan di depan sana membuat dadanya semakin nyeri.

Di sana, ada Adiba yang sedang menyuapi Jovan, dengan Adit yang menggendong Bayi itu. Mereka terlihat sangat serasi dan seperti keluarga harmonis. Seolah memperjelas statusnya di rumah itu. Kayla sadar, rasa sakit yang dia rasakan saat melihat Adit dengan wanita lain bukan lah rasa sakit biasa. Tapi lebih dari itu, dirinya cemburu. Kayla tahu, dia benar-benar telah jatuh terlalu dalam. Ya ... Kayla mencintai Adit. Tak bolehkah dia berharap bahwa laki-laki itu juga mencintainya.

******

Terimakasih untuk kalian yang sudah mau membaca sampai part ini. Aku sayang kalian.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Biar aku semangat lanjut. 😚😚😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro