Irrational: 50 Years Later
"BUMI sudah lama kalah dari Bulan. Dan setelah lima puluh tahun ini kita masih terus berperang. Bukan kepada Bumi. Bukan pula kepada Bulan. Akan tetapi, Bumi dan Bulan bersatu untuk memerangi mereka yang serakah."
Cinder menarik napas. Ketika mendengarnya rautnya berubah tajam. Sendu turut menyertainya sehingga perasaannya bergradasi. "Jadi... kau mau bilang bahwa aku bangkit setelah lima puluh tahun kemudian?"
"Tidak salah lagi," jawab Autumn—wanita berkepala tiga yang kini tengah berada di sebuah ruangan bersama Cinder dan juga Dokter Arthur, dokter yang sebelumnya bersama Cinder.
Cinder meneguk ludah mendengarnya. "Apakah ... teman-temanku sudah tiada? Termasuk Kai—maksudku Kaisar Kai dari Persemakmuran Timur?" Takut-takut ia keluarkan pertanyaan tersebut. Dari keterangan Autumn, ia memikirkan suatu hal. Tidak mungkin teman-temannya yang notabene termasuk manusia biasa dapat hidup panjang seperti dirinya yang berstatus cyborg.
"Dengan belasungkawa kumengatakan, bahwa itu benar. Aku sungguh kecewa mengatakannya. Maafkan aku. Mungkin ibundaku dapat menjelaskan lebih. Namun, kini ia sedang berbaring lemah karena penyakit letumosis yang dideritanya," sesal Autumn.
Cinder seperti dihujat jarum bertubi-tubi. Meski benda tersebut kecil, tetapi sangat menyakitkan ketika mengenai hatinya. Teman-temannya, termasuk orang yang dicintainya, Kai telah tiada.
"Kami sebenarnya telah mengaktifkanmu beberapa bulan yang lalu. Dan itu tepat setelah anggota tubuh cyborg-mu diperbarui dengan operasi yang kurang lebih berjalan satu setengah tahun. Beberapa organ tubuhmu juga ada yang mesti diganti. Namun, karena kau telah lama tertidur saat akan diaktifkan kembali tubuhmu butuh proses yang lama untuk menyesuaikan kembali. Maka ketika seminggu yang lalu kaubangun setelah setengah abad lamanya. Entah apa yang membuatmu lama untuk keluar, kami tidak mempermasalahkan. Setidaknya kami dapat membiarkanmu berpikir selama beberapa waktu," tambah Autumn.
"Begitu.... Ternyata ketikaku bangun kembali, banyak hal yang telah kulewatkan." Cinder menghela napas sendu. "Bahkan kukira aku ini sedang dipenjara karena status buronan internasionalku—status lima puluh tahun lalu maksudku."
"Tentu saja tidak." Autumn mengulas senyum. "Keadaan kami makin sulit. Apalagi para pengikut Levana yang setia itu telah menguasai seluruh negeri di Bumi. Jangan tanya bagaimana Levana, tentu ia masih hidup. Dengan keadaan yang dipaksakan," ujar Autumn.
Serta-merta seorang pria masuk, membisikkan sesuatu pada Autumn. Setelah Autumn mengangguk mendengar pemberitahuan dari pria tersebut, langsung saja ia menyuruhnya untuk kembali. Setelah pria tersebut pergi, Autumn berujar kepada Dokter Arthur, "Dokter Arthur, bisakah kauantar Cinder ke ruangan rekannya?" Dokter Arthur mengangguk. "Nona Cinder, tolong ikuti Dokter Arthur. Ia akan membawamu ke suatu tempat."
"Ah... baiklah." Cinder kembali mengekori Dokter Arthur untuk kedua kalinya. Entah ia akan dibawa ke mana. Ia tak ambil pusing. Dalam hati ia masih merasa sedih. Masih sulit baginya untuk menerima kenyataan pahit. Apalagi kenyataan bahwa dirinya tertidur selama lima puluh tahun dan telah ditinggakan orang-orang tersayangnya. Ah, ia jadi memikirkan Iko. Android unik yang selalu menemaninya kapan pun. Apakah ia masih ada? Mungkin saja jika seseorang menyimpan chip kepribadiannya. Namun, Cinder tak yakin. Setelah lima puluh tahun berlalu ia tak yakin chip kepribadian Iko terselamatkan.
"Nona Linh, silakan buka pintu di samping ini," ucap Dokter Arthur. Cinder berterima kasih terlebih dahulu karena sudah diantar. Ia tidak menanyakan siapa orang yang akan ditemuinya karena baginya memikirkan persoalan hari ini berbeda dengan persoalannya lima puluh tahun lalu.
Otomatis pintu terbuka, memperlihatkan ruangan luas yang tak jauh di hadapannya terdapat jendela semesta yang begitu jelas untuk dilihat. Ah, benar juga. Saat ini dirinya sedang berada di Bulan yang kini dijadikan tempat tinggal orang Bulan juga Bumi. Bumi yang jauh di depannya bukanlah lagi tempat tinggal orang Bumi. Melainkan, kandang bagi orang-orang Bulan yang serakah, yang haus akan kekuasaan. Berdasarkan penuturan Autumn, orang-orang Bulan di sana adalah pengikut Levana serta orang-orang Bumi di sana dijadikan budak tiada ampun olehnya.
Pintu tertutup otomatis setelah Cinder melangkah satu meter ke depan. Matanya masih tertuju pada pemandangan alam semesta di depan. Planet Bumi terlihat jelas. Entah bagaimana terdapat gejolak rindu yang ia rasakan di tempat besarnya itu.
"Cinder." Suara bariton pria terdengar. Cinder mengenal jelas suara ini, lantas ia menengok dengan raut tak percaya.
"Wolf?" Netra Cinder membola. Kesan terkejut dan tak menyangka ia siratkan melalui matanya. Wolf yang dilihatnya bukanlah Wolf lima puluh tahun lalu. Jika dahulu Wolf terlihat kekar dengan paras mudanya serta beberapa gigi tajam yang menyertai, sekarang ia berbeda jauh. Tubuhnya tidak sekekar lima puluh tahun lalu, tampak lebih kurus, tetapi tidak kurus seperti orang tua pada umumnya. Seluruh rambutnya memutih, tak membiarkan warna rambutnya dulu tumbuh kembali. Mukanya tampak lebih tua, tetapi tidak tampak keriput yang kentara. Orang Bulan memang dapat hidup sedikit lebih lama dari orang Bumi. Cinder pun meyakini hal itu.
"Hai, Cinder." Pandangannya menuju pada panorama Bumi. "Kau pasti tahu apa yang tengah terjadi, bukan." Ucapannya tidak seperti pertanyaan, tetapi lebih seperti sebuah pernyataan.
"Kurang lebih. Dan itu sungguh mengejutkanku. Ah, mungkinkah Scarlet... masih hidup?" tanya Cinder hati-hati. Takut-takut menyinggung Wolf. Terhitung pria itu agak sensitif, apalagi menyangkut sang kekasihnya, Scarlet Benoit.
"Dia meninggal karena dijatuhi eksekusi mati oleh Levana. Lima puluh tahun yang lalu." Jawaban Wolf membuat Cinder sedih. Temannya, Scarlet yang juga termasuk rekan barunya telah tiada selama ia tertidur. Bahkan untuk bertanya tentang Thorne juga Cress ia tak berani. Tentunya, ia tahu akan mendapat jawaban yang sama.
"Cinder!"
Cinder terkejut bukan main saat mengetahui sebuah wanita seksi berjalan ke arahnya. Cinder mengernyit. Android wanita, kah? Namun, bukan itu yang ditanyakannya. Suara android tersebut cukup familier. Dan ia langsung teringat oleh android kesayangannya dulu. "Iko?"
"Cinder! Aku merindukanmu!" Iko langsung menerjang Cinder dengan pelukannya. Iko kini menggunakan tubuh android wanita. Tingginya semampai Cinder, bahkan lebih tinggi lagi. "Kautahu, banyak hal yang telah terjadi. Selama beberapa tahun ini aku menjadi mata-mata orang Bulan di Bumi. Dan akhirnya kita tinggal selangkah lagi untuk mengalahkan mereka. Untukmu Cinder, kau tak perlu memikirkan itu sekarang. Andalkan saja orang-orang di sini. Bahkan Wolf saja sudah pensiun."
"Mungkin kita bisa saja reuni, tetapi Cinder ada suatu hal yang harus kuberitahu padamu. Ini tentang sepeninggalnya Kaisar Kai," tutur Wolf mulai serius karena bagaimana pun juga Cinder harus mengetahui hal ini.
Raut Cinder mulai berubah. Ia merasakan atmosfer yang berat untuk dilaluinya. "Ada apa dengan Kai?"
"Beliau... memiliki seorang cucu. Seorang cucu laki-laki."
"Apa?! Kau serius?" pekik Cinder terperanjat. Apakah sistem pendengarnya salah menerima impuls? Cinder ... tidak salah dengar, 'kan?
"Seratus persen tidak bohong, Cinder," timpal Iko.
"Kaisar Kai telah memiliki anak dari hasil pernikahannya dengan Levana. Anak tersebut pun menikah dengan salah satu penduduk Bumi, mereka memiliki anak alhasil itulah cucu dari Kaisar Kai. Akan tetapi, Levana membunuh anaknya sendiri dengan motif kekuasaan. Takut akan kekuasaannya yang akan lengser apabila anaknya dibiarkan hidup. Seperti kasusmu yang merupakan pewaris sah Bulan dan Levana mencoba untuk membunuhmu ketika kau kecil.
"Perlu kau ketahui. Levana tidak tahu—sama sekali tidak tahu—mengenai cucunya yang sekarang tinggal di Bulan. Ini menjadi kesempatan bagus untuk merebut Bumi. Apalagi ia sama sekali tidak memedulikan Bulan. Meninggalkannya begitu saja setelah menguasai Bumi dan membiarkan Bulan menjadi markas lawannya."
"Itu rencana yang bagus," tanggap Cinder dengan perasaan waswas.
"Akan tetapi, Autumn berencana menggunakannya untuk mengambil alih Bumi. Mungkin memang ini rencana bagus. Akan tetapi, aku tak yakin akan berhasil. Apalagi cucu Kaisar sudah termasuk generasi ketiga yang bahkan Levana tak mengetahuinya. Akan sangat sulit untuknya kembali merebut Bumi," lanjut Wolf. "Aku sudah begitu tua, Cinder. Aku tak akan sanggup untuk mengikuti perang kembali. Satu-satunya hal yang kupunya adalah tekadku. Aku akan mengikutimu ke mana saja mulai dari sekarang. Mungkin sedikit pertarungan buatku tidak masalah. Ini sebagai bentuk terima kasihku karenamu aku dapat lebih dekat dengan Scarlet saat itu. Apapun keputusanmu saat ini aku akan tetap mengikutimu."
Iko turut menimpali, "Aku juga Cinder! Tanpamu tidak akan ada sesuatu yang seru."
Cinder tampak menimbang. Matanya menerawang seakan bimbang. Firasatnya berkata bahwa ia akan menghadapi sesuatu yang besar di depan sana. "Aku hanya ingin melindungi cucu dari Kai. Hanya itu."
***
Cinder merenung.
Kejadian lusa kemarin buatnya masih tak menyangka. Tertidur selama lima puluh tahun. Ia jadi terpikir, mungkin saja ia dapat hidup abadi. Tinggal menonaktifkan sarafnya dan mengatur untuk bangun seabad kemudian. Hanya saja yang menjadi risiko adalah tubuh cyborg-nya yang tidak terawat. Siapa yang akan merawat tubuh cyborg-nya hanya untuk bangun seabad kemudian?
Cinder menghela napas. Bahkan kantin khusus orang-orang kalangan bawah kemarin buatnya nyaman untuk kembali. Entah bagaimana ia tak menemukan gadis bernama Emerald itu selama dua hari ini. Entah apa yang dilakukannya, Cinder tak ambil pusing untuk berpikir.
Kini ia memfokuskan pandang pada suatu eksistensi. Siapa lagi jika bukan tujuan barunya yang ia putuskan lusa kemarin? Cucu dari mendiang Kaisar Kai, Pangeran Raito. Cinder lamat-lamat menatap. Takut-takut jika sang Pangeran menyadarinya. Dari pengamatannya, Cinder terkagum. Sang generasi ketiga memiliki warna mata yang sama dengan Kai. Yakni netra cokelat tembaga.
Cinder menelan saliva. Warna mata mereka sangatlah mirip. Sekonyong-konyong nostalgia tentang Kai kembali muncul. Buat Cinder menjadi gundah karena kenangan lama. Tak pernah disangkanya akan menjalani hidup seperti ini. Ia lebih suka menjadi dirinya yang dulu. Yang mana merupakan mekanik ternama New Beijing. Yang hanya tahu statusnya sebagai anak tiri dari Linh Adri. Mempunyai saudara tiri yakni Linh Pearl serta Peony. Dan bekerja bersama Iko yang merupakan rekan satu-satunya.
Ia rindu kehidupannya yang dulu sebelum mengetahui dirinya adalah Putri Selene—pewaris sah Bulan. Ia juga rindu akan tatapan indah Kai yang diberikannya. Jika saja ia dapat melengserkan Levana dari status Ratu Bulannya itu, mungkin saja sampai sekarang Cinder menjadi ratu.
Status itu bahkan sudah tak berlaku lagi. Bulan kini menjadi satu kesatuan—di mana orang Bulan dan Bumi bersatu untuk menggulingkan Levana yang tengah Berjaya di Bumi—kedaulatan berada pada rakyat setempat. Autumn kini memimpin mereka. Yang Cinder ketahui, Autumn ini merupakan anak semata wayangnya Putri Winter—anak tiri Levana yang memberontak.
Keluarga kerajaan di Bulan sudah musnah. Cinder sekarang mengerti mengapa Levana meninggalkan Bulan. Statusnya sebagai Ratu Bulan sudah tiada.
"Kau yang dari kaum elit itu, 'kan?" Suara ini. Cinder baru mengenali suara itu ketika lusa kemarin. Tidak salah lagi. Ini suara dari gadis itu.
Cinder menoleh. Menatap iris biru langitnya yang terpancar jelas. Sebentar, Cinder terpaku oleh iris tersebut. Ia merasakan perasaan yang dalam dari mata indah sang gadis. "E..me? Emerald?"
Emerald mengerutkan dahi tidak suka pada Cinder karena telah menyebut namanya. "Dari mana kautahu namaku?"
"Dokter Arthur," ucap Cinder singkat buat Emerald berdecak.
"Aku tidak tahu apa hubunganmu dengan Dokter, tapi bukankah kaum elit sepertimu sudah mempunyai ruangan khusus tanpa perlu bercampur dengan kaum menengah seperti kami? Aku tidak tahu apa motifmu, tapi kehadiranmu sungguh mengganggu."
"Benarkah itu? Namun, perlu kau ketahui, aku ini bukanlah kaum elit. Hanya seorang penduduk yang terselamatkan," ungkap Cinder sambil menatap ke sekeliling dan melihat banyak orang meliriknya. "Tidak ada aturan khusus untuk melarang kaum kalangan apapun untuk makan di sini, 'kan? Mungkin memang lusa kemarin kumenyakiti hatimu. Maaf, tapi saat itu aku memang tidak tahu apa-apa," imbuhnya.
"Oh...," tanggap Emerald. "Aku bisa maklumi untuk hal terakhir. Hanya saja aku perlu mencurigaimu karena memandangi Raito terus-menerus. Kaupunya motif apa? Kau ingin mencelakainya?" ujar Emerald waspada.
Cinder bekerlip bingung. Mengapa Emerald bertanya akan hal itu? Seolah-olah ia bertingkah layaknya pengawal Raito. Tidak. Cinder merasa lebih dari itu. "Kaukenal Raito?" Tanpa disangka Cinder menanyakan hal itu.
Kedua alis Emerald menyatu. "Apa yang ingin kau lakukan padanya?" Nadanya ketus. Seolah takut jika Cinder melakukan yang tidak-tidak pada Raito.
Cinder langsung menyadarinya bahwa ia membuat kesalahpahaman di sini. "Ah bukan maksudku macam-macam atau bagaimana. Hanya saja aku kenal baik dengan kakeknya. Dan terdapat situasi di mana aku harus melindunginya," jelasnya.
"Jadi kau hendak bilang ingin melindunginya, begitu? Aku tidak tahu apa motifmu sebenarnya, tapi asal kautahu, Raito merupakan orang terpenting buatku. Kau, Linh Cinder, aku tahu semua sejarahmu. Siapa yang tidak mengenalmu? Selama lima puluh tahun kau tertidur, kauterus dibicarakan sebagai legenda yang membuat para cyborg semakin dihargai. Namun, maaf saja, jika sudah menyangkut Raito, aku sudah tidak peduli kau itu siapa."
Cinder mendesah. Menjelaskan sesuatu seperti ini memang bukan gayanya. Namun, mau bagaimana lagi itu sudah menjadi tanggung jawabnya. "Maafkan aku sungguh. Tapi percayalah. Aku tidak bermaksud apa-apa kepada Pangeran Raito. Justru aku ingin melindunginya. Kaubisa percaya padaku. Jika perlu aku akan membuktikannya. Sungguh, aku tidak main-main," jelas Cinder panjang lebar.
"Sulit untukku karena tidak mudah untuk percaya kepada orang lain."
Cinder langsung mengerti. Bukannya ia tak percaya padanya. Akan tetapi, itu sulit dilakukannya.
***
Cinder telah mengerti. Ia sudah mendengarnya. Bagaimana pun dirinya tak dapat menyalahkan Emerald. Orangtuanya adalah bangsawan Bulan, ia termasuk Emerald merupakan orang Bulan. Namun, kedua orangtuanya dikhianati oleh pihak Levana dan mereka terbunuh. Di situlah Emerald tertolong oleh Raito. Cinder paham. Dari situ pula Emerald sulit untuk percaya orang lain selain Raito.
Cerita singkat yang menyentuh hati, pikir Cinder. Selama beberapa hari ini ia telah mendengar banyak kisah. Ia jadi terpikir untuk membuatnya sebagai ensiklopedia semesta atau semacamnya.
"Raito kini telah dibebankan oleh pihak penentang Levana. Kau tentunya tahu, ia pewaris sah Persemakmuran Timur yang mana telah menguasai Bumi seutuhnya. Nyonya Autumn memang mengatakan bahwa ia memiliki rencana untuk kembali mengambil Bumi. Namun, jika rencana itu mesti melibatkan Raito... aku tak rela," ungkap Emerald.
Cinder paham, tetapi ia ingin menanyakan alasannya meski ia sudah paham betul.
"Aku tak ingin Raito celaka. Aku tak mengerti, tidak bisakah Nyonya Autumn memikirkan rencana lain tanpa melibatkan Raito?" Sungguh itu pertanyaan retorik. "Tolonglah, apapun yang mesti kulakukan, aku rela. Asalkan, Raito tidak terlibat," pinta Emerald.
"Jika kupikir lagi Cinder," timpal Iko, "Autumn memang tak selembut seperti ibunya, Putri Winter. Maksudku, setelah bertahun-tahun aku bekerja padanya, ia tipe yang memaksakan semuanya, atau bisa dibilang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut. Seharusnya kau sedikit hati-hati dengannya, ditambah Putri Winter tengah menderita penyakit letumosis selama beberapa minggu ini. Dia tidak akan bertahan lama. Letumosis kali ini tengah bermutasi, vaksin letumosis biasa tidak akan berpengaruh. Jika ia tiada, tidak akan ada lagi yang dapat mengawasi Autumn. Kautahu maksudku."
"Hmm... begitu. Berapa lama lagi Autumn akan menjalankan rencananya itu?"
"Kurang lebih seminggu lagi."
"Kalau begitu tugas kita kali ini adalah melindungi Raito. Jauhkan ia dari segala macam termasuk Autumn," cetus Cinder.
Iko tampaknya terkejut. "Kau yakin Cinder? Kau akan dicap sebagai 'pengkhianat'!"
Cinder mengulas senyum simpul. "Tidak apa Iko. Aku tak masalah. Kauingat bukan, setengah abad lalu aku juga dicap sebagai 'pengkhianat'."
Jika saja Iko adalah manusia, Cinder yakin ia pasti akan menyunggingkan senyum padanya. "Autumn salah membangunkanmu. Harusnya ia tidak membangunkanmu akhir-akhir ini."
"Kau berkata seolah-olah aku ini vampir atau semacamnya," gerutu Cinder. "Wolf, kaudengar, 'kan? Kita berencana untuk kabur dari sini. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tetapi sepertinya menggunakan Rampion atau pesawat luar angkasa tidaklah masalah. Ingat kah, seperti yang kita lakukan dulu dengan Rampion milik Thorne."
"Itu mudah," celetuk Wolf. "Aku mempunyai banyak kenalan di sini dan mereka dapat diajak berkompromi."
"Ah, aku. Izinkan aku ikut."
"Emerald? Apa kau yakin?"
"Jangan pedulikan aku. Tujuanku sama denganmu, ingin melindungi Raito," celetuk Emerald. "Meski begini kumenguasai daya pikat Bulan, yang mana dapat memengaruhi pikiran."
"Cinder kita mendapat masalah. Sepertinya Autumn akan mempercepat rencananya. Aku mendapat kabar dari sistemku. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, tapi kita juga harus cepat menyusun rencana," seru Iko.
"Aku akan menyiapkan pesawat luar angkasanya segera. Kau dan yang lainnya dapat menaiki hover (mobil terbang) menuju pesawat," timpal Wolf.
"Aku akan memandumu menuju tempat Raito," imbuh Emerald.
"Aku tak masalah, tapi kalian harus melepaskan chip identitas kalian terlebih dahulu—err, zaman sekarang masih pada menggunakan chip identitaskan?" tanya Cinder.
Iko berkata, "Itu memang benar, Cinder. Mau di Bulan atau Bumi, masing-masing penduduk memiliki chip identitas. Ah, tentunya chip identitas di Bumi dan Bulan sangatlah berbeda. Persamaannya hanyalah letaknya, tepat di bawah tangan. Wolf, Emerald, dan kau mesti melepasnya."
Ini mengenang memori lama. Cinder ingat bagaimana rasa sakitnya saat ia harus mengeluarkan chip identitas tersebut dari tangannya. Meski sakit, ia tak menolak. Dan kini ia harus merasakan sakit yang tak sebanding dengan misi besarnya. Dua kali siklus ini terulang, ia harap mendapatkan akhir yang lebih baik.
"Cinder, gawat! Senjata biologis letumosis telah mengenai Bulan!"
Cinder melongo tak percaya. Termasuk dua orang lainnya. "Apa?! Tidak mungkin! Dari mana kautahu, Iko?!"
"Sebentar lagi alarm bahaya akan dibunyikan. Aku tahulebih dulu karena memasang penyadap di ruangan Autumn." Tepat setelah Ikoberkata, suara denging alarm mengejutkan semua orang di sana, termasuk Cinder dan rekan-rekannya.[]
TBC
[A/N]
Fyi, letumosis tuh nama penyakit dr novelnya yg dibawa org Bulan ke Bumi. Awalnya cuman org Bumi yg dpt terkena dan org Bulan ga bisa. Cuman krn dah dimutasi gitu org Bulan jd bisa kena. Dan tanda2 awalnya tuh ruam2 biru di tubuhnya. Singkatnya gitu, kalo di novelnya dpt lebih jelasnya lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro