Duapuluh : Decision!
Alleira's POV
Cinta ada karena terbiasa...
Cinta hilang karena terbiasa...
Aku manggut-manggut membaca setiap kalimat yang tertera di layar ponselku siang itu.
Tidak tahu sejak kapan, hobiku sekarang berubah menjadi mencari apa dan bagaimana Cinta itu. Tapi bukannya mengerti, aku malah makin pusing dibuatnya.
"Lagi ngeliatin apa?"
Aku mendongak dan melihat wajah cantik Kak Keira yang belakangan ini terlihat tidak begitu berwarna di hadapanku. (*)
(* Yang penasaran dengan kenapa Keira gak pulang, semua akan di jawab pada judul baru yang sedang Author kerjakan ^^)
Sudah lima hari berlalu sejak kak Keira pulang pagi, dan sejak saat itu juga, kak Keira jadi pendiam, tidak sebawel dulu. Tapi setiap ditanya, kak Keira hanya bilang kalau dia ketiduran di apartemen temannya sampai pagi.
Alhasil seminggu ini, kak Keira dihukum tidak boleh keluar rumah oleh om Peter. Sepertinya semua Daddy punya kecenderungan yang sama untuk menghukum putri-putrinya dengan tidak boleh keluar rumah.
"Gak ada." Jawabku cepat, lalu memasukkan ponselku ke dalam saku. "Kakak ga makan?" Tanyaku mengalihkan pandangan ke wajah kak Keira.
"Gak laper." Jawab Kak Keira singkat, lalu menatapku dengan tatapan yang sayu dan seakan menyiratkan banyak pertanyaan. "Besok... kamu jadi kencan sama kak Kenneth?"
Aku mengangguk mantap dan tersenyum. "Kenneth mana? Gak keliatan?" Aku celingak celinguk mencari sosok Kenneth yang baru kusadari tidak terlihat datang bersama kak Keira.
"Lagi di ruang guru. Ehm... ada urusan katanya." Jawab kak Keira. "Terus kamu udah tau mau pakai baju apa?" Tanya kak Keira seakan berusaha mengalihkan perhatianku dari ketidak hadiran kak Kenneth.
"Iya! Aku deg degan banget, Kak! Gak kayak yang pertama kali itu. Aku malah jadi gak bisa tidur nungguin besok." Jawabku antusias, tapi tidak tahu kenapa aku tidak dapat membaca sorot mata kebahagiaan dari tatapan mata kak Keira. Malah kesedihan dan hmm... iba? Mungkin hanya perasaanku saja.
"Ehm... Le. Gue cuman mau bilang, kalau apapun yang terjadi, lo boleh mencari kita, gue tetap sahabat lo. Mau cerita berbagi beban atau apapun, terserah. Gue siap dengerin. Dan lo juga udah dewasa Le, pikir baik-baik sebelum menentukan pilihan, dan lagi apapun yang di pilih atau di katakan orang, belom tentu seratus persen bener. Jadi..."
"Hai..."
Aku dan kak Keira spontan menoleh ke sumber suara, didekat kami sudah ada kak Kenneth yang tersenyum padaku. Kantung matanya terlihat lebih menonjol dari biasanya.
Jujur saja, 5 hari ini aku tidak terlalu sering lagi melihat Kenneth selain saat pergi sekolah, istirahat, pulang sekolah, dan beberapa kali Kenneth berkunjung ke rumah.
Aku benar-benar merasa ada yang aneh dengan sikap Kenneth yang seakan menghindariku tanpa alasan. Tapi besok, kami akan tetap pergi berkencan. Kenneth sudah mengatakannya kemarin malam.
Kenneth hanya berkata kalau dia sedang banyak ujian, jadi dia sedikit sibuk. Aku malah berdoa semoga jalan ujiannya di perlancar.
"Lagi ngomongin apa?" Tanya Kenneth begitu sudah duduk di sampingku.
"Kak Keira lagi ngomong sesuatu." Jawabku kemudian beralih ke arah Kak Keira yang entah sejak kapan sudah menatap kak Kenneth tajam.
"Gue cuman mau bilang ke Leira, kalau pilihan yang di ambil seseorang secara sepihak, belom tentu benar. Itu doang. Gue balik ke kelas dulu." Ujar Kak Keira sedikit ketus lalu meninggalkan kami.
"Maksud kak Keira apa, sih?" Tanyaku pada Kenneth bingung. Kenneth tersenyum singkat dan menggidikka bahunya.
"Ehmm... mungkin dia ngambek gara-gara aku gak kasih contekan saat ulangan tadi?" Jawab Kenneth, aku tertawa geli lalu mencubit lengan Kenneth gemas.
"Kenapa gak kasih? Nanti kalau nilai Kak Keira jelek, gimana?!" Tanyaku.
"Nanti dia kebiasaan, Al." Bela Kenneth sambil tersenyum lalu melihat mataku dalam.
Ia menopang sisi kepalanya dengan tangan, lalu melihat wajahku, membuatku sedikit salah tingkah karenanya.
"Aku kangen sama kamu, Al..." ujar Kenneth tidak terduga.
Wajahku terasa memanas, lalu segera aku menutup kedua pipiku dengan telapak tanganku untuk menahan malu.
*
Author's POV
Pagi itu, pagi-pagi sekali Kenneth sudah berdiri di depan pintu apartemen Alleira dengan kaos santai berwarna biru, celana jeans dan sneakers, dilengkapi dengan topi.
Tidak menunggu waktu lama, Pintu terbuka setelah bel berdering pada deringan kedua.
Wajah cerah Alleira menyapa Kenneth pagi itu saat pintu terbuka. Mata Kenneth dan Alleira bergantian melihat baju kaos mereka yang secara tidak disengaja memiliki warna yang sama.
Alleira terkekeh geli begitu menyadari kesamaan mereka dalam memilih busana kencan.
"Kamu ngikutin aku, ya?" Tanya Alleira di sela tawanya.
"Kamu yang ikutin aku, kali!" Kenneth ikut terkekeh, tersihir tawa Alleira yang menular.
"Sehati, ya?" Alleira tersenyum manis, dibalas oleh senyuman dari Kenneth.
"Ehemm!"
Tubuh Alleira mendadak menegang begitu suara dehaman dari belakangnya, namun tidak dengan Kenneth. Kenneth hanya melempar senyumnya pada laki-laki yang sama dihormatinya seperti dia menghormati Daddynya.
"Pagi, Om." Sapa Kenneth yang di balas anggukan oleh Alvero.
"Daddy! Kagetin orang, tau!!" Gerutu Alleira.
Kenneth tau, Alleira sedikit risau mengingat Alvero selalu menentang kebersamaan Alleira dengan dirinya, tapi untuk kali ini... Ini semua pengecualian dari om Alvero.
"Om Titip Alleira, ya?" Ujar Alvero. "Ambil keputusan yang bijak." Sambungnya.
"Keputusan apa, Dad?" Tanya Alleira bingung.
"Bukan apa-apa kok." Alvero mengecup puncak kepala putrinya. "Have fun ya, Sayang."
Alleira mengangguk lalu beralih menatap Kenneth. "Yuk?" Ajak Alleira.
Kenneth mengangguk pelan setelah sebelumnya menatap manik mata Alvero yang seakan mengingatkannya untuk mengambil sebuah keputusan.
*
"Kamu dieman ya belakangan ini?" Sela Alleira di saat merasa Kenneth sudah cukup lama berdiam, selama perjalanan bahkan sampai mereka menjejakkan kaki di USH.
Kenneth mengerjap, sadar dari keterkagetannya lalu menyunggingkan senyumnya yang terasa kaku.
"M-maaf... ehmm... kamu mau naik apa?" Tanya Kenneth mengalihkan perhatian Alleira dari dirinya.
"Ehm... Shrek??" Tanya Alleira tersenyum sumringah.
Senyum itu menyihir Kenneth untuk ikut tersenyum, lalu dia mengangguk dan menggandeng tangan kecil Alleira untuk mengikuti langkahnya.
Kegundahan hatinya, sebaiknya tidak dia tunjukan dulu sekarang. Karena sisa hari ini, ia ingin menghabiskan waktu kencannya dengan kekasih hatinya. Sebelum apa yang sudah ada, menjadi berubah setelahnya.
Mereka menikmati hari kencan mereka di tempat pertema kali Kenneth menyadari akan perasaannya, dan pertama kali Alleira merasakan debaran itu. Debaran yang semakin hari semakin membuat hatinya berbunga-bunga. Dan juga tempat dimana pertama kali mereka berciuman.
Selesai menonton film animasi Shrek, Kenneth mengajak Alleira ke toko aksesoris yang menjual berbagai produk bergambar Shrek dan teman-temannya.
Selagi Alleira sibuk melihat-lihat baju yang tergantung disana, Kenneth meraih salah satu bando yang memiliki telinga shrek lalu memasangkannya pada Alleira yang sedikit terkejut dengan perlakuan Kenneth.
"Manis." Ujar Kenneth sambil tertawa.
"Ngagetin aja, tau!" Alleira mengelus dadanya yang bergemuruh dan berdebar seperti habis berlari marathon mengelilingi taman apartemennya.
"Kamu imuttt!!!" Kenneth mencubit kedua pipi Alleira dengan gemas.
"Ahhh ahh sakit, Kenneth!" Alleira menepuk kedua tangan Kenneth di pipinya lalu mengelus kedua pipinya begitu tangan Kenneth lepas. "Masa aku doang, kamu juga!"
"Kamu mau cubit?" Kenneth segera memasang ancang-ancang di kedua pipinya untuk menghalangi cubitan Alleira, tapi belum sempat Alleira menjawab, Alleira menyampirkan bando yang sama di kepala Kenneth. Jadilah sekarang mereka memakai bando dengan animasi yang sama.
"Masa aku doang yang jadi Shrek?" Tanya Alleira sambil tersenyum.
Kenneth tersenyum lalu membelai rambut Alleira penuh kasih sambil tersenyum. "No, kamu bukan Shrek. Tapi Princess Alleira ku yang paling cantik sejagad bumi." Ujar Kenneth yang membuat wajah Alle merah padam akibat malu.
"Kennn! Malu!" Gerutu Alleira sambil mengulum senyumnya yang menurut Kenneth menggemaskan.
"Let's go, my Princess." Kenneth mengangkat lengannya ke depan Alleira, meminta Alleira untuk menyampirkan tangan di lengannya.
"Kamu beneran mau beli dan pakai??" Mata Alleira membesar tidak percaya, apa lagi ketika Kenneth mengangguk. "Gak malu??" Tanyanya lagi.
"Kenapa harus malu? Kan aku pakai baju." Jawab Kenneth enteng yang disambut dengan tawa Alleira.
"Ok, Let's go, my not-ugly-Shrek." Ujar Alleira sambil menyampirkan tangannya di lengan Kenneth.
Banyak pasang mata melihat kearah mereka dengan tatapan iri. Tapi Kenneth dan Alleira tampak tidak risih dengan pandangan itu.
Mereka kembali bermain dengan wahana yang tidak terlalu ekstreme dan membeli camilan sesekali. Kenneth seakan lupa dengan tujuan utamanya mengajak Alleira berkencan.
Kenneth bahkan sempat menggoda Alleira dengan menjejalkan es krim ke hidung Alleira. Picisan? Tapi begitulah mereka.
Alleira tidak bisa berbohong kalau dia sangat menikmati kebersamaan mereka kali ini. Memang apa yang mereka lakukan hampir sama seperti kencan pertama mereka, tapi segalanya terasa berbeda dengan status baru yang kini mereka sandang.
Berkali-kali Alleira mencuri pandang menatap 'Not-ugly-Shrek' miliknya yang memiliki wajah lebih tampan dari biasanya. Debaran yang terus menemani jantung Alleira seharian ini, dan juga perasaan nyaman yang ia rasakan saat Kenneth menggenggam tangannya. Semua terasa sangat benar dan ia merasa seakan ia memang terlahir untuk menggenggam tangan kokoh ini dan juga berdiri di sampingnya.
Memikirkan hal itu saja, sudah berhasil membuat wajah Alleira memerah. Kenapa pemikiran itu bisa memasuki otakku? Tanya batin Alleira.
"Al, udah sore, kamu mau pulang sekarang?" Tanya Kenneth membuyarkan lamunan Alleira.
"Ahh... hmm.." waktu terasa berlari, langit mulai sedikit berubah warna, dan Alleira harus mengakhiri kencan mereka sebentar lagi. "Ya sudah." Jawab Alleira kemudian sambil tersenyum.
Sebenarnya Alleira sedikit bingung mendapati perubahan sikap Kenneth, tapi ia tidak mau memusingkannya. Karena kalau Kenneth ada masalah, dia pasti akan menceritakannya nanti, karena Alleira adalah pacarnya.
Kenneth kembali terdiam di dalam mobil, wajahnya terlihat serius menatap jalan yang dilalui mobilnya hingga akhirnya mereka sampai di parkiran apartemen keluarga mereka masih tanpa suara.
Alleira tahu, ada sesuatu yang salah, dan dia tidak bisa menutupi kegelisahannya sendiri.
Saat mobil terparkir sempurna, mereka hanya terdiam menatap lurus pelantaran parkir sampai beberapa saat lamanya. Hingga akhirnya mereka memecahkan keheningan itu secara bersamaan.
"Ken.."
"Al.."
Alleira menoleh menatap Kenneth yang masih menatap lurus pelantaran parkir tanpa menoleh kepadanya.
Bando bertelinga Shrek itu masih melekat di kepala Kenneth, begitu juga Alleira. Sebenarnya Alleira gemas ingin mencubit pipi Kenneth yang terlihat lucu memakai bando itu, tapi urung mengingat suasana yang sedang tidak mengenakkan di dalam mobil ini.
Kenneth melepas sabuk pengamannya, lalu membuka pintu mobilnya. Alleira juga ikut membuka sabuk pengamannya, namun kemudian pintu di sampingnya sudah dibuka oleh Kenneth yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum kepadanya.
"Masih ada waktu, mau jalan ke taman dulu?" Tanya Kenneth. Alleira tersenyum sambil mengangguk dan meraih tangan Kenneth untuk kembali di genggam.
Kenneth kembali terdiam setelahnya yang membuat Alleira kembali bertanya-tanya.
Kenneth membawa Alleira ke taman di bawah gedung apartemen mereka dan duduk di salah kursi santai berdampingan disana.
"Ken... Aku gak tahu apa ini cuman perasaanku aja... tapi apa kamu punya masalah?" Tanya Alleira, kali ini wajahnya menatap lurus ke depan, melihat perubahan warna langit akibat matahari yang nyaris tenggelam. "Apa kamu gak bahagia hari ini?"
Kenneth terdiam. Hatinya serasa dipukul oleh jutaan palu saat mendengar ucapan Alleira barusan. Ia menarik nafas panjang dan tersenyum, tapi terlihat sedikit di paksakan menurut Alleira.
"Gak ada yang bisa membuat aku lebih bahagia lagi dengan menghabiskan waktu aku sama kamu, Al." Jawab Kenneth tulus, Kenneth menoleh menatap Alleira yang sudah lebih dulu menatap wajahnya. Kini tatapan mereka bertemu.
"Tapi kenapa..." tangan Alleira terjulur menyentuh wajah Kenneth. "Wajah kamu gak kelihatan bahagia." Ucapnya.
Kenneth meraih tangan Alleira yang menangkup kedua pipinya dan menahan tangan Alleira disana, merasakan hangat yang menjalar di wajahnya. Hangat yang mungkin tidak akan ia rasakan lagi setelah matahari tenggelam nanti.
"Kenneth marah sama Alle? Apa Alle berbuat sesuatu yang Kenneth gak suka?" Tanya Alle khawatir.
Kenneth menggeleng. Hatinya terasa begitu sakit, tapi ia tidak tahu lagi jalan apa yang harus ia pilih.
"Al, ada sesuatu yang mau aku sampaikan. Tapi sebelumnya, kamu jawab pertanyaanku, ya?" Tanya Kenneth menurunkan tangan Alleira, dan di genggamnya tangan itu kuat-kuat.
Alleira mengangguk dan menunggu selagi Kenneth menarik nafasnya dalam-dalam.
"Apa Alle cinta sama aku?" Tanya Kenneth langsung.
"Eh?" Alleira tampak terkejut mendengar pertanyaan itu dari Kenneth. Ia tidak menyangka kalau Kenneth akan bertanya hal itu padanya.
"Terlepas dari aku yang selalu mengatakan i love you yang selalu kamu balas dengan kata yang sama. Aku mau tahu, apa kamu sudah mengerti, perasaan apa yang ada di hati kamu kepadaku sekarang?" Tanya Kenneth lagi.
"A-aku... aku gak tahu..." jawab Alleira pelan. Dan hanya jawaban itu, mampu mengubah cahaya yang nyaris meredup di hati Kenneth, menjadi mati total.
Kenneth tersenyum kecil dan menenangkan Alleira yang terlihat gugup di depannya. Menggenggam erat tangan Alleira dan menatap manik matanya dalam.
"Aku harus pergi, Al. Bukan pergi ketempat yang dekat untuk kamu jangkau, bukan juga pergi ke tempat jauh seperti surga atau neraka. Tapi aku harus pergi ke Canada 2 minggu lagi. Dalam waktu 3 minggu kedepan, kelas akselerasi yang aku inginkan akan dimulai, dan kamu pasti tahu kalau aku ingin mengikuti jejak Daddy untuk lulus dalam usia muda dan melanjutkan perusahaan Daddy. Ini impianku." Mata Alleira sedikit membesar, bibirnya terkatup rapat. "Aku bukan pergi untuk waktu yang dikatakan singkat. Aku tahu aku bisa kembali ke sini setiap liburan nanti, tapi itu pasti akan terasa berbeda."
"Lalu apa kamu khawatir untuk meninggalkan keluarga kamu disini? Lalu, apa mereka sudah tahu?" Tanya Alleira yang membuat Kenneth tersenyum kecil dan menggeleng.
"Kamu... aku mengkhawatirkan kamu." Jawab Kenneth pelan. "Dan, ya... mereka semua termasuk keluarga kamu, sudah tahu mengenai ini. Kecuali kamu." Ujar Kenneth.
Tanpa disadari, airmata Alleira sudah mengalir di pipinya. Kenneth segera menyeka air mata itu. Hati Alleira terasa perih, entah apakah itu karena kenyataan kalau Kenneth merahasiakan ini semua dari Alleira, atau karena Kenneth mau pergi jauh.
"Maaf, tapi aku merasa tidak bisa memberi tahu kamu tentang ini. Disaat aku tahu kalau kamu tidak menginginkan berpacaran jarak jauh setelah mendengar pendapat teman-teman kamu yang pahit." Sesal Kenneth, hatinya terasa tersayat melihat bulir bulir air mata jatuh di pipi Alleira, gadis tercintanya.
"Dan aku gak mau menjadikan pengalaman pertamamu dalam berpacaran adalah hal yang paling kamu takutkan. Terlebih... kamu masih mudah terpengaruh dengan ucapan orang dan lagi kamu sendiri juga tidak tahu apa yang kamu rasakan kepadaku adalah cinta atau bukan." Kenneth melanjutkan dengan hati yang sakit. "Bagaimana kalau kamu juga akan bosan berpacaran jarak jauh seperti teman-temanmu? Atau kamu baru akan menyadari kalau perasaan yang selama ini kamu rasa, bukanlah cinta, melainkan hanya perasaan terbiasa?"
Alleira terisak dan menunduk. Airmatanya mengalis semakin deras, jatuh mengenai pundak tanganku yang berada di bawah wajahnya.
"Aku tidak mau menyita waktu remaja kamu hanya untuk menjalani pacaran jarak jauh dan menungguku. Memakukan hidup kamu dengan ponsel kamu hanya untuk terus berkomunikasi dengan kamu. Aku benar-benar minta maaf telah menyebabkan alasan airmata kamu terjatuh, tapi aku berjanji ini adalah kali terakhir kamu akan menangis karenaku." Ucap Kenneth datar.
Kenneth mengangkat kepala Alleira, menatap wajah Alleira yang sudah basah penuh airmata. bahkan Alleira menggigit bibir bawahnya agar tidak meloloskan isakkan lagi.
Jemari Kenneth menarik bibir bawah Alleira dari gigitannya, Mengelus bibir tipis itu perlahan, lalu Kenneth mendekati wajah Alleira, perlahan kemudian mengecup bibir tipis itu perlahan, namun membuat airmata Alleira semakin deras.
"Matahari belum terbenam, dan aku mengangkat kutukan kesedihanmu, My Princess Alleira." Ujar Kenneth sambil menghapus sisa-sisa air mata di pipi Alleira. "Kalau di dongeng, Setelah aku melepas kutukan putri cantik, maka kita akan hidup bahagia selamanya bersama." Gumam Kenneth pelan, suaranya terasa berat untuk dia ucapkan.
"Karena ini bukan dongeng, aku hanya minta kamu kabulin satu permintaan aku, ya?"
Alleira tidak mengangguk, tidak juga menggeleng. Dia masih menangis dan menunggu kelanjutan ucapan Kenneth. Hatinya terasa teramat sesak saat ini, ia tidak tahu apa alasannya, tapi air matanya tidak mau berhenti.
"Al, tolong putusin aku. Putusin hubungan ini karena aku gak merasa hubungan kita akan berjalan dengan baik nanti." Akhirnya Kenneth berhasil mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang menghantui isi pikirannya sampai membuatnya tidak bisa tidur seminggu ini.
Pupil mata Alleira membesar dan airmatanya kembali mengalir deras, hatinya perih dan ia merasa kalau ia bisa meledak saat itu juga.
Alleira berdiri dari bangkunya dengan airmata yang membasahi wajahnya, menatap Kenneth yang terkejut melihatnya berdiri tadi dengan tajam.
"Alle benci sama Kenneth, Alle benci!!!!"
Alle berbalik dan berlari meninggalkan Kenneth yang ternyata sudah menitikkan airmatanya begitu Alle mengatakan kalimat itu.
Kalimat yang seperti vonis mati untuk hidup Kenneth kedepannya.
***
Tbc
Cie baper cieeee 😂
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro