Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02


***

Bulan mulai bersinar terang, dihiasi kelap-kelip ribuan bintang yang mulai bermunculan. Seorang gadis yang tengah menatap langit hanya bisa menghela nafasnya pelan, ia merasa bosan dalam menjalani hidupnya yang terkesan monoton. Ia bosan bukan berarti ia akan mengakhiri hidupnya, tidak- tapi, ia merasa ingin mencari suasana baru. Di mana ia belum pernah merasakan hal baru itu, hanya saja itu tidak mungkin.

"Kenapa?"

Airin tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba muncul di sampingnya dan bertanya. Ia menetralkan degup jantungnya dan menatap cowok yang baru saja mengejutkannya tengah tersenyum. "Nggak kenapa-kenapa, ngagetin aja."

"Lo suka ya sama Bagas?"

Airin yang ditanya tentang perasaannya untuk Bagas pun langsung memalingkan wajahnya, ia tidak mau ketahuan berbohong. "Suka? Nggak mungkin lah, gue aja baru kenal Bagas."

Cowok di samping Airin tersenyum dan mengangguk membuat gadis itu merasa bersalah karena membohonginya, hanya saja ini demi kebaikan bersama- ah lebih tepatnya ini demi kebaikan Airina! Airin pun ikut tersenyum melihat seorang Dion, yang mana notabenenya adalah sahabat Bagas tersenyum ke arahnya.

Dion- seseorang yang sudah beberapa bulan ini menjadi saudaranya. Lebih tepatnya ketika ibunya menikah lagi dengan seorang pengusaha yang mana ternyata adalah ayah dari Dion. Untung saja, Dion tidak seperti Bagas. Cowok itu sangat menghargainya meskipun ia bukan berasal dari keluarga kaya, Dion dan ayahnya menerima Airin serta ibunya dengan tangan terbuka.

"Kalau udah nggak kuat sama sikap Bagas, bilang aja sama gue. Gue pasti bantu lo," kata Dion membuat Airin mengerutkan keningnya, mungkin Dion lebih tau jelas tentang bagaimana cara Bagas menyingkirkan orang yang tidak dia sukai. Apakah Bagas tidak menyukai Airin?

"Tapi beasi-"

"Tentang semua itu, ayah masih bisa biayain lo sekolah. Prioritas utama adalah lo nyaman sekolah, kan kalau sekolah nggak ada beban enak. Iya kan?" katanya.

Airin tentu saja mengiyakan ucapan Bagas, tetapi ia juga masih bisa mengajari cowok itu. Seenggaknya hingga Bagas tahu bahwa ada seorang Airina Aquillera yang hidup di dunia ini. "Makasih ya, tapi gue nggak mau ngerepotin ayah."

Dion diam-diam memperhatikan Airina yang sedang menatap lurus ke depan, saat ini mereka memang tengah berada di balkon kamar masing-masing dan hanya dipisahkan oleh besi pembatas saja. Dalam diam, Dion tersenyum melihat saudara tirinya yang tengah menikmati semilir angin malam. Hanya melihat gadis itu tersenyum saja sudah bisa membuat Dion bahagia, mungkin hanya itu yang ia bisa. Untuk sebuah rasa yang ada dalam hatinya, biar hanya dia saja yang tahu.

***

Saat masih sekolah menengah pertama, Airin pernah satu kelas dengan Bagas. Bahkan, setiap ada pekerjaan rumah Bagas selalu meminjam buku tugasnya. Airin sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, mengingat dirinya benar-benar menyukai cowok itu lebih dari apa pun.

Mengingat hal yang lalu membuat Airin menghela nafasnya pelan, cinta bertepuk sebelah tangan? Tidak, ia tidak pernah menyebut perasaannya untuk Bagas adalah cinta. Ia hanya mengagumi sosok Bagas, itu saja. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya bisa mengagumi sosok sombong seperti Bagas. Hanya saja dulu ia begitu mengagumi tanpa alasan, tidak salah bukan?

Airin, ia hanya bisa dilihat saat ada PR saja. Meskipun begitu, ia sama sekali tidak keberatan. Ia menerima saja saat Bagas mengembalikan buku dengan cara di lempar hingga bukunya sobek atau apapun itu. Hanya saja sekarang ia sudah merasa sedikit dewasa, bukan masanya lagi ia mengalah hanya karena dirinya menyukai Bagas.

Ia tahu perasaannya pada Bagas hanya sebuah perasaan anak-anak yang kebetulan masih dibawa hingga sekarang, bukan apa-apa itu semua terjadi karena ia belum menemukan sosok yang bisa membuatnya jatuh cinta atau hanya sekedar mengagumi.

"Cie pasti nginget-nginget pas sama Bagas tuh, iya kan?!" tuding Diandra yang datang tiba-tiba membuat Airin menatapnya tajam. "Iya kan? Ngaku aja deh," katanya.

"Idih apaan, lagian Bagas itu kan idol lo. Gue mana ada minat sama dia," kata Airin membuat Diandra tertawa dengan hal itu. Diandra bahkan sempat heran padanya, kenapa dia tidak menyukai Bagas padahal cowok itu sangat tampan. Diandra belum tahu saja apa yang terjadi dulu, ia lebih dulu mengenal Bagas dari pada sahabatnya.

Lebih tepatnya gue udah capek.

Airin tersenyum kecil. Benar apa kata hatinya, ia sudah lelah mengagumi sosok Bagas yang ia anggap seperti bulan. Hanya bisa di tatap tanpa bisa digapai, menyedihkan bukan? Terkadang di usianya yang sekarang ia bingung, menjalin hubungan juga ujungnya akan kandas. Tetapi, menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja akan membosankan. Jadi harus apa?

"Kalau lo ke rumah Bagas, ajak gue dong ya? Please..." kata Diandra dengan puppy eyes andalannya, hanya saja hal itu tidak mempan untuk Airin karena gadis itu sudah menggeleng keras sebagai jawaban. "Airin mah gitu, jahat."

"Gue nggak bisa, Di. Ntar dikira mau minta sumbangan ke sana rame-rame, lagian gue udah janji nggak bakal bawa teman. Sabar aja ya? Sabtu ini gue juga nggak bisa kayaknya, lo mau gantiin emang?" ujar Airin yang langsung dibalas anggukan cepat dari Diandra.

Airin meringis kecil, apa Bagas mau? "Gue tanya Bagas dulu deh, ya? Kalau boleh lo gantiin gue, sekali-kali berduaan sama idol. Iya nggak?" kata Airin.

"Aduh aduh, gue kuat nggak ya? Kalau gue ping-"

"Sssssttt ... gue negosiasi dulu sama Bagas, lo diem dulu."

***

"Sabtu ini gue nggak bisa ke rumah lo."

Bagas yang mendengar penuturan itu memicingkan matanya dan menatap siapa yang berbicara padanya. Setelah sadar bahwa dia adalah Airin, Bagas yang memang tidak dalam suasana baik pun mengangguk kepalanya singkat.

"Tapi gue teman gue bisa gantiin, kalau lo mau?" katanya lagi membuat Bagas menghela nafasnya pelan.

"Nggak usah," ujar Bagas singkat.

Gadis itu mengerutkan keningnya, "nggak apa-apa, dia juga jago kok. Biar lo nggak kosong juga," katanya setengah memaksa membuat Bagas menghela nafasnya pelan.

"Ngajarin gue, itu tanggung jawab lo. Gue nggak mau siapapun gantiin lo tanpa persetujuan dari gue, jangan maksa. Gue tau niat lo," kata Bagas membuat gadis itu terdiam.

"Gue nggak suka sama temen lo, jadi jangan maksa gue. Inget baik-baik," kata Bagas, setelah itu ia segera meninggalkan Airin yang mematung di tempatnya. Airin adalah gadis yang paling polos yang pernah Bagas kenal, dulu sejak SMP. Bukannya dia tidak mengenal gadis itu, hanya saja ia terlalu malas jika nantinya Airin akan berharap lebih padanya.

Terlebih sekarang Airin biasa saja terhadapnya membuat Bagas lega, setidaknya ia tidak akan mengalami hubungan rumit karena memiliki perasaan yang tidak seharusnya ia rasakan. Airin memang cantik, hanya saja Bagas tidak mau menyakiti gadis polos itu.

Semoga saja perasaan ini masih tetap sama, tidak akan pernah menyakiti siapa pun karena rasa yang ia miliki. Semoga saja ia tidak pernah mempunyai perasaan lebih kepada seseorang yang sekarang seolah menjadi gurunya.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro