Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 12 KEPERGIAN ABI UNTUK SELAMANYA

"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya" (Q.s. Ali imran:145)

SEPERTI biasa Maryam selalu terbangun saat tengah malam untuk melaksanakan shalat tahajud dan membaca kalam Allah, dengan membaca Al-Qur'an bisa membuat hatinya lebih tenang apalagi dengan basuhan air wudhu membuat wajah wanita itu lebih cerah dan natural tanpa polesan make-up. Selesai menjalankan sholat malam, Maryam merasa semalam adalah belaian terakhir Abi Yusuf, selama beranjak dewasa Maryam jika sedih seperti ini selalu di temani Ummi. Namun, semalam Abi Yusuf sendiri lah yang menemaninya hingga terlelap, gadis itu membuang jauh-jauh pikirannya.

Adzan subuh berkumandang Maryam berdiri dan melaksanakan shalat dengan khusu', bacaan solat berkumandang di kamar perempuan itu. Suasana pagi ini sedikit mencekam bahkan sunyi sekali, salam mengakhiri sholat Maryam. Perempuan itu menengadahkan kedua tangannya untuk mencurahkan isi hatinya kepada Sang Pencipta.

"Ya Rabb, hanya kepadamu lah hamba meminta petunjuk. Panjangkan lah umur Ummi dan Abi, karena Maryam ingin membahagiakan kedua orang tua terlebih dahulu sebelum malaikat izroil menjemputnya. Hamba ingin Abi yang menjadi wali nikah nantinya, berilah kesehatan dan rizki yang berlimpah untuk keluarga kami ini. Robbanaa 'aatina fid-dunyaa hasanah wa fil aaakhiroti hasanah wa qinaa 'adzaaban naar."

Tak terasa setetes air mata Maryam membasahi pipi, dengan cepat gadis itu menghapus buliran air mata. Maryam melepas mukena, lalu mulai membereskan kembali alat-alat sholat. Setelah memakai khimar yang senada dengan gamisnya Maryam membuka pintu kamar, melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga. Matanya mencari keberadaan Ummi dan Kak Edi, sejak acara semalam gadis itu tidak mendengar suara kakaknya.

"Hayoo kamu cari siapa, Dek? Udah seperti maling mengendap-ngendap gitu."

Kak Edi yang sudah berdiri di belakang Maryam lalu memegang pundak adiknya sontak membuat gadis itu terkejut, Maryam memegang dadanya dan mengucapkan istighfar. Kak Edi yang melihat adiknya terkejut pun tertawa puas.

"Astaghfirullah hal 'adhim kebiasaan deh suka ngagetin, tadi tuh Maryam hanya mencari Ummi saja dan tumben Kakak baru turun biasanya kan lebih awal bangun dan sudah membantu Abi dan Ummi?" tanya Maryam sambil berjalan beriringan dengan Kak Edi saat mereka berdua menapaki tangga bawah, keduanya melihat ke arah Abi yang sedang duduk di ruang tamu dengan memejamkan mata.

"Tumben, Dek, Abi duduk di situ. Biasanya selesai sholat subuh Abi selalu membersihkan taman belakang atau jalan-jalan keliling komplek."

"Coba aja temenin sama Kak Edi, soalnya Maryam mau membuatkan cemilan dan sarapan pagi untuk hari ini."

Edi berjalan menuju ruang tamu untuk menemani Abi Yusuf sementara Maryam berjalan menuju dapur, terlihat seorang wanita setengah baya sedang memasak banyak menu makanan. Ummi Fatimah tersenyum saat mendengar langkah kaki yang menghampirinya, dia tahu jika putri kesayangannya itu pasti sudah bangun.

"Ehh ada anak Ummi udah bangun, bagaimana istirahatnya semalam? Apakah nyenyak ditemani sama Abi?" tanya Ummi Fatimah seraya menggoda gadis di sampingnya.

"Alhamdulillah nyenyak Ummi, dan ini pertama kalinya setelah Maryam ke luar dari pondok tidur ditemani Abi. Oh iya Ummi tumben kita memasak makanan sebanyak ini," jawab Maryam dengan sedikit rasa tidak enak pada hatinya.

"Ini Abi kamu yang menginginkan masakan sebanyak ini, Ummi juga heran semalam Abi berpesan jika dia ingin memakai pakain putih dan wajahnya belakangan ini sangat putih sekali."

"Kalau begitu Maryam bantu yah Ummi, mungkin nanti akan datang keluarga kita untuk mengungjungi Abi. Selama ini mereka kan jarang mengunjungi kita."

Ummi Fatimah mulai menumis sayuran dan memasukkan sedikit garam pada masakannya, Maryam mendekati Ummi dan mulai membantunya untuk memasak. Tidak perlu waktu lama makanan sudah siap tersaji di meja makan dengan minuman yang sudah di buat oleh Maryam.

"Maryam coba kamu panggil Abi kamu dan Kak Edi, suruh mereka sarapan dan Ummi akan menyiapkan buah-buahannya!" perintah Ummi seraya berjalan kembali ke dapur lalu Maryam berjalan menuju ruang tamu dimana Abi sedang duduk sambil memejamkan matanya sementara Kak Edi tengah sibuk mendapatkan telpon dari caffe miliknya.

"Abi bangun yuk, kita sarapan dulu baru di lanjut lagi istirahatnya."

Maryam memegang tangan Abi yang sudah dingin, lalu gadis itu mencoba membangunkan Abi Yusuf, tetapi sia-sia. Maryam mencoba tenang lalu kembli memegang denyut nadi Abi Yusuf.

"Abi bangun dong, engga lucu ahh bercandanya. Maryam belum siap di tinggal sekarang, Abi ayo bangun. Abiii!!!" teriak Maryam dengan air mata yang sudah menetes di pipinya, sementara Edi berlari menuju Maryam dan melihat adiknya menangis.

"Kamu kenapa, Dek? Jangan menangis, coba kakak yang membangunkan Abi." Edi mendekati Abi dan memegang denyut nadi pria paruh baya itu lalu menaruh jarinya tepat di hidung Abi Yusuf, sementara Ummi yang mendengar teriakan Maryam berjalan menghampirinya sambil membawa teh untuk suaminya.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Abi sudah tidak ada."

Ucapan Kak Edi membuat nampan beserta gelas di genggaman Ummi jatuh ke lantai, sementara Maryam sudah menangis sejak tadi dan duduk di sebelah Abi Yusuf lalu memeluk jasad Abi. Kak Edi mulai menenangkan, Ummi Fatimah pun hanya bisa mengikhlaskan kepergian Abinya, kedua wanita yang ada di hadapan Edi begitu rapuh saat ini. Kebahagiaan datang beriringan dengan kematian seperti saat ini, mungkin beberapa hari lalu adalah permintaan terakhir Abi untuk melihat Maryam menikahi pria yang selalu menyebut namanya dalam setiap do'a.

"Abi jangan tinggalin Maryam, jangan bercanda, Bi. Katanya mau melihat aku menikah dengan pasangan yang tepat dan menjaga aku seperti Abi dan Kak Edi menjaga Maryam, buka matanya, Abiii!" teriak Maryam lalu gadis itu mulai kehilangan kesadaran.

"Astaghfirullah hal 'adhim, Maryam, bangun kamu, Dek."

Edi menggendong adiknya dan membawa ke kamar di lantai satu, Zahira berlari ke arah suaminya saat mendengar teriakan Maryam. Istri dari Edi membantu untuk menenangkan Maryam dan Ummi, kepergian Abi begitu mendadak membuat keluarga itu sangat kehilangan. Edi berjalan meninggalkan kamar di mana tempat Maryam menenangkan diri, lalu pria itu menelpon seluruh kerabatnya.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah di sempurnakan pahalamu. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali Imran: 185)

Bendera kuning sudah terpasang di kediaman Abi Yusuf bahkan peringatan dari masid setempatpun sudah dikumandangkan, seluruh keluarga besar dari Abi Yusuf sudah berkumpul di kediamannya, di jalan gunung kencana yang tak jauh dari pondok pesantren tempat Maryam mengajar. Para tetangga bahkan kerabat dari mendiang Abi Yusuf datang untuk bertakziah dan mengucapkan bela sugkawa pada Maryam dan Ummi Fatimah.

Maryam belum sadarkan diri hingga Ummi Nazwa datang bersama keluarga besarnya, sedangkan Edi menyiapkan semua keperluan untuk pemakaman Abi Yusuf dibantu oleh Noer, Rayhan, Yedo dan Muslim. Mereka mengucapkan bela sungkawa dan mensupport Edi agar lebih tegar lagi melepas kepergian Abi Yusuf.

"Edi gimana keadaan Ummi saat ini?" tanya Noer sambil membantu untuk menyiapkan perlengkapan mandi untuk jenazah.

"Alhamdulillah Ummi sudah lebih baik, walaupun masih sedikit belum ikhlas dengan kepergian Abi secepat ini. Padahal semalam kami masih bisa bersamanya, mungkin memang sudah saatnya Abi kembali ke pangkuan Allah dengan keadaan husnul khatimah," jawab Edi dengan nada sedikit sendu.

"Kamu harus sabar Edi, karena abang yakin jika Abi akan mendapatkan surgaNya Allah. Karena Abi saat menghembuskan napasnya tak luput dari genggaman Al-Qur'an dan tasbih."

"Benar ucapan Abang, karena saat Edi melihat Abi terlelap tadi, tangan dan bibirnya tidak jauh dari asma Allah."

Edi sambil melihat para tetangga datang untuk takziah, terdengar suara teriakan Maryam dari dalam rumah membuat semua orang memasuki rumah termasuk Noer dan Edi. Noer yang melihat Maryam begitu rapuh pun tidak tega melihatnya, andai lelaki itu sudah sah menjadi suaminya maka akan didekap tubuh mungil itu ke pelukannya. Noer pasti akan mencoba menenangkan Maryam, tetapi karena dirinya belum halal untuk wanita itu, akhirnya Edi yang menghampiri Maryam. Perempuan itu sudah duduk tepat di jenazah Abi Yusuf, Maryam menggoyangkan tubuh Abi yang sudah tertutup kain dan kapas di hidungnya.

"Engga mungkin Abi ninggalin aku, Abi bangun bukannya sudah berjanji untuk menemani Maryam sampai ada pria yang akan menjabat tangan Abi untuk mengucap ijab qobul."

"Maryam sudah, Nak. Kamu harus mengikhlaskan Abi. Ummi dan Kak Edi akan selalu bersamamu, Sayang." Ummi berusaha menenangkan putrinya meski dirinya sendiri merasa masih belum tenang.

"Abi sudah tenang, Dek. Jangan di tangisi seperti ini. Sebaiknya kamu ambil air wudhu dan mulai membaca kalam Allah untuk mempermudah Abi di jalannya nanti."

"Benar yang di ucapkan Edi, sebaiknya Maryam ambil Al-Qur'an dan membacanya jangan lupa untuk mendo'akan kedua orang tuamu." Noer dengan senyuman mulai menenangkan Maryam, hal itu membuat hati kecil Rayhan sedikit tidak rela atas perhatian pria itu terhadap wanita di depannya. Maryam mengangguk dan berjalan dengan tatapan kosong menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, sedangkan Edi dan yang lainnya menggotong jenazah Abi untuk dimandikan bersama Pak Ustaz dengan di bantu beberapa tetangga mereka.

Setelah mengambil air wudhu Maryam duduk di tangga dan mulai membaca kalam Allah dengan tetesan air mata yang membasahi bibirnya, ini terasa seperti mimpi, baru saja semalam dia merasa senang karena mendapatkan belaian dari Abi Yusuf ketika tidur. Namun, pagi ini dikejutkan dengan kepergian. Manusia memang tidak akan pernah tahu kapan malaikat maut datang menjemput. Mungkin dalam keadaan husnul khatimah atau su'ul khotimah.

Matahari mulai menaiki ufuk nya menandakan bahwa hari semakin siang, selesai memandikan jenazah Abi Yusuf hingga menyelenggarakan sholat jenazah. Tiba saatnya untuk mengantarkan ke tempat pengistirahatan terakhir, manusia tercipta dari tanah dan kembali ke tanah. Yang dibawa manusia saat kematian hanyalah amal baik dan buruk, buku amalan kebaikan dan keburukan yang akan nantinya ditimbang saat dihisab nantinya.

_________TBC_________

Assalammualaikum ...
Masih di beri kelancaran untuk mengetik naskah ini walaupun kendala badan lagi engga vit,,

Di channel YouTube saya sudah ada trailer novel istikharah cinta nih guys..
Jangan lupa untuk di cek yah..

https://youtu.be/7rU5I59t4Jg

https://youtu.be/7rU5I59t4Jg

Bogor, 23 Juli 2019
Sekarpuji07

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro