PART 7 HARUSKAH SESAKIT INI MELEPASKAN DIA
Jika aku boleh memilih, aku ingin kau yang selalu kusebut namanya dalam setiap sujud malamku untuk menjadi calon imamku. Bukan dia yang sedang berada di hadapan Kak Edi, Ya Allah bantulah hamba untuk menjalani semua ini. – Maryam
Maryam menuruni mobil setelah mereka memarkirkan mobil, perempuan itu berlari menuju pesisir pantai dengan hembusan angin yang menerbangkan khimarnya. Senyuman terukir di bibir Noer saat melihat raut bahagia dari wajah ayu Maryam, Edi melihat senyuman Noer dan hatinya merasa tak tega. Dia menyaksikan dua insan yang diam-diam tampak jelas memiliki binary cinta, tetapi apa daya, dia sudah mengusahakan apa yang bisa dia usahakan.
"Noer itu untuk siapa?" Edi akhirnya memancing dengan sebuah pertanyaan yang sebenarnya sudah diketahui jawabannya.
"Ini hadiah untuk Maryam sebelum saya pergi, mungkin sebentar lagi Maryam akan mendapatkan calon suami yang akan menyempurnakan agamanya. Berbeda dengan Noer yang akan meninggalkan wanita cantik itu," jawab Noer dengan senyuman tipis, tampak seperti berusaha untuk bisa tersenyum.
"Jika ini sangat menyakiti hati kamu, kenapa kamu mau meninggalkan semua kebahagiaan yang sudah kamu ciptakan saat ini. Pikirkanlah lagi, Maryam dan saya sudah menganggap kamu sahabat kami." Edi yang memegang jaket di tangan kanannya pun berjalan beriringan dengan Noer setelah mengunci mobilnya dengan benar, lelaki itu melihat ke arah adiknya yang berlari-lari di tengah hamparan pasir yang sangat luas. Sejak kecil Maryam sangat suka ke pantai, oleh sebab itu Edi lebih memilih mengajak adiknya ke tempat di mana senyuman adiknya akan kembali terukir. Mungkin setelah ini hanya ada kehampaan dalam hidup adiknya karena Noer akan menjaga jarak pada wanita itu.
"Kak Edi ayo kejar Maryam!" teriak Maryam sambil berlari.
"Ayo Edi lebih baik kita menghampiri Maryam dulu."
Kebahagiaan telah menyelimuti hati mereka bertiga, Maryam berlari ke pesisir pantai dan kakinya telah terkena air laut. Sementara Kak Edi memotret kebahagiaan ini, Noer tersenyum dan sesekali mencipratkan air laut ke arah Edi sahabat lamanya. Senyuman tak pernah lepas dari bibir Maryam saat Noer mencipratkan air ke arahnya.
Di jarak yang tidak jauh dari mereka bertiga tengah berdiri Rayhan dan Muslim memperhatikan mereka, dengan rasa cemburu Rayhan mengepalkan tangan. Muslim dan Khalil yang melihatnya pun mengusap pundak Rayhan, mencoba untuk menenangkan hati pria itu. Maryam berlari lalu kedua kakinya tidak sengaja menginjak ujung gamisnya yang membuatnya jatuh tepat di depan Rayhan.
"Maryam awas!!"
Satu teriakan Edi terdengar begitu keras, membuat Maryam melihat ke arah kakaknya dan membersihkan pasir yang masih menempel di baju karena terjatuh. Sedangkan Rayhan dan Noer memberikan masing-masing tangannya untuk wanita itu, Maryam melihat kedua tangan yang berada tepat di depan wajahnya. Tetapi dia sama sekali tidak memilih dari salah satu lelaki itu hingga Edi menghampiri adiknya dan menolong Maryam untuk berdiri. Noer dan Rayhan keduanya saling bertukar pandangan.
"Astaghfirullah hal 'adhim, Maryam kamu tidak apa-apa?" tanya Kak Edi setelah membantu adiknya berdiri dan membersihkan pakaian.
"Haruskah aku pergi saat ini juga, ataukah aku harus mengucapkan niat baikku untuk meminangmu saat ini juga. Tetapi itu tidak mungkin karena di depanmu sudah berdiri pria yang akan menjadi imammu kelak," lirih bathin Noer lalu pria itu berjalan menuju mobil.
Maryam tersenyum saat melihat kakaknya yang selalu setia menolong, seperti saat ini, walaupun sebelumnya Rayhan dan Noer mencoba untuk menolong. Namun jangan berpikiran jika Maryam akan menerima uluran tangan dari yang bukan mahramnya walaupun dalam keadaan seperti tadi, gadis itu tersenyum saat melihat Rayhan dan kedua temannya. Khalil dan Muslim berjalan menghampiri Edi.
"Kalian ternyata disini kenapa tidak bilang jika akan berlibur, kalau tau begitu kita berangkat bareng tadi pagi. Muslim juga kemarin Abang ajakin bareng malah bilangnya sibuk sama perform, Khalil juga bilangnya sibuk kuliah kalian ini sengaja bukan sih biar engga bareng liburan sama kita?" tanya Edi dengan menaikan satu oktaf dari nada biasa dia bicara.
"Hehehehe, Abang kami yang paling ganteng, afwan ya karena kita awalnya sudah ada janji sama Rayhan, niatnya sih kita hanya ingin ikut dengan Abang, tetapi lihatlah calon pengantin itu memaksa kita, Bang," jawab Khalil dengan sedikit kekehan membuat Rayhan menatapnya tajam.
"Sudah, sudah yang terpenting sekarang kita sudah kumpul lebih baik ayo kita lanjutkan liburan." Muslim menengahi pembicaraan antara Khalil dan Edi, karena jika mereka berdua masih berdebat cape-cape ke pantai ini untuk liburan tetapi malah bertengkar seperti ini. Lalu Muslim yang melihat Rayhan membutuhkan waktu berdua dengan Maryam pun akhirnya merangkul Khalil dan Edi untuk meninggalkan mereka dengan jarak yang tidak jauh.
"Assalammu'alaikum Maryam, sudah lama kamu di sini?" tanya Rayhan lalu berjalan menghampiri gadis itu, tetapi Maryam berjalan sedikit menjauhinya dan mencari kebaradaan Noer.
"Wa'alaikumussalam Kak Rayhan, Maryam sudah sejak tadi siang bersama Kak Edi dan Kak Noer. Astaghfirullah hal 'adhim Maryam lupa di mana Kak Noer, aduh bagaimana ini," jawab Maryam sambil mengalihkan pembicaraan Rayhan lalu memandang ke arah pesisir pantai mencari Noer tetapi lelaki itu hilang entah ke mana.
"Kamu tenang saja Maryam, mungkin dia sedang mencari makanan, oh iya ada hal yang ingin aku sampaikan. Minggu depan aku dan kedua orang tuaku akan bersilaturrahmi ke rumah kamu, Maryam."
"Afwan Kak Rayhan, tumben mengajak kedua orang tua Kak Rayhan ke rumah. Biasanya kan Kak Rayhan dan Kak Muslim kalau ke rumah tidak pernah membawa kedua orang tua kalian, apakah ada hal yang penting sampai membuat kedua orang tua Kak Rayhan datang ke rumah?"
"Aku akan melamarmu Maryam, mau kah kamu menjadi istri dan ibu dari anakku kelak?" Rayhan sambil merogoh saku celananya dan membuka kotak brudu berwarna merah. Sementara Maryam menutup mulutnya saat mendengar penuturan Rayhan. Edi yang melihat Rayhan melamar adiknya pun segera berjalan menghampiri mereka berdua.
"Rayhan sebaiknya kamu datang ke rumah saja minggu depan, jika kamu benar-benar ingin meminang adik saya. Kami sekeluarga menunggu kedatanganmu," perintah Kak Edi sambil tersenyum sedangkan Maryam hanya menundukkan pandangan.
Jika datang kepada kalian seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan anak kalian). Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar. (HR. At-Tirmidzi)
"Jika aku boleh memilih, aku ingin kau yang selalu kusebut namanya dalam setiap sujud malam untuk menjadi calon imamku. Bukan dia yang sedang berada di hadapan Kak Edi, Ya Allah bantulah hamba untuk menjalani semua ini," batin Maryam.
Matahari sudah digantikan dengan senja menandakan bahwa hari mulai petang, Noer duduk di pesisir pantai dengan bucket bunga dan hadiah di atas pasir. Dia melihat bagaimana indahnya akan ciptaan Allah, tak bisa dipungkiri jika Dia sudah menyimpan rasa pada wanita yang akan dikhitbah sebentar lagi. Dalam waktu beberapa minggu Maryam akan menjadi makhthubah nya Rayhan, Dia harus membuang jauh-jauh perasaannya terhadap wanita itu. Tidak mungkin kan Noer harus melamar Maryam yang sudah berubah status itu bahkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah meminang wanita yang telah dipinang saudaranya, dan janganlah menawar barang yang telah ditawar saudaranya. ( HR. Muslim).
Maryam berjalan di pesisir pantai sambil menggenggam tangan Kak Edi, seakan-akan dia tidak ingin berpisah dengan kakak semata wayangnya itu. Saat tengah asik bercanda, tatapan kedua kakak beradik itu tertuju pada pria yang duduk di pesisiran pantai dengan bucket bunga dan hadiah di sampingnya, pandangan Maryam langsung menuju pada Kak Edi. Sedangkan pria di sampingnya mengangguk menyetujui jika adiknya menghampiri pria itu. Dengan langkah berat, Maryam menghampiri Noer dan berdeham.
"Assalammu'alaikum Kak Noer, ini sudah mulai malam alangkah baiknya kita kembali ke tempat penginapan sebelum semakin larut."
"Wa'alaikumussalam Dek Maryam, afwan, Dek, Sebentar lagi saya akan kembali ke penginapan. Mungkin ini akan menjadi malam terakhir saya bersama kalian."
Maryam yang mendengar ucapan Noer pun hati kecilnya merasa sakit, bahkan wanita itu dengan pandangan menuju ke arah air laut membayangkan betapa sakitnya jika ditinggalkan oleh orang yang selama ini membuat ia nyaman. Dengan bibir yang bergetar dan tangan yang memilin ujung khimar, Maryam mencoba untuk berbicara lagi dengan Noer, "Afwan Kak, kenapa kakak berbicara seperti itu. Bukankah kita akan bisa berlibur seperti ini lagi, mungkin nanti Kakak akan mengajak calon istrinya ke sini biar dikenalkan pada Maryam."
"Hahahaha mungkin kamu dulu yang akan membawa calon suami atau suami sah kamu untuk berlibur ke pantai ini, oh iya sampai lupa! Ada yang ingin saya berikan padamu untuk kenang-kenangan." Noer lalu mengambil bucket bunga dan hadiah yang sedari tadi dia bawa lalu memberikannya pada Maryam.
Maryam menerima hadiah yang diberikan Noer dengan wajah yang berbinar, dengan senyuman yang terukir di bibirnya, "Syukron jiddan Kak Noer untuk hadiahnya, Maryam suka sekali dengan bunga dan hadiah ini."
"Saya besok malam akan berangkat ke Surabaya dan menetap di sana bersama Kakak saya, semoga kamu di sini selalu sehat dan bahagia Maryam. Oh iya jika kamu menikah jangan lupa untuk mengundang saya ya."
Setelah mengucapkan kata perpisahan Noer lalu berjalan meninggalkan Maryam sendiri di pesisir pantai, sementara bunga mawar yang diberikan Noer tadi terjatuh begitu saja saat mendengar jika pria yang di hadapannya tadi mengatakan jika besok malam akan meninggalkan kota ini, hati Maryam sangat rapuh mendengar ucapan pria itu. Gadis itu menjatuhkan dirinya saat pria itu sudah pergi.
Edi melihat adiknya yang rapuh seperti ini dia langsung menghampiri gadis itu dan membawa kepelukannya untuk menenangkan. Malam semakin larut akhirnya mereka berdua kembali ke penginapan.
Setelah sampai di penginapannya, Noer memasuki kamar yang sudah dipesan. Dia berjalan menuju balkon penginapan yang menghadap ke arah pantai, menghembuskan napas dengan perlahan. Dia tahu jika wanita yang selalu membuatnya tersenyum itu sekarang sedang rapuh, sama halnya dengan pria itu. Sebenarnya Noer juga tidak rela untuk meninggalkan Maryam saat seperti ini, tetapi jika terus-terusan bersama gadis itu sama-sama akan menyakiti satu sama lain.
Setelah menenangkan Maryam, Edi mengajak adiknya untuk kembali ke penginapan karena udara semakin dingin dan sudah waktunya untuk beristirahat. Maryam memasuki kamarnya dan menangisi semua kejadian beberapa waktu lalu, tangis sendunya itu membuat gadis itu terlelap setelah merasakan kepalanya pening. Menit berganti jam tak terasa sekarang sudah menunjukkan pukul dua malam, Maryam terbangun untuk menjalankan solat malam. Setelah mengambil air wudhu Maryam memakai mukena lalu menjalankan shalat tahajud, cara gadis itu menenangkan hatinya hanya dengan mencurahkan isi hatinya pada Sang Pencipta.
"Ya Allah, engkau yang maha pembulak-balik hati manusia. Hamba mengaku salah karena sudah mencintai dalam diam ciptaanmu, hamba telah lalai selama ini. Maafkan hamba Ya Rabb, jika dia bukan yang terbaik untukku! Maryam mohon hapuskan rasa ini pada dia," ucap Maryam dengan tangis sendunya lalu mengakhiri do'anya dengan membaca Al-Qur'an sambil menunggu waktu subuh.
Pukul delapan pagi tepat semua orang sedang berkemas untuk bersiap-siap kembali ke Bandung, Maryam berjalan membawa tas dan hadiah yang diberikan Noer tak lupa dengan membawa tas selempangnya. Saat di depan parkiran penginapan Maryam hanya menundukkan pandangannya sambil mendengarkan lagu Elhijrah nasheed, pipi gadis itu sudah basah oleh derai air mata bahkan kedua matanya itu bengkak karena menangis semalam. Entah kenapa semenjak setelah shalat malam Maryam menjadi lebih pendiam seperti ini, Edi yang melihat adiknya yang ada perubahan seperti ini pun mencoba mencari cara bagaimana gadis itu tersenyum kembali.
________Tbc_________
MV terbaru sigma 🤗🤗
https://youtu.be/QNctV15tb3Y
Cover novel istikharah cinta 🤗🤗..
Coming soon🤗🤗
1773 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro