10. Penuh Cinta
Rumah tangga yang Kayla jalani terasa lebih indah setelah hari itu, dan semuanya berjalan seperti seharusnya. Adit berubah jadi lebih hangat, dia bersikap sebagai suami yang baik, seperti janjinya. Bagi Kayla tak ada yang lebih indah selain pemandangan ini setiap pagi. Ia melihat dua jagoannya tertidur dengan posisi yang sangat lucu. Jovan dengan kakinya yang menendang wajah Adit, sementara suaminya terlihat tak terganggu dengan tidur Jovan.
Ah bahagianya sudah bisa menyebut dia suami, batin Kayla bersyukur. Rasanya kata sakinah yang dulu ia impikan kini telah terwujud.
Dan ngomong-ngomong soal Jovan, keduanya memutuskan Jovantidur bersama mereka dalam satu kamar, agar Kayla tak bolak-balik keluar kamar jika malam hari. Begitu kata Adit. Kalian jangan berpikir macam-macam karena hubungan mereka belum sampai tahap 'itu'. Entahlah, baik Kayla atau Adit masih sama-sama gamang dengan perasaan mereka. Biarkan berjalan apa adanya, begitu pikir keduanya
Kayla tersenyum dan menghampiri balita itu di ranjang. Jovan sekarang sudah menginjak usia enam bulan. Bocah berpipi gembul itu bahkan semakin tampan, dan menggemaskan. Jovan terlihat menggerak-gerakan mata, lalu tertawa saat melihat Kayla mendekat, tangannya terulur ke arah wanita itu seperti hendak meminta agar sang bunda meraihnya dalam gendongan.
"Hai, jagoan Bunda sudah bangun, ya?" Jovan tertawa sambil memasukkan jempol tangannya ke dalam mulut.
"Baba, bubu," racau Jovan tak jelas.
"Oh, anak Bunda lapar?" Kayla mencium pipi gembulnya, lalu beralih mencium perutnya hingga membuat balita itu tertawa.
Sementara di sampingnya, mata hitam adit yang dari tadi terpejam itu kini telah terbuka, laki-laki itu sedang menatap mereka berdua dengan senyum hangat.
"Rasanya seperti mimpi ketika aku terbangun, dan melihatmu ada di sini bersama kami."
Kayla memutar mata bosan mendengar suaminya mengatakan hal sama setiap hari. Pasalnya ini sudah yang ke sekian kali Adit bicara seperti itu, dan Kayla rasanya ingin muntah karena geli.
"Mas, stop! Jangan bahas itu lagi. Aku bosan dengarnya." Kayla jengah.
"Masa, sih, bosan? Tapi kok wajah kamu selalu merah saat Mas menggoda?" Adit tersenyum jahil menatap Kayla. Menggoda wanita itu sudah menjadi kebiasaannya beberapa bulan semenjak ia mendeklarasikan maafnya pada Kayla.
"Isssh nggak lucu! Sudah ah." Kayla hendak bangkit dari ranjang. Namun, Adit menariknya, dan membuat tubuh wanita itu terhempas di sampingnya. Dengan gerakkan cepat laki-laki itu memerangkap tubuh Kayla dengan tangan besarnya.
"Sepertinya ada yang sudah mendapat kecupan selamat pagi, tapi kenapa aku belum, ya?" Adit mulai menggoda sang istri dengan gaya jahilnya.
Tindakannya membuat Kayla memutar mata bosan, wanita itu menatap suaminya yang sekarang sedang menaik turunkan alis. "Mas, awas! Aku mau buat susu untuk Jovan."
"Nggak. Beri suamimu ini kecupan selamat pagi dulu, ayo! Baru aku izinkan kamu pergi." Adit mendekatkan pipinya pada sang istri. Mau tak mau Kayla akhirnya mendaratkan satu kecupan di pipi Adit.
Namun, dengan gerakan cepat pula Adit memalingkan wajah. Hingga kecupan itu justru mendarat di bibir laki-laki itu. Kayla membulatkan mata, dan ketika ia hendak mengakhiri kecupan itu, Adit justru menekan tengkuknya agar memperdalam ciuman mereka.
Beberapa saat Kayla hanya diam, ketika dengan perlahan bibir tipis laki-laki itu bergerak dengan lembut, dan membuat Kayla seakan melayang.
Adit melepaskan ciuman manis itu, lalu menyunggingkan senyum kemenangan ke arah sang istri.
"Terima kasih untuk morning kiss-nya." setelah mengatakan itu, Adit mengelus pipi Kayla lembut, dan mendaratkan satu kecupan di kening.
Adit bangkit dari ranjang dengan senyum lebar, sementara Kayla masih diam seperti orang gagu. Tak tahukah dia efek ciumannya tadi. Benar-benar dia itu! Maki Kayla dalam hati.
"Hah ... sepertinya hari ini akan jadi hari yang indah," kata Adit sambil berlalu masuk ke kamar mandi.
"Sayang, jangan lupa bernapas!" Teriak Adit itu sambil menyembulkan kepalanya ke pintu. Tak lupa dia mengerlingkan mata ke arah Kayla yang masih terdiam di tempat.
Bersamaan dengan pintu kamar mandi yang di tutup Adit, teriakkan Kayla terdengar.
"Mas Adit, kamu tuh ya! Suka banget bikin aku jantungan!"
Teriakan itu membuat tawa Adit menggema dari dalam kamar mandi. Tiba-tiba di sampingnya Jovan menangis. Mungkin ia kaget mendengar suara kencang sang bunda. Buru-buru Kayla mengangkat Jovan, dan membawanya keluar kamar.
Perlu kalian tahu, laki-laki yang sekarang tengah mandi itu ternyata memiliki kadar kejahilan luar biasa. Pernah suatu hari Kayla memasak, laki-laki itu dengan santainya menghampiri sambil memperlihatkan tikus kecil yang ia tangkap di gudang. Saat hari minggu, Adit selalu memilih membereskan gudang atau halaman depan.
"Sayang, aku bawa sesuatu untukmu," kata Adit sambil menyembunyikan dua tangannya di belakang punggung.
Kayla yang sedang serius mengambil sayuran dari dalam kulkas mau tak mau berhenti dan menatap suaminya sumringah.
"Oh, ya? Mas mau kasih hadiah Kayla?" tanya wanita itu memastikan, di tambah senyum lebar yang tak lepas dari bibir.
Sementara Adit hanya mengangguk dengan senyum sangat manis yang dibuat-buat.
"Kamu tutup mata dulu," perintah Adit meyakinkan. Kayla menurut, lalu perlahan laki-laki itu mengeluarkan tikus kecil yang ia bawa. Ketika Kayla membuka mata, seekor tikus berwarna putih, tepat berada di depan wajahnya. kontan saja Kayla yang sedang membawa sayuran dalam wadah, langsung melompat ke atas kursi meja makan.
"Aaaa tikus! Mas Adit buang! Buang tikusnya!" teriak Kayla bergidik ngeri. Wajahnya terlihat pucat pasi.
"Nggak pa-pa kok, Sayang. Dia nggak gigit. Malah lucu, iya, kan?" ujar Adit sambil mendekatkan tikus itu ke arah sang istri. Tindakannya membuat Kayla semakin berteriak histeris.
"Mas, buang nggak!" Kayla mulai mengeluarkan tanduknya. Wanita itu melotot dengan wajah geram. Tapi Adit seakan menikmati adegan Kayla yang ketakutan, terbukti sekarang laki-laki itu malah memainkan tikus di tangannya.
"Nggak!" jawab Adit dengan senyum jahil.
"Mas, Buang!" Adit masih tak perduli meski Kayla melemparinya dengan tomat yang ada di meja.
"Aku bilang buang!" teriak Kayla sekali lagi, lalu melemparkan beberapa sayuran yang lain.
"Nggak kena, nggak kena!" Adit semakin gencar meledek.
Mengembuskan napas, Kayla pun berkacak pinggang, dan menatap Adit penuh ancaman. Adit mulai was-was saat melihat Kayla jadi seperti harimau yang akan menerkam.
"Ok! Jangan tidur di kamar malam ini! Nggak ada jatah bercumbu, titik!" Kayla berkata dengan satu tarikan napas.
Laki-laki yang diajak bicara terlihat panik setelah diancam.
"Sayang, iya ... iya ... Mas minta maaf, Mas buang tikusnya! Nih." Adit melempar tikus ke tong sampah dekat dapur. Kontan Kayla berteriak lagi.
"Mas, jangan buang di situ!"
"iya ... iya, oke. Tapi kamu janji jangan suruh Mas tidur di luar, ya? Please." Adit memelas.
Di depannya Kayla pun menyunggingkan senyum kemenangan.
"Bodo! Ambil tikusnya, terus pergi dari sini! Aku sebal sama, Mas!" teriak Kayla lagi.
Menyadari istrinya benar-benar marah, Adit buru-buru berbalik.
"Iya ... iya ... Mas pergi."Adit memutar kepala lagi menghadap Kayla, "tapi, Sayang, kamu jangan me-"
Adit memotong kalimatnya saat Kayla mengarahkan tatapan tajam, sambil menunjuk pintu keluar. Dengan kepala tertunduk laki-laki itu keluar dari dapur.
"Gara-gara kamu, nih, ibu negara mengamuk, dan aku terancam nggak dapat ciuman mesra," gumamnya yang masih bisa didengar Kayla.
Wanita itu pum menahan tawanya. Sambil menatap punggung Adit, Kayla tersenyum penuh kemenangan.
"Dasar laki-laki. Giliran diancam masalah ranjang aja ... rasakan, siapa suruh resek. Dia nggak tahu apa, aku benci tikus!"
Adit mungkin berasal dari keluarga kaya, tapi laki-laki itu tak seperti orang kaya kebanyakan. Ia mungkin seorang CEO di perusahaannya, tapi saat di rumah kesan wibawanya akan lenyap jika berhadapan dengan nyonya besar.
"Kamu urus Jovan dulu, Yan, saya ingin menyiapkan keperluan Bapak."
"Baik, Bu."
Perlu kalian tahu sikap jahil Adit yang lain. Setelah acara memasak tempo hari yang kacau itu. Adit tak pernah lagi mengizinkan Kayla memasak. Tadinya Kayla pikir laki-laki itu melarang karena menghawatirkan dirinya, tapi ternyata bukan itu maksud Adit.
"Sayang, kamu nggak usah masak-masak lagi ya," kata Adit suatu pagi.
"Loh, kenapa? Mas nggak usah khawatir. Aku bisa kok, aku janji nggak bakal menghancurkan dapur, dan nggak bakalan ke gores pisau lagi."
"Bukan! Bukan begitu, Mas hanya takut-"
"Nggak usah takut, Mas, aku ikhlas masak buat kamu, yah ... walau hasilnya selalu hancur." jawab Kayla sedih.
Tak berapa lama Kayla melonjak kaget saat Adit tiba-tiba berseru, "Nah itu! Aku hanya takut lama-lama bisa mati keracunan masakan kamu."
Kayla terdiam sejenak, dia berusaha mencerna kata-kata suaminya. Lalu terdengar tawa laki-laki itu menggema.
"Mas Adit, RESE!"
Begitu lah hari-hari yang mereka jalani setelah Adit berjanji akan menerima kehadiran Kayla di hidupnya. Laki-laki itu kembali bersikap hangat, dan sejauh ini Adit masih membuktikan ucapannya. Meski Kayla berharap laki-laki itu akan selalu jadi hangat selamanya. Karena bagi Kayla, tak ada yang lebih membahagiakan dari keluarga kecilnya.
Kayla sedang mengoleskan selai kacang ke atas roti, ketika ia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya.
"Mas, pleace ... jangan di sini, ada Yani. Nggak enak nanti dia lihat." Kayla berkata sambil berusaha melepaskan pelukan tangan Adit di pinggangnya.
"Biarkan saja dia lihat. Toh kita kan suami istri," jawab Adit semakin merapatkan pelukannya. Laki-laki itu bahkan menyusupkan kepalanya ke lekuk leher Kayla, hingga wanita itu terlihat menahan geli.
"Em ... sekarang saja kamu mengakui aku istri," sindir Kayla.
"Ck! Aku paling malas kalau kamu sudah mengungkit-ungkit masalah kita kemarin," jawab Adit dengan nada sebal, lalu laki-laki itu mendudukkan diri di kursi meja makan.
"Agar kamu nggak mengulangi kesalahan itu lagi." Kayla meletakkan roti yang telah diberi selai ke piring Adit, lalu menatap suaminya. "Mas, boleh nggak Kay pulang ke desa untuk menjenguk Bapak? semenjak menikah, Kay belum menjenguknya lagi."
"Boleh, rencananya kapan? Sekalian Mas ikut."
Mendengar jawaban Adit, Kayla tersenyum lebar.
"Terima kasih, Mas. Aku senang kalau Mas juga ikut." Kayla berkata sambil memeluk leher Adit. Dia tak bisa menyembunyikan rasa bahagia.
"Cuman itu?" goda Adit.
Mengerti maksud suaminya, Kayla mendengus. Tapi tak urung ia mendaratkan kecupan di pipi.
"Jadi, kapan kita berangkat ke sana? Biar Mas minta izin cuti ke Abi."
"Rencananya, sih, sabtu besok, Mas. Bagaimana menurutmu?"
"Boleh."
Jawaban singkat Adit, membuat Kayla berseru girang. "Yeeey! ketemu Bapak!"
Melihat tingkah kekanakan istrinya, Adit pun menggelengkan kepala.
"Kamu sudah mirip bocah kalau seperti itu."
"Kayla terlalu bahagia soalnya."
"Ya sudah, Mas berangkat. Kamu jaga diri di rumah. Sama siapkan keperluan kita yang akan dibawa ke tempat Bapak."
"Siap, Bos!" jawab Kayla sambil memberi hormat ala tentara, lalu ia mengantar Adit sampai keluar pintu, sambil menggendong Jovan.
"Aku berangkat. Kamu di rumah aja jangan keluyuran, kalau mau pergi suruh antara Pak Min."
Kayla memutar mata bosan. Mendengar Adit mengatakan itu.
"Ya, Mas." Kayla mencium punggung tangan suaminya.
"Assalamualaikum."
"Wassalamu'alaikum, Papa, sampai ketemu nanti sore." Kayla melambaikan tangan Jovan ke arah ayahnya, sambil menirukan suara anak kecil.
Ah, bahagianya jika selamanya kami akan seperti ini. Batin Kayla sambil menatap kepergian Adit. Setelah mobil laki-laki itu tak terlihat, Kayla buru-buru masuk ke rumah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro