PART 8 HADIAH UNTUK ABI YUSUF
Abi tidak ingin hadiah apapun, yang abi inginkan sebelum malaikat maut datang hanya melihat putri kecil Abi bahagia dengan pasangan halalnya. Abi ingin melihat Maryam bersanding dengan pria yang selalu menyebut namamu dalam do'a, apalagi dia juga pria yang sangat menyayangi keluarganya. - Abi Yusuf
Maryam memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang, sejak tadi keluar dari kamar penginapan wanita itu enggan untuk berbicara apapun pada mereka semua. Keheningan berada di dalam mobil membuat Noer sedikit canggung karena perubahan sikap Maryam. Lelaki itu mencoba untuk tersenyum walaupun dalam hati dia merasa bersalah pada gadis yang di belakangnya.
"Maryam hari ini Abi milad, bagaimana kalau kita membeli oleh-oleh atau hadiah dulu buat Abi dan Ummi sebelum pulang ke Bandung. Sepertinya membelikan barang atau pakaian khas daerah sini untuk Abi sangat bagus deh, oh iya Noer, apakah kamu tahu tempat oleh-oleh di daerah sini?" Edi mencoba mencairkan kebekuan dalam mobil. Noer yang semula menatap diam Maryam melalui kaca spion langsung tersentak.
"Afwan, Kak, untuk daerah sini sepertinya Noer engga tahu dimana yang jual oleh-oleh coba kita cari aja toko di sekitar sini, Kak," jawab Noer dengan senyuman sementara di kursi penumpang Maryam sedang terlelap dalam tidurnya.
Kak Edi memarkirkan mobil di depan tempat oleh-oleh, dia keluar mobil bersama Noer untuk mencari hadiah yang bagus untuk sang Abi. Sementara Maryam masih terlelap tidur di mobil. Gadis itu kelelahan karena kemarin terlalu asyik bermain air, juga mungkin karena sekelumit pikiran yang memenuhi benaaknya. Setelah mendapatkan hadiah yang pas untuk Abi Yusuf mereka kembali ke mobil dan menuju arah pulang, waktu semakin siang akhirnya pukul dua siang mereka sampai di rumah. Sementara Noer sudah turun dari mobil mereka saat sampai di pertigaan dekat dengan pondok pesantren tempat dia mengajar.
Maryam terbangun dari tidurnya lalu wanita itu keluar dari mobil dan memasuki rumah, dia mencari keberadaan Ummi Fatimah untuk menemaninya di kamar. Maryam duduk di ruang keluarga sambil membuka hadiah yang di berikan Noer, gadis itu membukanya perlahan. Saat hadiah itu sudah terbuka Maryam sangat terkejut saat melihat hadiahnya di mana Al-Qur'an dan novel islami yang ingin dia koleksi saat ini sudah berada di genggamannya. Dengan sepucuk surat di dalam buku novel itu.
Seulas senyum terbit di wajah sendu Maryam saat membaca sepucuk surat dari Noer. Dia memejamkan matanya saat mengingat kebahagiaan mereka kemarin di pantai bersama Kak Edi.
Kak Edi yang sudah berganti pakaian baju koko saat ingin ke masjid melihat adiknya yang duduk di ruang tamu sambil memeluk sepucuk surat itu hanya bisa menggelengkan kepala, lalu mendekati adiknya untuk mengajak shalat berjama'ah di masjid bareng-bareng.
"Dek, ini sudah waktunya memasuki ba'da ashar. Ayo cepetan jangan malas untuk melaksanakan sholat lima waktunya, nanti Rayhan malah melamar wanita lain bukan kamu." Kak Edi tertawa sementara Maryam menekuk wajahnya dan berjalan ke kamar. Selepas mereka melaksanakan shalat ashar, akhirnya mereka menghabiskan waktu untuk berbincang di ruang tamu. Maryam dan Kak Edi mengambil hadiah untuk Abi Yusuf, walaupun ini hadiahnya terbilang tak mahal, tapi menurut mereka berdua adalah hal yang berarti untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
"Abi, Barakallah fii umrik. Semoga di usia sekarang makin sayang sama keluarga dan cepet dapat cucu dari Kak Edi." Maryam yang sengaja menyindir kakaknya itu karena semenjak kelahiran keponakannya yang pertama, kakak iparnya itu masih trauma untuk melahirkan kembali, sementara Zahira tersenyum saat mendengar ucapan adik iparnya itu. Tangan mungil putrinya itu merentangkan ke arah suaminya yang sedang membawa hadiah untuk Abi Yusuf, Ummi Fatimah langsung merebut cucunya dari tangan menantunya itu sambil menenangkan balita mungil itu.
"Terimakasih buat kedua anak Abi, Alhamdulillah makin berkurangnya usia Abi di dunia ini. Abi tidak ingin hadiah apapun, yang Abi inginkan sebelum malaikat maut datang. Hanya ingin melihat putri kecil Abi bahagia dengan pasangan halalnya, Abi ingin melihat Maryam bersanding dengan pria yang selalu menyebut namamu dalam do'a. Apalagi dia juga pria yang sangat menyayangi keluarganya."
"Afwan Ummi, Abi. Sebentar lagi Maryam akan di khitbah oleh lelaki yang In Syaa Allah putri kesayangan Abi akan di khitbah oleh teman Edi yang bernama Rayhan kira-kira malam ahad minggu depan."
"Alhamdulillah sebentar lagi anak Ummi akan menikah, Maryam ternyata sudah dewasa ya, Abi. Ummi baru saja kemarin melahirkan Maryam eh, sebentar lagi dia akan melangkah menuju pelaminan yah Abi."
"Ummi, ini masih rencana kok lagi pula kan Maryam masih bisa sama kalian. Dan itu belum pasti jika Maryam menerima pinangan dari Kak Rayhan, jodoh hanya Allah yang tahu Maryam hanya ingin calon suami Maryam itu taat terhadap agamanya seperti Abi dan Kak Edi." Maryam yang sudah tidak bisa membendung tangisnya langsung memeluk tubuh Umminya, untung saja Assifa tidak jatuh dari gendongan. Tangis Maryam langsung pecah saat melihat Abi dan Ummi berbicara seperti akan kehilangan putri satu-satunya itu, padahal belum tentu Maryam akan menerima Rayhan. Karena selama ini dia hanya menganggap Rayhan seperti kakaknya sendiri, tetapi kembali lagi kepada Allah yang senantiasa membolak-balikkan hati ummatnya.
"Iya benar Ummi, baru saja kemarin Abi mengajarkan kedua anak kita untuk menjadi manusia yang taat akan agamanya. Bahkan saat ini Edi sudah memiliki anak dan sebentar lagi Maryam sudah akan menikah, rasanya seperti mimpi saja, yang terpenting sekarang kalian untuk kedua anak Abi dan Ummi jangan melupakan perintah-Nya dan jangan lupakan untuk dzikir ataupun membaca Al-Qur'an. Karena itu adalah kunci utama untuk kita lebih dekat dengan pencipta kita."
Abi mengambil secangkir teh yang di buat oleh Ummi lalu meminumnya setelah mengucapkan basmallah, keluarga mereka sedang berbincang-bincang mengenai masa kecil Maryam dan Edi. Sedangkan di tempat lain seorang pria sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam koper untuk keberangkatannya ke Surabaya menemui Tanisa di sana. Dengan menjauhi Maryam mungkin adalah cara terbaik untuk menata kembali hati Noer, nama wanita itu sudah terukir di hati Noer selama kurang lebih dua bulan ini.
Tania memasuki kamar adiknya untuk membantunya bersiap, saat memasuki kamar Noer dia melihat adiknya sedang melamun sambil memegang ponsel. Dia menghampirinya dan menepuk pundak adiknya itu, sontak ponsel Noer jatuh dan terlihat jika ada poto wanita berhijab di layarnya.
"Jika kamu tidak sanggup meninggalkannya, kenapa kamu harus pergi Noer, perjuangkan wanita itu, jangan menyerah seperti ini. Kalau kamu seperti ini berarti menyakiti perasaan kamu dan juga wanita itu, lebih baik pikirkan lagi untuk pindah ke Surabaya, Noer. Kakak tidak akan mengizinkan kamu kalau dalam keadaan seperti ini."
"Ini sudah keputusan Noer, Kak. Aku ingin melihat Maryam bahagia dengan Rayhan."
"Tidak dengan membuatmu menderita seperti ini, Noer." Tania melipat kedua tangan di dadanya membuat adiknya tidak bisa membantah apa perkataan Kakaknya saat ini, sementara di depan pintu berdiri seorang wanita berhijab tosca dengan wajah yang sama dengan Tania. Senyuman terukir di bibir wanita itu saat melihat kedatangan Tanisa di hadapannya saat ini. Noer hanya bisa menghela napas ketika kedua Kakaknya tidak mengizinkan pria itu meninggalkan kota ini, bahkan mereka mendukung untuk Noer selalu berada di sekitar wanita itu. Noer hanya bisa tersenyum tipis saat membaca notifikasi pesan dari Edi jika malam minggu depan Maryam akan dilamar oleh Rayhan beserta keluarga besarnya.
______tbc_____
Assalammualaikum guys..
Maaf yah baru update karena kesibukkan di dunia nyata, ditambah lagi harus membuat cover untuk cerita terbaru saya..
Cerita ini sebenarnya udah mau tamat dan sedang di revisi oleh saya..
Yang insya Allah bulan Juni tahun depan sudah bisa tercetak.. yuk guys tetap semangat membaca cerita ini.. versi novel berbeda yah guys 😙😙
Bakalan ada kejutan lainnya..
Sekar puji indriaswati
Bogor, 16 Juli 2019
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro