Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Satu : The Beginning

"Kak, please!!!" Pinta Keira putus asa. Tangannya sudah menyatu di depan dadanya, memohon pada kakak kembarnya yang hanya berbeda 10 menit darinya itu sambil berjalan mundur.

"Gak boleh!!" Ujar Kenneth tegas.

"Please, Kak! Ini juga cuman pesta klub biasa. Isinya tuh cewek semua." Bujuk Keira lagi.

"Gak, Kei, Gak!" Tegas Kenneth.

"Leeeee!!! Bujukin Kak Kenneth dong. Masa dia mau ikut ke pesta klub cheerleaders kita?!"

Kenneth beralih menatap Alleira, Alleira tersenyum salah tingkah tiba-tiba diminta tolong seperti itu dari Keira.

"Kalau ada cowok 1, kayaknya gak apa-apa kok, Kak." Jawab Alleira.

"Ahhhh gak seru, le!" Tolak Keira mentah-mentah.

"Diseruin aja." Sambung Kenneth cuek sambil memandang punggung kedua gadis di depannya sambil berjalan menuju ke lift apartemen.

"Gue tuh udah gede, Kak! Gak perlu lagi lo jagain!" Gerutu Keira kesal. "Gue gak sabar nunggu tahun depan saat lo masuk ke kelas Akselerasi." Dengus Keira.

Kenneth terdiam dan tidak mengindahkan rutukan Adik kembarnya.

Meskipun sudah berumur 18 tahun, dan memang sudah seharusnya menempuh bangku kuliah, tapi Kenneth masih berada di bangku SMA bersama dengan Keira karena dulu mereka sempat berpindah dan cuti sekolah dari Indonesia dan menetap di Los Angeles hingga sekarang.

Ocehan seperti itu, sudah sering sekali Kenneth dengar dari kecil hingga sekarang dari mulut Keira. Jadi Kenneth bisa dikatakan kebal terhadap ocehan itu.

"Kak Ken takut kita kenapa-kenapa, Kak Kei." Bela Alleira seperti biasanya.

"Kamu tuh gak pernah percaya sama aku! Kenneth tuh begini ya tujuannya cuman kamu! Bukan aku!" Gerutu Keira sambil menekan tombol Lift ketika pintu lift sudah terbuka.

"Lo berdua itu adik gue, ya jelas lah gue jagain kalian." Sergah Kenneth.

"Oh ya?" Tanya Keira dengan alis terangkat. "Adik??" Tanyanya. "Yakinnn???" Terdengar nada menggoda dari bibir Keira membuat wajah Alleira sedikit bersemu merah.

"Iya lah." Tegas Kenneth.

"Ya udah kalau gitu! Gue sama Leira udah gede, lo jagain aja si Kelly."

"Kelly udah ada Lexy yang jagain." Jawab Kenneth cuek.

"Tuh kan, Le! Dibilangin juga apa, dia tuh maunya jagain lo doang." Bisik Keira, namun bisikannya terdengar jelas di dalam lift sempit yang sedang membawa mereka ke lantai paling atas gedung apartemen mereka.

Alleira tertawa. "Ya kamu juga kok, Kak. Kan kamu adik kembarnya Kak Ken. Di tambah Kak Kei kan baru aja masuk dunia model. Pasti Kak Ken Akan lebih menjaga kakak dari orang jahil."

Keira memutar bola matanya dan mendesah kesal bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Keira langsung berjalan meninggalkan kedua orang itu di dalam lift.

"Memangnya pesta apaan sih?" Tanya Kenneth.

"Pengangkatan Kak Kei jadi ketua klub Cheerleaders." Jawab Alleira sambil tersenyum, berjalan beriringan di sebelah Kenneth.

"Oh..." Kenneth manggut-manggut mencoba mengerti.

"Nanti kakak jadi ikut?" Tanya Alleira.

"Gak boleh? Kamu keberatan?" Tanya Kenneth, alisnya terangkat menatap manik mata Alleira.

"Bukan gitu. Nanti emangnya kakak gak bosen?" Tanya Alleira salah tingkah. "Disitu kan cewek semua."

"Kan ada kamu." Jawab Kenneth sambil tersenyum.

Wajah Alleira kembali bersemu merah.

"Kamu mau kan temenin aku kalau bosen? Seengaknya juga kan kamu ga perlu diem bengong doang disana?" Kenneth tersenyum menang.

Alleira memang jarang berbicara dan lebih memilih menjadi pendengar saja sejak kecil. Dan kebiasaan itu memang sudah dikenal baik oleh Kenneth yang selalu ada di samping Alleira saat Alleira berubah menjadi boneka pendengar.

"Ya sudah, kalau gitu sampai ketemu nanti malam ya, Kak." Alleira tersenyum manis pada Kenneth.

"BURUAN KAK! ELAH PACARAN MULU!" Teriak Keira menggerutu di depan pintu apartemen orang tua mereka.

Kenneth mendengus sebal melihat Adiknya lalu berjalan cepat dengan Alleira menghampiri Keira.

Belum sempat Keira memasukan Passcode di ganggang pintu apartemennya, pintu itu sudah terbuka.

"Siapa yang pacaran?!" Tanya suara itu bersamaan dengan muncul sesosok wanita cantik dari balik pintu itu.

"Tuh, Kak Kenneth sama Leira." Gerutu Keira sebal sambil menerobos masuk kedalam pintu apartemen yang setengah terbuka.

"BENERAN?!"

"Siang Tante." Sapa Alleira ramah. "Kita gak pacaran kok Tante. Pacar Kak Kenneth kan Kak Gabby." Alleira tersenyum.

"Loh? Bukannya Bonny? Eh atau si siapa itu? Hmm... Rachel?!" Mamanya tampak berpikir cukup keras mengingat nama pacar-pacar Putra sulungnya ini.

Alleira mengerjap-ngerjap mendengarnya.

"Mom!!" Seru Kenneth jengah. "Alleira bilang selamat siang!"

Mamanya sedikit terkejut kemudian tersenyum ramah. "Ah... Selamat siang, Alleira sayang."

Kenneth memutar bola matanya melihat perubahan sikap mamanya.

"Kamu masuk dulu deh, Le." Suruh Kenneth sambil menunjuk pintu Apartemen Alleira yang berada berseberangan dengan pintu apartemennya.

"Cie cieeeeee anak mommy Gentlemen banget sih? Iya gak, Alle?!" Tanya Mamanya meminta persetujuan dari Alleira yang hanya bisa tersenyum.

"MOM!!" Gerutu Kenneth kesal.

"Iya, iya, mom masuk." Mamanya mengalah. "Jangan lupa ya..." Tangan Mamanya terangkat, kedua tanganya membentuk menyerupai kuncup, bibirnya juga mengerucut. Kedua tangan mamanya kemudian bergantian menyentuh dua bagian pipinya.

Alleira mengerti apa yang Tante Via maksudkan. Wajahnya merona sedikit.

"Mom! Ga pake cipika cipiki!!!" Gerutu Kenneth lagi. "Alleira cepetan masuk!" Suruh Kenneth tegas.

Alleira kemudian mengangguk dan memasukkan passcode sebelum akhirnya pintu apartemen itu terbuka dan Alleira menghilang dibalik pintu itu.

"Ah! Kenneth mah payah ih." Mamanya menggerutu sambil berbalik masuk kedalam rumah.

Kenneth menghela nafas sambil geleng-geleng dan menutup pintu.

*

"Udah gak usah di monyongin gitu bibirnya. Udah seksi!" Ejek Kenneth seraya menempeleng kepala adiknya, Keira sambil memfokuskan pandangan ke jalanan.

Alleira yang duduk di belakang mereka hanya terkikik melihat keakraban kedua saudara kembar itu.

"Lo rese! Ngapain sih pake ikut segala? Merusak moment!" Gerutu keira sebal.

Kenneth tidak mengindahkan gerutuan Keira, dan beralih menatap Alleira yang duduk di kursi belakang melalui kaca tengah mobilnya.

"Kamu ijin sampai jam berapa, Le?" Tanya Kenneth.

"Jam 9 malam, Kak. Tapi Mommy tahu kok aku pergi sama kalian, jadi kata Mommy kalau lewat juga gak apa-apa, asalkan jangan kemalaman." Jawab Alleira.

Kenneth menganggukkan kepalanya lalu melirik jam di dashboard mobil yang menunjukan pukul 5 sore.

"Memangnya acara apa aja bisa sampai malem begitu?" Tanya Kenneth.

"Acara cewek. Lo pasti bakalan bosen. Jadi mendingan--"

"Gak akan bosen kok." Potong Kenneth cepat.

Keira mendengus sebal karena usaha terakhirnya mengusir Kenneth dari pestanya gagal total.

Kalau Kenneth ikut, bisa-bisa perhatiam seluruh perempuan di anggota klub Cheerleadersnya tertuju pada Kenneth, bukan pengangkatan dirinya sebagai ketua.

"Le, gimana ujian Kimianya tadi?" Tanya Kenneth sambil melirik ke kaca tengah yang memantulkan wajah cantik Alleira.

"Gampang, Kak! Semua yang kakak ajarin keluar loh!" Seru Alleira bersemangat.

"Bagus dong? Kalau gitu aku dikasih apa nih sebagai imbalannya?"

"Hmm... Kakak mau apa? Aku beliin deh." Tawar Alleira sambil melihat bahu Kenneth yang sedang menyetir.

Kenneth tertawa, "Apapun yang kamu kasih juga aku terima dengan sepenuh hati." Jawab Kenneth membuat wajah Alleira bersemu merah.

"Modus banget sih." Sindir Keira. "Menangin panco dulu sana sama Om Alvero."

"Heh! Selama ini tuh gue mengalah, bukan emang kalah." Bela Kenneth tidak terima. "Kalau Om Alvero kalah panco sama gue, kan pasti malu nanti." Kata Kenneth sombong.

"Ih, kakak ngaco! Jelas-jelas selesai panco, tangan Kakak pada bengkak." Ejek Alleira sambil tertawa.

"Nyenengin Daddy kamu aja itu mah. Lagian, itu kan pas aku umur 10 tahun, pas aku mulai belajar ilmu bela diri sama rajin olah raga. Coba kalau sekarang, huh, abis deh tangan om Alvero sama aku."

Keira dan Alleira sama-sama mencibir kemudian serempak tertawa.

"Ihhh gak percaya?" Tanya Kenneth.

"Kak Kenneth gak tau ya? Daddy juga belakangan ini udah mulai banyak olah raga lagi, dan kayaknya yang aku denger dari Lexy, setiap pagi, dia sama Daddy latihan tinju gitu pake samsak."

"Baru gitu doang? Hahhh..." Kenneth menjentikan jarinya, "Cepillll... mau karate, taekwondo, silat, Judo, muay thai, Jiu jitsu, apapun Kenneth Alexander McKenzie jabanin." Kenneth menepuk dadanya bangga.

"Catur aja deh, Kak? Kayaknya kakak gak pernah menang lawan catur sama Daddy?" Ejek Alleira yang disambung oleh tawa Keira.

"Itu mah bukan olah raga atuh, Alleira sayanggggg..." ujar Kenneth sambil terkekeh diikuti kedua orang lainnya di dalam mobil.

*

Kenneth's POV

Aku menghela nafas sambil melihat ponselku yang terus berkedip, menandakan telepon masuk. Lalu kembali ku alihkan perhatianku kearah Keira dan Alleira yang tengah asik tertawa melihat teman satu grupnya bernyanyi sambil berjoget mengikuti lirik dan irama lagu di dalam ruang VIP karaoke ini.

Aku menguap lalu kembali menatap ponselku yang baru berhenti berkedip. Aku membuka layar gelap itu lalu melihat 6 missedcall dari penelepon yang sama.

Haaaah menyusahkan sekali!

"Kenneth, kamu gak nyanyi???" Tanya salah satu anggota klub Cheerleaders Keira yang tiba-tiba duduk di sampingku.

"Iya nih, aku pengen denger Kenneth nyanyi. Pasti bagus suaranya." Sambut satu suara yang aku tidak tahu siapa pemiliknya.

"Sorry ya, Ladies. Gue gak bisa nyanyi." Jawabku sambil melempar senyum terbaikku kearah mereka. Bisa kulihat Keira sebal karena teman-temannya jadi lebih memperhatikanku dari pada dirinya yang seharusnya mendapat sorotan lampu panggung sekarang.

"Udah ayok ah nyanyi lagi! Rajin banget ngurusin Kak Kenneth!" Gerutu Keira berkacak pinggang, sukses membuat kerumunan gadis di sekitarku membubarkan diri.

Ketegasan Keira memang tidak perlu dipertanyakan lagi, sifatnya menuruni Mommy.

Disaat seluruh gadis itu pergi meninggalkanku, Alleira berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku sambil mengambil segelas jus Alpukat milikku dan meminumnya.

Boleh ku katakan kalau aku memesan jus alpukat dengan ekstra cokelat ini memang disengaja karena aku tahu kalau ini adalah kesukaan Alleira? Hmm...

"Bosen kak?" Tanyanya.

"Gak gitu sih. Udah biasa. Kamu kenapa gak nyanyi?" Tanyaku melihatnya meletakkan gelas jus kembali ke meja.

"Gak bisa nyanyi." Jawabnya sambil terkikik.

"Bohong banget. Jelas-jelas suara kamu bagus." Alisku terangkat.

"Kakak juga bohong. Padahal dulu kakak suka nyanyiin aku lagu sebelum tidur. Dan kakak bisa nyanyi tuh." Balasnya dan aku tertawa entah apa yang harus ku balas lagi.

"Hp kakak nyala tuh. Ga di angkat?" Alleira melirik kearah ponsel yang berada di pangkuanku. Dan benar saja, ponselku kembali menyala, memperlihatkan nama si penelepon.

"Gak ah. Palingan juga mau protes."

Alleira mengernyit, "Protes kenapa?" Tanyanya. Matanya seketika membulat dan mulutnya terbuka seakan baru menyadari sesuatu. "Astaga, Kakak batalin janji lagi sama pacar kakak?!"

Aku menggidikkan bahu. "Gak batalin juga sih. Dia sendiri yang bikin janji minggu kemarin. Aku gak jawabin. Dan tadi aku lupa, aku baru inget pas udah sampai sini. Jadi ya bukannya aku sengaja batalin." Jawabku santai.

Alleira mencibir dan mencubit pinggangku. "Ih, jahat tau, kak! Jelasin lah ke pacar kakak. Nanti dia salah paham lagi kayak yang dulu-dulu." Suruhnya.

"Memangnya kamu mau aku angkat?" Tanyaku sambil mengangkat alisku.

Alleira terdiam sebentar mendengar pertanyaanku lalu menjawab, "nanti kan dia bisa salah paham sama kakak, terus kakak diputusin lagi." Suaranya seperti bisikan.

"Gak masalah sih. Dari pada aku jadi kayak buronan kabur gini, dicari terus?" Jawabku santai sambil mengambil gelas jus alpukat yang tadi di minum Alleira dan meminumnya dari sedotan yang sama.

"Ya itu kan juga salah kakak, kenapa lupa sama janjinya."

"Ya karena memang kalian lebih penting dari pacar aku. Aku tahu mana yang harus menjadi prioritas utamaku." Jawabku.

Alleira mendengus sambil tersenyum tipis. "Kebiasaan." Gumamnya berbisik.

Aku tersenyum kemudian terkekeh pelan.

"Oh ya, ngomong-ngomong, imbalan aku udah ajarin kamu kimia apa nih?" Tagihku lagi. Aku ingat pembicaraan kami terputus karena Keira tiba-tiba menyindir kalau aku sedang modus, padahal ya... sekali-sekali gak apa-apa lah.

"Oh iya! Kakak maunya apa? Aku coba kabulin deh." Dia tersenyum. Wajahnya tidak banyak berubah sejak kecil. Tetap cantik dan menawan.

"Beneran?" Tanyaku lagi.

"Iya. Tapi jangan yang aneh-aneh, ya?"

"Kalau aku mau kita keluar ke Universal Studio Hollywood, aneh gak?"

Alleira sedikit terkejut mendengar ajakanku, matanya mengerjap-ngerjap seakan tidak percaya.

"Sama Om dan Tante?" Tanyanya, aku menggeleng. "Sama Lexy dan Kelly?" Tanyanya lagi.

"Aku mau senang-senang, bukannya mau jagain anak kecil." Gerutuku.

"Sama Kak Gabby?" Tanyanya ragu.

Aku menggeleng sambil menyunggingkan senyum datar. Alleira terlihat sedikit terkejut namun kemudian tersenyum meskipun hanya satu detik, tapi aku bisa melihat senyum itu.

"Sama Kak Keira?" Tanyanya setelah diam cukup lama.

"Kalau aku maunya kita berdua doang, kamu keberatan?" Tanyaku ragu.

Alleira kembali terdiam lalu menunduk. Tangannya terlihat gelisah dengan saling meremas di pangkuannya.

"Tapi Kak Ken tahu kan kalau Daddy gak ngebolehin aku pergi berdua sama cowok?" Tanyanya setengah berbisik.

Aku tersenyum lalu mengangkat tanganku membelai rambut panjang Alleira.

"Aku cuman bercanda. Kita pergi bertiga seperti biasa sama Keira, ya?"

Kepalanya terangkat dengan cepat, lalu tersenyum dan mengangguk.

Aku menyunggingkan senyumku lalu kembali memalingkan wajahku menatap Keira yang sedang sibuk bernyanyi entah lagu apa.

Meskipun aku sudah tumbuh selama 10 tahun bersama Alleira, tapi tidak sekalipun aku pernah pergi berdua dengannya.

Bukannya bermaksud apa-apa, tapi aku hanya ingin coba pergi berdua dengannya tanpa gangguan siapapun. Tapi sepertinya sulit.

Apa aku harus mulai belajar main catur supaya bisa mengalahkan om Alvero, lalu minta keluar berdua dengan Alleira sebagai hadiah kemenangan?

Tidak, tidak! Alleira bukan barang atau piala penghargaan.

Haaaaahhhh kenapa juga aku penasaran ingin keluar bersama dengan Alleira?

Keluar sama pacarku saja aku ogah.

Aneh.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro