Awas Ada Hiruma! Ya-Ha!
"Oi cebol sialan, bikin sarapan buat Tuan mata rubah sialan."
Hiruma menodongkan pistolnya pada Sena, Sena menjerit ketakutan, dan sempat kebingungan, saat rapat sebelum syuting sudah diwajibkan panggilannya disamakan dengan acara TV aslinya tidak aneh seperti yang dipraktekkan Hiruma tadi.
"Ta ... tapi Tuan Mamih inginnya--"
"Lu nantang gua cebol sialan?! Cepetan bikin in one second!"
Dengan kecepatan 4,2 detik Sena langsung menyiapnya satu bubgkus roti, mese, dan selai di atas meja makan.
"Bagus! Lu lulus."
Sena bingung, dia lulus apa? Nerima ijazah aja belum.
"Apanya yang lulus Kak Hiruma?"
"Jadi babu sepanjang masa, kekekeke!"
Dua manusia ini ada di ruang makan, asik bergibah tentang majikan tanpa tahu ternyata majikan mereka sudah satu tempat sambil masang kuping baik-baik dengan pose kedua tangan terlipat depan dada.
"Maksudmu apa dengan suara tepuk tangan keras, Hiruma?"
"Fuh ... Sena-kun, kamu mau merasakannya juga?"
"Kekekeke!" Hiruma langsung angkat kaki dari ruangan.
"Anu ... saya ada janji mau bantu Kak Shin dorong mobil, punten." Sena membungkukkan tubuhnya dan dia pun lari keluar.
Sekarang hanya ada pasusu di ruang makan, Kakei menengok ke Akaba.
"Katanya bakal ada hewan peliharaan ya?"
"Fuh ... entahlah, coba tanya Hiruma, dia yang punya ide gila itu."
"Kadang aku bingung harus kasian sama Monta atau diri sendiri."
"Fuh ... hidup memang tidak adil Kakei-kun."
🔱🏃
Sena lari sampai ke taman belakang, dan disana ada Shin sedang nyiram tanaman, harusnya Hiruma yang melakukan itu tetapi dengan seenak jidatnya dia nyuruh Shin untuk nyiram tak peduli Shin sudah disuruh nyuci mobil Akaba atau bersihin garasi.
Akaba punya mobil? Iya, mobil hasil ngamen 10 tahun. Tapi ga permah dipake, kenapa? Buat pamer doang katanya. "Rumah megah masa ga punya mobil?" Gitu katanya, terus biar istrinya kemana-mana gampang.
"Oi cebol sialan! Lama amat!"
"Hieee?!"
"Cepetan jemput si monyet sialan di pet shop," titahnya.
"Tapi Kak Hirum--"
"HIRUMAAA!"
Tiba-tiba suara Kakei menggelegar memanggil pembantu setannya. Bukannya menjawab panggilan tersebut, dia malah nyuruh Sena untuk menghadap majikannya.
"Tapi--"
"Lu dipanggil si mata rubah sialan, cepetan menghadap."
"Kak Hiruma ...." Sena memberikan wajah memelas seperti anak kucing, wajah utu tidak akan ampuh untuk meluluhkan hati seekor setan.
Hiruma mengambil selang dari tangan Shin paksa, terus dia nyiram mobil Akaba sembarang.
"Yaudah ditemenin sama Shin tuh."
"Hiru--" Shin tak sempat protes udah disiram air sama Hiruma.
"Cepet! Nanti dia makin marah, susah jinakinnya."
"HIRUMAAAA! CEPETAN SINI!"
"Iya Tuan Mamih, Shin sama Sena otewe." Ditendanglah sejoli ini ke dalam rumah oleh Hiruma tanpa kenal sopan santun.
Shin dan Sena mau ga mau menghadap Kakei dengan keadaan compang camping dan sedikit basah. Kakei mendapati supir dan babu imutnya yang malah menghadap makin marah, mukanya merah nahan marah.
Shin pose siap gerak sementara Sena nyumput di belakang Shin, takut di tackle mendadak sama Kakei.
"Hiruma yang nyuruh, dia aja sampai siram saya." Shin pun mengeluhkan tindakan Hiruma pada Kakei.
"Yaudahlah, gapapa, kalian berdua cepetan jemput Monta di pet shop, kata Kid dia udah nangis-nangis di dalem kandang monyet."
"Siap."
"Ba ... baik."
"Oh iya, jangan lupa beliin seblak komplot dua di tempatnya Kotaro."
"Fuh ... akhir-akhir ini kamu sering banget beli seblak."
"Kamu juga mau Akaba?"
"Fuh ... enggak, kamu ga lagi ngidam 'kan?"
Pertanyaan itu mengakhiru chapter ini, Akaba gimana? Tergantung imajinasi pembaca masing-masing aja, apa yang Kakei lakukan pada Akaba saat sedang marah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro