Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Pertemuan

Waktu seakan berjalan dengan lambat. Ketika untuk ke sekian kalinya Kayla dihadapkan pada takdir-Nya yang begitu rumit. Ia pikir, dirinya telah melupakan Dimas semenjak Adit mulai berubah. Tapi nyatanya saat mereka kembali dipertemukan, ada banyak perasaan yang membuat ia tak mengerti dengan dirinya sendiri.

Kayla bahagia bersama Adit semenjak laki-laki itu menghargai keberadaannya, tapi ia juga masih sering memikirkan Dimas, terlebih memikirkan kesalahannya pada laki-laki itu. Hal tersebut lah yang membuat Kayla di landa kebingungan.

Kayla melirik laki-laki di sebelahnya yang sedang serius menyetir mobil, Adit tak bergeming sama sekali. Semenjak hari dimana Dimas datang ke rumah ayahnya, sikap Adit berubah. Laki-laki itu lebih banyak diam. Walau sesekali masih menggoda Kayla.

Kayla kembali teringat kejadian hari kemarin. Yang menghancurkan acara liburan mereka di rumah ayahnya.

Dimas berdiri dan menatap Kayla dengan senyum lebar di bibirnya. Lalu pandangannya teralih pada laki-laki yang sedang menggenggam tangan wanita itu. Senyum Dimas terlihat datar saat matanya menangkap sosok Adit di samping Kayla.

Lalu laki-laki itu berjalan perlahan, dan berdiri tepat di depan Kayla. Bulir panas wanita itu semakin mendesak untuk keluar. Melihat wajah yang dulu terlihat gagah kini berubah lebih tirus, dengan lingkaran hitam yang terlihat jelas dimatanya.

Apa selama ini Dimas makan teratur? Apakah tidurnya juga teratur? Kayla berusaha menekan dalam-dalam keingintahuannya. Ingin rasanya ia menghambur ke pelukan Dimas, dan meminta Maaf untuk semua kesalahannya yang menyakiti laki-laki itu dengan sadis.

Kayla membunuh semua impian Dimas tentang pernikahan. Laki-laki di depannya adalah laki-laki paling kuat yang pernah ia kenal. Hidupnya sejak kecil penuh dengan luka. Sosok ayah yang seharusnya jadi panutan justru pergi meninggalkan Dimas dan ibunya tanpa kabar semenjak dia kecil. Sekarang dirinya yang meninggalkan laki-laki itu.

Dimas kecil adalah sosok pekerja keras. Kayla dan laki-laki itu tumbuh bersama dan mencoba meraih mimpi-mimpi mereka bersama. Hingga saat lulus SMA, dia bertemu orang baik yang mau membiayai sekolahnya di Akpol. Dan sejak saat itu lah, Kayla dan Dimas mulai menjalani LDR. Dimas pernah berjanji, akan melamarnya saat dia resmi menjadi polisi.

Setitik air mata meluncur di pipi Kayla ketika sekelebat bayangan tentang kebersamaan mereka terputar di dalam ingatannya.

Dimas tersenyum getir ke arah Kayla.
"Jangan menangis," Dimas berkata, dan hendak menghapus air mata wanita itu. Namun, sebuah tangan menghentikan gerakannya.

"Harusnya kamu tahu Kayla sudah menikah. Dan aku ... suaminya. Jadi jangan berani menyentuh dia! Apa lagi di depanku," Adit berkata dengan nada penuh penekanan. Rahang laki-laki itu mengeras karena menahan amarah yang tiba-tiba membakar hatinya.

Sementara di depannya, Dimas hanya menatap Adit sambil mendengus. "Cih ... suami? harusnya kamu pun tahu, dari awal Kayla hanya mencintaiku. Pernah kah kamu berpikir bagaimana rasanya jadi Kayla yang terpaksa menikah denganmu? Yang berarti dia sama sekali tak mencintaimu." Dimas mengingatkan Adit dengan kata-kata sinis "apa pernah kamu bertanya itu pada dirimu sendiri?”

Mendengar kata-kata Dimas, Adit hanya bergeming dan menatap kosong laki-laki itu.

Kayla yang menyadari situasi mulai memanas, memilih membuka suara. Berusaha mencegah hal-hal buruk yang bisa saja terjadi.

"Dimas, cukup! Tolong pergilah. Kisah di antara kita telah berakhir. Aku sudah menikah sekarang. Jadi aku mohon ... jangan ganggu aku lagi." Tegas Kayla.

Perkataannya membuat Dimas tersenyum miris.
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi aku butuh penjelasan kenapa Kamu tega mengkhianati aku dan menikah dengannya." Dimas menunjuk  Adit, laki-laki itu menatap Kayla dengan pandangan terluka.

"Tentu saja karena aku mencintainya." Kayla menjawab dengan lantang.

Kayla tengah mencoba memantapkan hati, jika apa yang beberapa bulan ini coba dirinya rasakan adalah cinta. Bagaimana ketika jantungnya berdetak lebih cepat saat berada di dekat Adit. Juga rasa nyaman yang selalu hadir saat laki-laki itu memeluknya.

Adit menatap Kayla dengan raut datar. Perasaannya pun kacau, mungkin bila Kayla mengakui itu di saat keadaan sedang tak rumit seperti sekarang, Adit akan merasa bahagia.

Dimas hanya bisa mendengus mendengar jawaban dari mulut sang mantan kekasih. Dia masih berpikir bahwa Kayla hanya sedang bersandiwara.

"Oh ya? Apa benar kamu mencintainya? Apa hanya karena kasihan? Kamu tahu Kayla, kadang rasa kasihan nggak beda jauh dengan cinta. Karena sama-sama membuatmu terbelenggu dalam ikatan tak berujung. Aku akan pergi, tapi ingat ... kalau laki-laki ini menyakitimu, aku nggak akan segan-segan merebut kamu darinya.” Setelah mengatakan itu, Dimas pergi begitu saja dan menatap Kayla kecewa.

Sementara Adit memilih beranjak meninggalkan Kayla dengan tatapan mata kosong.

Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Batin Kayla menerka-nerka. Dia menatap kepergian suaminya dengan perasaan kacau.

Adnan yang dari tadi hanya mendengarkan perdebatan mereka, memilih menghampiri putrinya yang terlihat bingung.

"Susul suamimu. Ia butuh diyakinkan untuk percaya kalau kamu benar-benar mencintainya. Bersabar lah menghadapinya, terkadang laki-laki selalu nggak bisa terbuka dengan perasaan mereka," nasehat Adnan,

"satu lagi, jangan pernah berani mencintai orang lain atau membayangkannya, ketika kamu telah memiliki suami, karena itu sama saja kamu berzina. Kamu paham, Nak?" sambung Adnan sambil mengelus puncak kepala anaknya.

Kayla mengangguk kecil sebagai jawaban.

"sekarang pergilah, dan susul suamimu. Yakin kan dia jika perasaanmu memang benar adanya." Kayla mengangguk lagi. Lalu berjalan menuju ke kamarnya.

Saat sampai di kamar, dilihatnya 
Adit sedang termenung dan duduk di tepi ranjang sambil menundukkan kepala. Kayla beranikan diri menghampiri laki-laki itu, lalu dia pegang bahu suaminya dengan lembut.

"Mas, maaf."

Tiba-tiba Adit memeluk pinggang Kayla dengan erat.

"Jangan meminta maaf, karena seharusnya Mas lah yang mengatakan itu. Maaf menyeret kamu dalam masalah hidup, Mas. Maaf untuk semua sikap Mas yang jahat. Bila memang bersama dengan, Mas, adalah beban, Mas akan mencoba ikhlas jika memang kamu ingin kembali dengan dia."

Jujur, ada rasa kecewa yang menjalar dalam hati Kayla saat mendengar Adit mengucapkan kalimat tadi. Sebab bukan jawaban itu yang ingin dia dengar.

“Apa kebersamaan kita beberapa bulan ini nggak ada artinya untuk, Mas?”

Pertanyaan Kayla membuat Adit mendongak untuk melihat ekspresi istrinya.

“Bukan ... bukan begitu maksud, Mas. Mas hanya ... hanya ... “ Adit frustrasi, dia sendiri bingung harus menjawab bagaimana.

"Mas dengar Kayla." Kayla berkata sambil mengelus puncak kepala Adit dengan lembut

“Kay nggak tahu pasti perasaan apa yang Kay miliki untuk Mas. Tapi Mas harus tahu, Kay selalu merasa bahagia saat kita bersama. Dan jantung ini selalu berdetak lebih cepat saat kita berdua dekat. Sama halnya dengan Mas, Kay pun masih gamang dengan perasaan ini. Tapi Kay sedang berusaha agar nggak ada nama orang lain di dalam hati ini selain Mas.”

Jawaban Kayla yang begitu yakin, membuat Adit mendongak untuk melihat ketulusan di mata wanita itu.

"Ya ... kamu benar, Mas pun sama sepertimu,” Adit mengeratkan pelukannya di pinggang Kayla setelah mengatakan itu. Dia seakan tak ingin istrinya pergi.

***

Mobil yang dikemudikan Adit memasuki pekarangan rumah dengan gaya mediterania. Di depan rumah, telah berdiri Umi dan Yani yang sudah menunggu kedatangan mereka. Sementara Jovan berada dalam gendongan Umi.

Begitu melihat Kayla turun, balita itu terlihat begitu girang. Jovan bahkan terus mengangkat tangan agar Kayla cepat-cepat menggendongnya. Kayla buru-buru meraih sang putra dan memeluknya erat. Wanita itu terus mencium wajah bocah Jovan gemas.

Ah, betapa aku merindukan balita ini sampai ingin mati. Batin Kayla.

Setelah itu ia menyalami Umi dan mencium punggung tangannya.

"Bagaimana liburan kalian? Lalu kenapa kamu jadi kurus seperti ini, Dit?" tanya Umi sambil melirik Kayla.

Kayla tahu betul maksud Umi yang tengah menyindirnya.

"Apa kamu nggak mengurus Adit dengan baik di sana?" Umi kembali bertanya pada Kayla dengan nada menuduh.

Mengerti nada tuduhan yang dilontarkan ibunya, Adit merasa tak suka.

"Cukup, Mi. Jangan menuduh Kayla yang tidak-tidak. Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Adit dan Jovan."

Mendengar suaminya membela, Kayla tersenyum dan bersyukur dalam hati. Sementara Umi hanya memutar mata jengah.

"Ya sudah, Adit dan Kayla langsung pulang saja, kami sangat lelah."

"Kenapa nggak menginap di sini saja, Dit, kalau kamu lelah."

"Tidak, Mi. Besok Adit sudah harus bekerja."

Mendengar jawaban anaknya, Umi agak kecewa. Wanita paruh baya itu bahkan terang-terangan menatap Kayla tak suka.

"Ya sudah, hati-hati."

Setelahnya keluarga kecil Adit melesat pergi meninggalkan kediaman Umi.

Pagi harinya saat Kayla bangun,  Adit sudah tak ada di sampingnya. Wanita itu berusaha mencari sang suami ke ruang kerja, tapi tak ada tanda-tanda keberadaannya.

Mungkinkah dia sudah berangkat ke kantor? Batinnya terus bertanya.

Tiba-tiba ia melihat Yani hendak masuk ke kamar Jovan. Wanita itu memutuskan memanggil baby siter itu.

"Yan! Kamu lihat Bapak?"

"Bapak baru saja berangkat, Bu, beliau bilang dia ada rapat penting hari ini. Jadi memutuskan nggak membangunkan Ibu. Saya disuruh menyampaikannya saja ke Ibu."

Kayla hanya mengangguk paham sebagai jawaban. Setelah itu ia ikut masuk ke kamar Jovan.

Setelah keadaan beres, Kayla berencana akan berjalan-jalan sebentar ke Mall dengan Jovan. Sekalian berbelanja perlengkapan dapur yang habis.

Kayla memasuki sebuah Mall di bilangan Jakarta Utara. Mall dengan hamparan lautan sebagai pemandangan utamanya, selalu menjadi favorit wanita itu.

Kayla lebih dulu membawa Jovan untuk ke baby SPA. Setelah selesai Spa, ia membawa balita itu untuk bermain mandi bola. Puas bermain, mereka lebih dulu mencari makanan kecil untuk Jovan, yang sepertinya sudah sangat lapar. Lalu dilanjutkan ke supermarket untuk membeli keperluan rumah.

Kayla melangkah keluar dari supermarket sambil mengendong Jovan, sementara Yani membawa barang belanjaan mereka di bantu sopir. Tapi langkahnya terhenti saat sebuah suara memanggilnya dari belakang.

"Kayla!"

Mau tak Mau Kayla berhenti, dan melihat Dimas berdiri di depan sana.

Untuk apa lagi dia mengikuti aku? Tanya Kayla dalam hati. Wanita itu hendak berbalik untuk menghindari Dimas. Dia tak ingin menimbulkan masalah jika sampai Adit tahu diam-diam dirinya menemui Dimas. Tapi Dinas tiba-tiba menarik tangannya.

"Kay, Please! Kali ini saja. Kita perlu bicara."

Kayla menatap Dimas frustrasi. "Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku sudah punya suami, Dimas! Aku mohon,” Kayla berkata dengan nada memelas.

Demi Allah dia hanya tak ingin menimbulkan kesalahpahaman Adit lagi. Setelah mengatakan itu, Kayla memutar tubuh meninggalkan Dimas. Tapi lagi-lagi laki-laki itu berteriak, dan membuat beberapa orang menatap mereka penasaran.

"Tolong, Kay! Aku hanya ingin tahu alasanmu menikah dengan Adit! Agar aku nggak perlu membencimu sama seperti aku membenci ayahku!"

Mendengar itu, Kayla berhenti melangkah dan kembali memutar tubuhnya. Dengan terpaksa ia menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Dimas pun tersenyum samar. Mereka memutuskan berbicara di sebuah restoran bergaya Eropa. Setelah lebih dulu menyuruh sopir dan Yani untuk membawa belanjaan ke mobil.

Dimas mengembuskan napas berat saat melihat gestur tubuh mantan kekasihnya yang tampak tak nyaman. Sementara Kayla berusaha mengalihkan tatapan ke mana saja. Asal tak menatap mata hitam orang di depannya.

"Apa yang ingin kamu dengar?" Kayla bertanya tanpa basa-basi. Dia ingin cepat menyelesaikan pembicaraan.

"Semuanya."

Setelah Dimas mengatakan itu, Kayla mulai bercerita tentang semua yang terjadi. Dari awal hingga akhirnya ia harus menikah dengan Adit.

"Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Dimas saat wanita itu selesai dengan ceritanya.

"Awalnya aku pikir nggak akan bahagia dengan pernikahan ini. Tapi beberapa bulan belakangan, aku merasakan hal lain saat berada di dekatnya."

Kayla bercerita sambil mengingat segala perlakuan, dan sikap manis Adit yang selalu membuatnya merasa dicintai.

Jawaban Kayla menyakiti perasaan Dimas secara telak. Laki-laki itu tersenyum kecut.

"Begitu cepatnya kebersamaan kita selama bertahun-tahun ini terlupakan ... hanya dalam waktu beberapa bulan. Kamu benar-benar mencintainya ternyata." Dimas berbicara sambil tersenyum miris.

Ekspresi nelangsanya menimbulkan perasaan tak enak hati dalam diri Kayla. Tapi dia sadar, jika tak jujur pada Dimas sekarang, dia justru akan semakin dihantui rasa bersalah.

"Aku belum berani menyebut ini cinta, karena Mas Adit pun masih nggak mengerti dengan perasaannya padaku."

"Cih! Dasar laki-laki pengecut. Lalu apa alasannya kemarin begitu cemburu saat melihat aku datang? Jika bukan karena dia mencintaimu."

Kayla terdiam mendengar kata-kata Dimas. Mungkinkah, Adit memang cemburu? Batinnya terus bertanya. Entah kenapa dia senang jika itu benar.

"Aku terima penjelasan mu. Nggak ada alasan untuk aku membencimu. Karena aku pun sadar, selama kita bersama aku nggak bisa selalu berada di sisimu. Belum lagi profesi ku yang terlalu berisiko. Aku nggak bisa membiarkan kamu masuk ke dalam hidupku dan mengalami kehilangan lagi. Jadi aku pikir begini memang lebih baik. Teruslah bahagia."

Dimas merasakan nyeri di hatinya saat harus mengatakan itu. Karena biar bagai mana pun, ia masih mencintai Kayla. Sebab hanya wanita ini yang ia miliki dalam hidupnya selain sang ibu.

"Jika ada masalah jangan lupa hubungi aku, aku pergi dulu. Ada kasus yang harus diurus." Setelah mengatakan itu, Dimas bangkit dan melangkah pergi. Meninggalkan Kayla dan semua kenangan mereka.

"Dimas!"

Teriakan Kayla membuat langkah laki-laki itu terhenti. Dimas pun memutar tubuh menghadap mantan kekasihnya.

"Terima kasih," sambung Kayla.

Dimas mengangguk sebagai jawaban, lalu benar-benar pergi meninggalkan sang mantan.

Perasaan Kayla berubah menjadi jauh lebih ringan. Batu besar yang terasa menghimpit dadanya telah terangkat berkat maaf Dimas.

Semoga kamu bisa menemukan bahagia mu juga suatu hari nanti. Mohon Kayla pada Yang Maha Kuasa.

Sementara yang tak Kayla ketahui, ada Adit yang melihat pertemuan mereka dengan menahan amarah.

********

Selamat malaaaam ketemu lagi dengan Kayla. Gimana-gimana? Makin serukah atau tambah gaje? tungu terus capter depan ya. Masi banyak kejutan lain setelah ini haha ketawa jahat.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku semangat lanjut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro