Pantai bIkin Kapok aka PIK part 1
"Kekeke ...."
"Hiruma ... biasa saja, tidak usah menarikku ...."
Hiruma menyeret Maruko tanpa basa-basi sembari terus tertawa sementara Shin memanggul Sena layaknya karung beras, yang normal hanya pasangan Akaba-Kakei.
Rata-rata orang memperhatikan mereka karena tingkah Shin dan Hiruma yang mirip dengan penculik sementara ada beberapa orang yang menatap aneh Kakei, siapa yang tidak aneh melihat gadis dengan tinggi 185cm dan memiliki sepasang mata tajam seperti rubah?
Beberapa orang bisik-bisik sampai ada yang kepikiran untuk menelpon polisi, kumpulan orang ini terlihat sangat mencurigakan di mata mereka.
"Perasaanku saja atau ... mereka melihat kita dengan tatapan aneh?" bisik Kakei pada Akaba.
"Fuh ... bukan pada kita Kakei-kun, lebih tepatnya pada dua pasang manusia di depan kita ini," balas Akaba santai.
"Tapi ... aku ngerasa mereka melihatku kaya orang terkejut seperti tidak pernah melihat perempuan yang tinggi."
Langkah kaki Akaba berhenti tiba-tiba, lalu dia membalikkan badan menghadap Kakei. "Fuh ... mereka terpesona dengan kecantikanmu."
Pipi Kakei muncul rona merah. "Jangan menggodaku seperti ini."
"Aku mengutarakan fakta bukan menggodamu."
"Berisik, ayo cepat jalan, nanti kita ditinggal dua pasangan absurd itu." Kakei membuang muka, lalu menggenggam tangan Akaba dan menarik pacaranya itu menyusul teman seperjalanan mereka.
"Fuh ... tenang saja, kalau kita tertinggal kita cari hotel terdekat."
"Yang ada setan pirang itu akan mengancam sopir untuk memutar balikkan mobil dan menjemput kita disini."
"Fuh ...."
"CEPAT MATA RUBAH SIALAN!"
"Iya."
Mereka berempat sudah menaiki mobil travel, mobil VIP hasil jerih payah Hiruma, tidak ada yang mau tahu asal-usul Hiruma bisa mendapatkan mobil ini, yang terpenting mereka bisa berangkat gratis.
"Kak Shin, mau?" tanya Sena sembari menyodorkan kotak plastik berisi buah potong.
"Terima kasih." Shin mengambil garpu plastik di dalam kotak dan menusuk beberapa potong buah naga merah sekaligus.
Lalu Sena pun menawarkan buah potong ke kursi depan dan belakang.
"Akaba! Jangan jadikan pundakku bantal," protes Kakei yang sudah dijadikan senderan oleh Akaba, baru beberapa detik di perjalanan Akaba sudah memilih untuk tidur.
"Fuh ... aku mengantuk, biarkan aku bersandar padamu sebentar."
Kakei memutar bola matanya malas. "Terserahlah."
"Hiruma! Apa yang--"
"Kekekeke, pakai bando ini." Hiruma memakaikan bando kuping kelinci ke kepala Maruko. "Kekeke, lu jadi lucu banget."
"Aku kelihatan culun."
"Ga, lu lucu kok, kekeke."
Penasaran urutan mereka duduk? Paling depan adalah Akaba-Kakei, tengah Shin-Sena dan paling belakang Hiruma-Maruko. Tadi sebelum masuk mereka sempat suit untuk menentukan kursi. Hiruma yang mendapatkan kemenangan memilih kursi paling belakang, sepertinya dia merencanakan sesuatu.
Suasana mobil ini sangat ramai dan mengasyikkan, Akaba yang sudah kembali segar memulai konser kecilnya dan giliran Kakei yang bersandar pada Akaba.
Hiruma dan Maruko tidur.
Shin dan Sena masih asik nyemil buah, pasangan yang sungguh sehat.
Dari tempat travel ke PIK membutuhkan waktu 2 jam, belum dihitung dengan mampir ke tempat makan dan seperti biasa mereka bisa langsung turun di depan lobi apartemennya.
"Sena."
"Ya Kak Shin?"
"Kenapa kita ikut?"
Muncul tiga tanda tanya di atas kepala Sena, Shin nanya setelah mereka sudah berada di tengah perjalanan.
"Kak Hiruma mengajak kita dan ... mungkin Kak Hiruma butuh temen."
Pikiran Sena sangat bersih, sayangnya Hiruma selalu ada sesuatunya. Ini hanya pikiran anak SMU biasa saja. Di perjalanan ini cuman mereka berdua saja yang tidak ada jadwal tidur di mobil. Sena senantiasa mengajak bicara Shin dari hal garing sampai janjian olahraga bareng setelah sampai di apartemen.
"Kak Shin."
"Apa?"
"Ayo main pok ame-ame."
Tanda tanya pun muncul di atas kepala Shin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro