Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 16b

Tidak ada jawaban dari Nikolai, hanya berupa anggukan kepala.

"Kenapa dengan dia? Maksudku, ada banyak gadis untuk dinikahi. Kalau cuma ingin menghindari perjodohan dengan Maila, kenapa harus gadis itu. Aku nggak bicara soal harta, tapi kedewasaan Nikolai. Kamu memerlukan perempuan kuat untuk mendampingimu."

Nikolai mengangkat wajah, menatap sangat kakak lekat-lekat. Di antara semua keluarganya yang mengatakan menyayanginya, ia tahu orang yang paling tulus adalah sang kakak. Norris memang terlihat angkuh, tapi secara umum sangat baik.

"Iris jauh lebih kuat dari perempuan mana pun yang aku kenal. Jauh lebih hebat dibandingkan anak-anak orang kaya itu. Aku tidak ingin mengatakan kalau semua anak orang kaya sama. Tapi, ketulusan mereka dalam mencintaiku, tidak teruji seperti Iris."

Norris menghela napas panjang. "Kamu bilang dia mencintaimu. Lalu, kamu sendiri bagaimana? Juga mencintainya?"

Nikolai tertawa lirih. "Aku yakin suatu hari nanti pasti mencintainya. Iris itu medah sekali untuk dicintai, Kak."

"Ini pernikahan, Nikolai.Untuk seumur hidup."

"Aku tahu, karena itu sudah yakin untuk memilih orang yang sesuai. Iris jawabannya."

Norris menyandarkan punggung ke kursi, merasa tidak berdaya dengan sikap adiknya yang tidak tergoyahkan. Tadinya ia datang dengan niat untuk membujuk tapi ternyata, gagal. Entah apa yang ingin dicapai Nikolai dengan pernikahan ini tapi keinginan yang pantang menyerah dan tidak tergoyahnya, membuat Norris merasa kalau semua upaya untuk menasehati sia-sia.

"Nikolai, jangan sampai kamu menyesali keputusanmu ini."

Tidak, akan."

Setelah sang kakak pergi, Nikolai termenung sesaat menatap layar laptopnya. Ia yakin kalau saat ini dianggap bersikap tidak masuk akal dengan menikahi Iris. Ia tahu semua orang bertanya-tanya tentang keputusannya. Semua keluarga besarnya menentang, tapi tidak ada yang berani mengaturnya. Ia sudah siap dengan semua konsekuensi saat memilih Iris sebagai istri.

Nikolai tanpa sadar tersenyum, saat membayangkan Iris yang menari dengan wajah berbinar dan rambut bercahaya. Gadis cantik dengan kepribadian hangat dan menyenangkan, adalah pasangan yang cocok untuknya.

**

Tidak ada jawaban dari Nikolai, hanya berupa anggukan kepala.

"Kenapa dengan dia? Maksudku, ada banyak gadis untuk dinikahi. Kalau cuma ingin menghindari perjodohan dengan Maila, kenapa harus gadis itu. Aku nggak bicara soal harta, tapi kedewasaan Nikolai. Kamu memerlukan perempuan kuat untuk mendampingimu."

Nikolai mengangkat wajah, menatap sangat kakak lekat-lekat. Di antara semua keluarganya yang mengatakan menyayanginya, ia tahu orang yang paling tulus adalah sang kakak. Norris memang terlihat angkuh, tapi secara umum sangat baik.

"Iris jauh lebih kuat dari perempuan mana pun yang aku kenal. Jauh lebih hebat dibandingkan anak-anak orang kaya itu. Aku tidak ingin mengatakan kalau semua anak orang kaya sama. Tapi, ketulusan mereka dalam mencintaiku, tidak teruji seperti Iris."

Norris menghela napas panjang. "Kamu bilang dia mencintaimu. Lalu, kamu sendiri bagaimana? Juga mencintainya?"

Nikolai tertawa lirih. "Aku yakin suatu hari nanti pasti mencintainya. Iris itu medah sekali untuk dicintai, Kak."

"Ini pernikahan, Nikolai.Untuk seumur hidup."

"Aku tahu, karena itu sudah yakin untuk memilih orang yang sesuai. Iris jawabannya."

Norris menyandarkan punggung ke kursi, merasa tidak berdaya dengan sikap adiknya yang tidak tergoyahkan. Tadinya ia datang dengan niat untuk membujuk tapi ternyata, gagal. Entah apa yang ingin dicapai Nikolai dengan pernikahan ini tapi keinginan yang pantang menyerah dan tidak tergoyahnya, membuat Norris merasa kalau semua upaya untuk menasehati sia-sia.

"Nikolai, jangan sampai kamu menyesali keputusanmu ini."

Tidak, akan."

Setelah sang kakak pergi, Nikolai termenung sesaat menatap layar laptopnya. Ia yakin kalau saat ini dianggap bersikap tidak masuk akal dengan menikahi Iris. Ia tahu semua orang bertanya-tanya tentang keputusannya. Semua keluarga besarnya menentang, tapi tidak ada yang berani mengaturnya. Ia sudah siap dengan semua konsekuensi saat memilih Iris sebagai istri.

Nikolai tanpa sadar tersenyum, saat membayangkan Iris yang menari dengan wajah berbinar dan rambut bercahaya. Gadis cantik dengan kepribadian hangat dan menyenangkan, adalah pasangan yang cocok untuknya.

**

Iris berjibaku dengan ayam-ayam. Entah apa yang terjadi dengan mereka, hari ini menolak bekerja sama untuk masuk ke kandang. Satu tertangkap, dua lainnya berhasil melarikan diri dan itu terjadi terus menerus membuat Iris kesal. Ia berdecak menatap telapak tangannya yang kotor, dengan tanah menempel di kaki dan siku. Belum lagi bulu yang menempel di pakaian dan rambutnya. Nikolai mengatakan sebentar lagi akan datang untuk menjemputnya, dan yang Iris lakukan bukan bersiap-siap menyambut kekasihnya tapi malah berjibaku dengan ayam.

"Kalian ayam-ayama kurang ajar, ya! Sengaja mengerjaiku! Lihat saja nanti, akan kupotong leher kalian, untuk jadi santapan para tamu. Saat aku menikah nanti! Ingat janjiku!"

Selesai berucap Iris menjerit saat satu ayam melompat dan hampir mengenai mukanya. Iris menjerit, kembali mengejar ayam hingga mencapai halaman depan. Beberapa orang terlihat di dekat pagar, saat melihat Iris datang mereka melambai dengan penuh antusias.

"Iriis, kami datang untuk berkenalan denganmu," teriak seorang pemuda belasan tahun.

"Salaah, kami ingin meminta foto." Kali ini perempuan setengah baya yang bicara.

Iris menegakkan tubuh, menatap mereka yang berdiri di luar pagar. "Aku bukan artis, kenapa kalian minta foto?"

"Kamu bukan artis tapi kamu selebrity!"

Orang-orang yang berkumpul berjumlah kurang lebih lima belas orang dan semua berteriak sambil bertepuk tangan menyetuju i ucapan temannya. Iris tertawa lirih, mengibaskan bulu dari pakaiannya.

"Begini, aku bukan selebrity juga. Aku hanya gadis petani biasa."

"Iris, kamu calon istri tuan kami, Tuan Nikolai. Beliau orang yang baik, memberi kami tempat tinggal dan segala macam. Makanya kami datang untuk mengucapkan selamat menikah dan ingin berfoto denganmu."

Lagi-lagi terdengar teriakan dengan tepuk tangan meriah. Iris menghela napas panjang, seumur hidup baru mengalami kejadian ajaib seperti ini. Orang-orang tak henti-hentinya datang setelah rencana pernikahannya dengan Nikolai diumumkan ke publik. Biasanya, sang papa yang mengatasi mereka tapi kali ini di rumah hanya ada dirinya sendiri. Dengan terpaksa ia menghadapi mereka.

"Begini, aku berterima kasih atas kunjungan kalian. Merasa tersanjung karena kalian baik padaku. Tapi, aku bukan artis. Jadi—"

Kata-kata Iris terputus saat dari arah halaman belakang puluhan ayam berlarian dan beterbangan. Iris ternganga, sadar lupa mengunci pintu kandang. Ia membayangkan banyak tanaman yang akan rusak oleh ayam-ayam itu. Ia berlari ke pagar dan membukanya.

"Aku akan berfoto atau apa pun itu dengan kalian, kalau membantuku menangkap ayam-ayam itu!"

Orang-orang berhamburan masuk, saling bahu membahu menangkap ayam. Rumah Iris yang biasa tenang, kini seolah menjadi medan pertempuran antara ayam dan para tamu. Halaman dipenuhi kokok ayam, teriakan orang-orang dengan debu dan bulu berhamburan. Lima ayam tertangkap dan sisanya masih memberontak. Mereka terus berjuang menahan laju perlawanan ayam dan tidak menyadari ada sebuah mobil berhenti di depan pagar.

"Ada apa ini?" tanya Nikolai dari jok belakang, melihat orang-orang berlarian di halaman. Ada Iris di antara mereka. Calon istrinya itu mengejar seekor ayam dan terjatuh di tanah yang keras.

Pram membantu Nikolai turun dari mobil. Tidak ada yang sadar akan kedatangan mereka karena orang-orang itu masih sibuk bertarung melawan ayam-ayam. Nikolai berhenti tepat di depan pagar saat Iris terjatuh dan berguling di tanah tepat di hadapan dirinya.

"Iris, kenapa setiap kali aku melihatmu, selalu punya masalah dengan ayam?"

Iris mengedip, lalu ternganga. "Tuan Nikolaaii!"

.
.
.
Tersedia versi lengkap di Karyakarsa. Cerita ini sangat panjang dan berliku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro