Prolog
Airina yang melihat Bagas yang sedang bermain ponselnya menyender pada sandaran sofa hanya bisa menghela nafasnya pelan, hari pertama saja sudah seperti ini apalagi nantinya. Hari ini ia berada di rumah mewah Bagas, yang mana ia ditugaskan untuk mengajari Bagas materi yang belum cowok itu pahami.
“Mana yang belum lo pahami?”
Tatapan mereka bertemu saat Bagas menoleh ke arah Airina. Airina langsung mengalihkan pandangannya ke arah buku yang sudah ia buka. “Mungkin ada yang mau lo tanyain?”
“Gue nggak paham semuanya, lo kan di sini sebagai guru gue kenapa lo jadi nanya yang belum gue pahami? Lo ajarin semua lah,” ocehnya.
Airina tersenyum tipis, “ya udah ... jadi, sekarang lo mau gue ajarin penjumlahan?” Tanya Airin dengan nada santainya namun hal itu tidak bisa dianggap santai oleh Bagas.
“Jadi lo ngatain gue nggak bisa pelajaran anak SD? Gue bisa lah!” protes Bagas seraya melemparkan pulpen ke arah buku yang di baca Airina.
“Ya udah, gue ajarin logaritma.”
“Bentar-bentar, gue mau makan dulu. Belajar logaritma bakalan bikin gue laper,” kata cowok itu seraya meninggalkan. “Lo mau makan sekalian nggak? Di sini makanannya enak-enak, nggak kayak di rumah lo.”
Lo harus bisa sabar, Rin.
“Nggak usah makasih.”
Iya, seperti itulah sikap Bagas. Hanya saja entah kenapa hal itu dimaklumi oleh Airina, padahal jelas-jelas Bagas sering meremehkan dirinya. Bahkan ketika Bagas mengatakan bahwa makanan di rumah cowok itu lebih enak dibandingkan di rumahnya ia biasa saja. Ia menganggap, ucapan Bagas tidak salah kok.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro