Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Cemburu

Sering kali pikiran dan hati selalu tak sejalan. Ketika cemburu dan curiga menguasai.
♡♡♡♡♡♡

Semenjak hari dimana Dimas datang ke rumah Adnan, perasaan Adit pada Kayla semakin gamang. Ada rasa perih saat mantan kekasih Kayla mengingatkan Adit tentang perasaan sang istri pada dirinya. Dimas benar, mungkin Adit lah yang terlalu berharap bahwa Kayla pasti mencintainya. Seharusnya dia sadar, selama ini hanya luka yang selalu dirinya berikan pada Kayla. Padahal dengan baik hati wanita itu sudah bersedia mengurus Jovan, bahkan sampai meninggalkan kariernya.

Adit berniat akan memberi Kayla kejutan dengan mengajak istrinya makan malam. Tapi pemandangan di depan sana seolah menghancurkan bayangan tentang malam yang indah bersama wanita itu. Kayla ternyata sedang bersama mantan kekasihnya. Di restoran yang sama dengan tempat Adit mengadakan rapat siang ini. Amarah tiba-tiba menguasai laki-laki berkulit putih tersebut, karena mengetahui secara diam-diam mereka berdua bertemu. Di kantor pun laki-laki itu tak bisa konsentrasi bekerja karena terus memikirkan kebersamaan istri dan mantan kekasihnya. Mood Adit yang buruk harus berimbas pada semua karyawannya.

"Kenapa mengerjakan berkas mudah seperti ini saja kalian tak becus! Perbaiki sekarang!" hardik laki-laki itu pada seorang pegawai yang salah mengerjakan laporan. Setelah mereka keluar, Maya, sekretaris Adit masuk dengan wajah takut-takut.

"Maaf, Pak? Ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak."

"Siapa?"

"Dia bilang-" belum selesai Maya bicara. Tamu yang dimaksudnya sudah lebih dulu datang.

"Assalamualaikum, Adit," ujar suara lembut seorang wanita dari ambang pintu.

Adit sedikit terkejut dengan kehadiran wanita itu. Tapi tak urung dia menyunggingkan senyum senang ke arahnya yang sekarang sedang berjalan mendekat. Adit sengaja menyuruh Maya tak menutup pintu guna menghindari fitnah.

"Wassalamu'alaikum, kamu kapan pulang?" tanya Adit pada wanita di depannya.

Wanita itu adalah Adiba, sahabatnya sejak kecil. Yang tak lain adalah anak dari ustaz Fredrik. Orang yang kemarin menjadi topik pembahasan ibu mertua Kayla.

"Aku baru saja sampai, dan langsung ke sini untuk memberimu kejutan," Adiba berkata dengan senyum lebar, sementara Adit hanya mengangguk kecil.

"Oh ya, aku dengar istrimu meninggal? Aku turut berduka," sambungnya.

Adit terdiam sejenak sebelum menjawab. "Ya, terima kasih. Bagaimana kuliahmu di Kairo?"

"Begitulah, Dit, masih disibukkan dengan tugas-tugas yang menumpuk." Adiba terdengar lelah. Wanita itu memutuskan duduk setelah Adit mempersilahkannya dengan gerakan tangan.

"Makanya cepat lah menikah, keburu tua nanti," ledek Adit hingga membuat Adiba mengerucutkan bibir sebal. Bagi wanita itu Adit masih tetap sama, tak berubah sedikitpun. Masih suka menggodanya.

"Dasar, padahal kan ini semua gara-gara kamu. Siapa suruh meninggalkan aku menikah. Jadi susah, kan, mencari gantinya."

Meski Adiba berkata dengan nada meledek, tetap saja matanya mengatakan lain. Ada luka yang berusaha Adiba tahan di dasar hatinya. Entah apa maksudnya Adiba bicara seperti itu di depan Adit.

Adit terdiam dan mengamati raut wajah sahabat kecilnya. Senyum yang diperlihatkan Adiba bahkan tak sampai ke mata.

Melihat luka di mata Adiba, membuat Adit merasa tak nyaman. Sebab keduanya dulu memang sempat dijodohkan. Tapi Adiba lah yang memutuskan pergi kala itu. Dengan alasan ingin menyelesaikan studi S2-nya terlebih dulu. Wanita itu tak pernah bicara apa-apa. Hingga Adit pikir itu berarti Adiba menolak. Tapi saat menjelang pernikahannya dengan Nazwa, Adiba meneleponnya sambil menangis dan mengatakan bahwa dia mencintai laki-laki itu. Adit tak bisa berbuat apa-apa karena semuanya sudah terlambat.

Menyadari suasana canggung di antara mereka, Adit pun berdehem.

"Ekhem ... apa di Kairo nggak ada pemuda tampan yang mendekatimu? Kasihan sekali kamu ini," cibir Adit, dia berusaha mengalihkan topik agar suasana tak terlalu kikuk.

Candaan Adit membuat Adiba mendengus. "Mana ada yang mau denganku." Adiba merendah.

Karena ucapannya sama sekali tak mungkin, sebab dengan wajah oriental yang cantik, sudah pasti semua laki-laki akan bertekuk lutut padanya.

Obrolan mereka berlanjut dengan bernostalgia tentang masa kecil dan masa SMA. Adiba dua tingkat di bawah Adit. Yang berarti umur mereka juga hanya beda dua tahun. Dulu, doble A itu selalu bersama ke mana pun. Hingga menimbulkan kesalahpahaman orang-orang tentang hubungan mereka. Padahal baik Adit atau Adiba memang tak pernah berpacaran. Dalam prinsip hidup Adit, ia sama sekali tak pernah mengenal pacaran, karena Abi pun melarangnya tentang hal itu.

Sementara itu di tempat lain Kayla terlihat memasuki apartemen mewah berlantai dua puluh di kawasan Sudirman-Tamrin. Sahabatnya Gea, baru pulang dari Amerika, dan tadi mengirimkan pesan agar ia datang ke apartemen wanita itu. Setelah lebih dulu melapor pada Security Kayla baru di izinkan masuk. Sistem keamanan di apartemen ini sangat ketat. Untuk bertamu pun tak bisa sembarang orang.

"Ada yang bisa saya bantu, Ibu?" tanya seorang security menghampiri wanita itu.

"Ah, saya ingin bertemu Ibu Geandra. Saya sudah ada janji dengannya hari ini."

"Oh, apa Anda Ibu Kayla?"

Kayla hanya menjawab pertanyaan scurity itu dengan anggukan kecil.

"Silakan, langsung saja menuju ke lantai delapan belas. Ibu Geandra sudah memberitahukan pada saya tadi."

Setelah mengucapkan terima kasih. Kayla beranjak menuju ke apartemen Gea. Setelah sampai di lantai delapan belas, ditekannya bell beberapa kali, dan kepala Gea menyembul dari balik pintu dengan senyum lebar. Begitu membuka pintu Gea langsung menubruk Kayla, dan memeluk wanita itu dengan erat.

"Aaaah, Kayla! I miss You so much, Bab."

Kayla membalas pelukan sahabatnya tak kalah erat. Pasalnya sudah hampir satu tahun mereka tak bertemu karena kesibukan masing-masing. Lalu setelah mengurai pelukan, Gea mengalihkan tatapannya pada balita dalam gendongan Kayla.

"Ah, dia ini ...?" Tunjuk Gea pada Jovan, balita itu sekarang terbangun karena aksinya.

"Jovan," jawab Kayla.

"Aaah, anaknya Nazwa dan Adit?" tanya Gea memastikan. Kayla mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Tampan, seperti ayahnya."

Kayla mendengkus mendengar Gea mengatakan itu, lalu mereka melangkah masuk ke apartemen.
Tak banyak barang di apartemen Gea. d
Di ruang tamu hanya ada sebuah sofa berwarna abu-abu, serta beberapa lukisan yang tergantung di dinding. Apartemen ini hanya terdiri dari dua kamar tidur, dan sebuah dapur mini malis. Tapi tetap terkesan mewah dan berkelas. Belum lagi dengan jendela besar di belakang sofa ruang tamu, yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta. Menambah nilai plus pada hunian ini.

Kayla mendudukkan diri di sofa, dan meletakan Jovan di karpet bersama mainannya. Sementara Gea ke dapur untuk mengambil camilan.

"Jadi, ceritakan sama gue bagaimana bisa tiba-tiba lo nikah dengan Mas Adit. Bukan sama Dimas?" tanya Gea sambil meletakan makanan ringan, dan beberapa kaleng soda.

Kayla mengembuskan napas berat. Malas sebenarnya harus berkali-kali menceritakan alasan itu. Lalu mengalir lah cerita itu dari mulut Kayla. Bagaimana dia harus berakhir menikah dengan Adit.

"Ih, sumpah yah. Kenapa Adit menyebalkan begitu sih, dan lagi kenapa lo mau aja diperlakukan seenaknya." Gea bersungut-sungut setelah mendengar cerita sahabatnya. Wanita itu memang selalu saja tak terima jika ada orang yang menyakiti Kayla.

"Gue pikir, buat apa peduli. Secara dari awal gue memutuskan menikah sama dia ya cuman demi Jovan, Ge. Tapi alhamdulillah sih, sekarang Mas Adit sudah berubah."

"Tapi tetap aja gue nggak terima sama perlakuan dia sebelumnya. Yah ... walau dia tampan dan bikin gue pengin nyosor."

Gea berkata dengan entengnya tanpa peduli bahwa di depannya sekarang Kayla tengah memasang raut kesal. Sahabatnya satu ini memang terlalu blak-blakan jika bicara. Meski begitu Gea adalah wanita yang sangat baik. Dia bahkan akan jadi orang pertama yang membela Kayla saat wanita itu ada masalah.

"Lo bicara begitu seolah-olah gue bukan bininya ya, Ge? Gue bininya loh." Kayla memperingatkan Gea dengan raut sebal. Seperti biasa sang sahabat hanya terkekeh geli mendengar kata-kata Kayla.

"Maaf, Sayang. Habis dia bikin gue gereget kalau lihat. Terus-terus ... gimana malam pertamanya? Berhasil?" Gea bertanya dengan wajah mesumnya. Wanita itu sampai menaik turunkan alis ke arah Kayla dan membuat wajah sahabatnya langsung memerah karena malu.

"Ck, apaan sih! Dasar gaje."

"Cieee dari gelagat lo, sih, kayaknya kalian sudah ena-ena ya?" ledek Gea semakin menjadi. Wanita itu menopang dagu, dan menatap geli pada tingkah gugup Kayla.

"Nggak ada ena-ena! gue sama dia belum pernah melakukan ... 'itu'." Kayla menjawab malu-malu.

"What The ... lo serius? Gila yah, udah enam bulan lebih loh, kalian menikah. Masa Mas Adit sama sekali nggak pegang lo? Parah tuh laki. Itu namanya dia nggak memberikan hak lo sebagai istri," Ada jeda sejenak, Gea mengatur napasnya yang memburu karena terlalu bersemangat.

"Tapi ciuman udah, kan?" sambungnya menginterogasi. Wanita itu menatap Kayla intens. Menanti jawaban dari sahabatnya yang tiba-tiba diam.

'Astagfirullah, ini bocah,bikin gue malu aja' batin Kayla.

Mengingat kebersamaan mereka setiap malam, Kayla jadi merindukan suaminya. Tiba-tiba wanita itu tersenyum.

Tingkah Kayla tentu membuat Gea berdecap sebal. "Ck, gue paling benci kalau lihat lo merona-rona gitu, Kay, beneran! Gue tampol beneran lama-lama."

"Apaan sih, Ge!"

"Jadi, udah berapa kali kalian bercumbu? Apa dia tipe pencumbu handal?" Agaknya Gea masih belum menyerah meledek sahabatnya. Bagi wanita berambut coklat sebahu itu, melihat Kayla tersipu seperti sekarang adalah hal yang jarang terjadi.

Mendengar kata-kata Gea, wajah Kayla benar-benar semakin memanas. "Gea, lo tuh ya, kalau bicara bisa nggak jangan sefrontal itu!" Kayla mulai kesal sendiri.

"Biasa aja kali. Payah lo, Kay, Goda dia kek, biar dia langsung klepek-klepek."

"Apaan, sih. Bisa nggak jangan bahas itu!" sungut Kayla. Dia bertekad untuk merubah topik agar Gea tak terus-terusan menggodanya. Jika tidak dihentikan sahabatnya itu akan semakin menjadi.

"Jadi bagaimana, di Amrik? Dapat gebetan baru?" Akhirnya Kayla terpikirkan untuk bertanya hal itu pada Gea.

"Ya begitu lah, tapi cuman untuk mengalihkan kejenuhan. Gue nggak suka orang bule. Gue maunya yang asli Indonesia. Yah ... kalau Mas Adit bosen sama lo, boleh lah buat gue."

Kayla membulatkan matanya pada Gea sebelum berucap dengan tegas. "Sorry ya, Mas Adit cuman buat gue!"

"Najis, gaya lo, Kay .. dulu aja nggak mau, sekarang mengaku-ngaku," cibir Gea, "eh, ngomong-ngomong Dimas bagaimana kabarnya?" sambungnya.

"Barusan gue ketemu dia."

Mendengar nama Dimas disebut, reaksi Kayla sudah berbeda, tak ada lagi rasa sakit karena penyesalan. Semuanya terasa lebih ringan untuk jalani dan itu berkat maaf laki-laki itu.

"What! Lo serius? terus-terus ... dia masih waras, kan?"

Kayla memutar mata jengah mendengar pertanyaan Gea.

"Ya waras lah, kita sudah baikkan kok. Gue udah menjelaskan ke dia semuanya. Alasan gue menikah dengan Mas Adit. Jadi yah ... dia udah memaafkan semua salah gue sekarang."

"Syukur lah."

Setelah itu, perbincangan di lanjutkan dengan hal-hal lainnya. Seperti pengalaman kemarin sat Gea ikut New York Fashion Week, juga rencana mereka untuk berbisnis bersama.

Setelah puas bertemu Gea, Kayla memutuskan untuk pamit karena hari sudah cukup sing.
Rencananya wanita itu ingin datang ke kantor Adit. Kebetulan lokasi apartemen Gea dekat sekali dengan lokasi kantor suaminya. Gea sempat mengajari Kayla cara membuat brownis. Jadi dia ingin memberikan kejutan itu untuk Adit.

****

Hai haiii ketemu lagi sama Aku, kasihan banget ya Kayla. Si Adit ngambekan nih, kayak Emak-emak nggak dapat jatah eeeh.

Capter depan bakal makin seru. Kira-kira siapa yah perempuan itu? Ada yang mau nebak? Pasti kalian udah pada tahu ya. Ckckck

Jangan lupa tinggalkan jejak. Biar aku semangat lanjut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro