Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 23a

"Sayang, apa penampilanku membosankan?"

"Tidak, kamu baik-baik saja."

"Apa aku kurang cantik?"

"Kamu sangat cantik, Iris."

"Kalau begitu, kenapa membeli barang sebanyak ini?"

Iris menunjuk tumpukan kotak dan tas berisi barang-barang belanjaanya. Ia bukannya tidak pernah ke mall, beberapa kali datang ke tempat ini bersama Eric dan biasanya hanya makan atau menonton film. Tidak pernah terpikirkan akan belanja di tokonya karena harga yang sangat fantastis. Tapi, Nikolai berbeda. Memborong dua toko pakaian, satu toko sepatu, dan juga tas. Belum lagi barang-barang lain seperti handuk, sabun, lotion, dan semua kebutuhan Iris sehari-hari. Nikolai membelikan semua kebutuhan dari ujung kaki sampai kepala.

Sekarang, semua barang-barang itu berjejer rapi di dalam toko pakaian tempat mereka singgah terakhir kali. Pram sedang menghubungi seseorang untuk membawa barang-barang itu pulang, dengan Iris tidak berhenti tercengang. Bagaimana tidak, seumur hidupnya baru kali ini mempunya barang begitu banyak. Tidak peduli kalau suaminya kaya raya, menurutnya semua yang dibeli terlalu berlebihan.

Para manajer toko membungkuk rendah pada mereka, mengucapkan terima kasih bertubi-tubi. Pramuniaga toko baik laki-laki maupun perempuan berterima kasih karena tips dari Nikolai. Orang-orang yang melewati lorong memandang mereka dengan ingin tahu dan saat melihat Nikolai di atas kursi roda, wajah mereka menyiratkan pemahaman. Siapa yang tidak mengenal Nikolai Danver?

Nikolai tersenyum, mengerti dengan kebingungan istrinya. Ia menunjuk semua barang yang sudah dibelinya. "Iris, bukankah kamu mengatakan kalau Maila itu cantik dan kamu terkesan?"

Iris menelengkan kepala. "Aku hanya melihat foto tapi memang dia cantik."

"Maila cantik karena didukung dengan pakaian yang bagus. Aku tidak ingin menjadikanmu seperti dia, tapi kalau kamu ingin seperti dia maka—"

"Aku harus berpakaian yang bagus."

"Benar! Bukan berarti kamu harus menirunya."

Iris mengangguk. "Masuk akal, Tuan. Paling tidak, aku jadi lebih percayta diri kalau berpenampilan yang baik."

"Maksudku itu."

"Orang-orang juga akan percaya kalau kita sepasang suami istri dan bukan pelayan dan majikan."

Perkataan Iris membuat Nikolai terkejut. "Dari mana kamu mendengar omongan macam itu?"

Iris mengangkat bahu. "Dari orang-orang, saat kita melewati mereka. Tapi, sekarang aku akan buktikan kalau aku adalah seorang nyonya yang cantik!"

Nikolai bertepuk tangan lalu mengacungkan dua jempol pada istrinya. Ia sangat menyukai sifat Iris yang ceria, tidak mudah marah karena perkataan orang lain yang dianggap merendahkan. Iris yang memandang segala sesuatunya dengan sederhana, membedakan antara hitam dan putih dengan jelas, membuat Nikolai menyadari kalau hidupnya selama ini sangat monoton. Bersama Iris, ia selalu menemukan hal baru untuk dipelajari. Termasuk sekarang, saat sebuah belanja menjadi kegiatan menarik untuk dilakukan.

"Kamu cantik, Iris. Kamu harus mengingat itu! Pakaian-pakaian ini akan menunjang kecantikanmu agar lebih bersinar."

Iris berseri-seri mendengar pujian suaminya. Ia mendorong Nikolai keluar dari toko, sementara empat pramuniaga membantu mereka mengangkat barang ke mobil. Karena dua mobil tidak cukup, Pram mendatangkan satu mobil lagi untuk membawa pulang barang-barang yang sudah dibeli.

"Kamu nggak keberatan kalau kita makan malam di sini?" tanya Nikolai saat mereka melewati restoran yang menyajikan masakan khas Italia.

Iris mengangguk cepat, mendorong kursi roda masuk. Pram tidak ikut, memilih untuk merokok di luar. Hanya berdua, mereka duduk di sudut dekat kaca. Konsep restoran semi out door menawarkan suasana yang nyaman dan rindang dengan banyak tanaman. Seorang pelayan perempuan berpakaian seragam putih kuning datang menyapa dengan buku menu. Nikolai memesan ravioli dan beef steak. Iris memilih steak salmon dan summer salad. Menunggu pesanan mereka dibuat, Nikolai meminta ijin untuk menelepon.

Iris terdiam, memainkan ponsel di tangan. Membaca berbagai pesan yang dikirim orang-orang untuknya. Rose yang bertanya apakah dirinya sudah mendapatkan mobil dari Nikolai? Ia menjawab singkat kalau tidak bisa menyetir. Eric yang ingin berkunjung dan sarapan dengannya. Iris menjanjikan saat hari libur dan suaminya mengijinkan. Selain itu ada banyak pesan dari orang-orang tidak dikenal serta teman-teman lama, yang mendadak muncul untuk menyapa. Iris mengernyit, membaca pesan-pesan itu dan merasa tidak ada kepentingan untuk membalas. Orang-orang aneh bermunculan dan sok akrab dengannya semenjak ia menikah.

Ia menghela napas panjang lalu memejam, mendengarkan suara Nikolai yang dalam dan tegas. Suaminya itu bicara tentang bisnis. Banyak yang tidak dimengertinya tapi ia menyukai intonasi Nikolai saat bicara. Jelas, tegas, tajam, dan penuh wibawa. Ia meraba dadanya yang berdebar, merasakan cinta berputar di udara, masuk ke telinga dan merambat ke seluruh nadinya. Iris benar-benar mabuk kepayang pada suaminya.

"Iris? Kamu tidur?"

Iris membuka mata dan mengedip jenaka. "Nggak, aku sedang merenung."

"Soal apa?"

"Soal kita dan cinta." Tanpa malu-malu Iris meraih jemari Nikolai dan mengecup punggunya. Tindakannya membuat Nikola tertegun. "Sudah bertahun-tahun berlalu dari pertama kali aku melihatmu. Tapi, seolah baru kemarin kita bertemu."

Nikolai meremas jemari istrinya. "Kamu manis sekali."

"Aduh!"

"Kenapa?"

"Jantungku berhenti berdetak karena cinta."

Nikolai mendesah. "Iris, aku akan membunuh siapa pun bahkan rasa cinta keparat itu kalau itu menyakitimu, terlebih membunuhmu."

Iris memandang suaminya lekat-lekat, menelaah kata-kata yang baru saja didengarnya. "Menarik. Tuan Nikolai rela membunuh cinta kalau menyakitiku. Masalahnya, aku bertahun-tahun menunggu untuk bisa bersamamu. Sakit karena cinta bukan apa-apa, dibandingkan penantian tanpa batas. Apakah kamu mengerti, Tuan?"

Tentu saja Nikolai mengerti. Seberapa besar perasaan Iris padanya, ia pun bisa merasakan. Hanya laki-laki bodoh yang menyia-nyiakan cinta yang begitu besar dari seorang perempuan. Pandangan orang lain mungkin berbeda dengannya. Seorang gadis muda seperti Iris pasti hanya dianggap pengejar harta. Ia tidak peduli, selama Iris setia maka seluruh hidupnya akan dihabiskan bersama istrinya.
.
.
.
Teesedia di google playbook.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro