Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11b

Norris mememakan tiga oyster, mendengarkan dengan jenuh percakapan Iris serta Nikolai. Tidak tahan berdiam diri, ia mengajak anaknya mengobrol.

"Dari mana saja kamu, berhari-hari nggak pulang?

Jeremy menjawab acuh tak acuh. "Berselancar. Lihat kulitku jadi kecoklatan."

"Pergi ke pantai mana?" Kali ini Dasha yang bertanya.

"Maldives. Bulan depann mau ke Hawai."

"Ckckc, beda kalau tuan muda memang. Jalan-jalan terus tanpa perlu bekerja," celetuk Dickson.

Norris menyandarkan punggung, menatap Dickson dengan menyipit. "Paman, ada masalah apa dengan anakku? Dia pergi menggunakan uang kami pribadi."

Dickson tertawa lirih. "Tidak ada yang salah. Bagus malah. Menghambur-hamburkan uang di masa muda. Asal jangan sampai bangkrut nanti."

"Paling tidak! Keluargaku nggak numpang!" sela Jeremy keras.

Ketegangan melanda setiap orang di meja, keluarga Norris melawan Dickson. Nikolai merasa sakit kepala. Ia menyingkirkan piring kosong, meneguk anggur dan memukul permukaan piring dengan sendok. Seketika, semua perhatian tertuju padanya. Ia melrik Iris yang memucat. Pasti gadis itu merasa aneh, melihat orang-orang adu mulut di ruang makan. Keluarganya memang di luar nalar.

"Setiap ada kesempatan, kalian pasti berdebat. Aku bisa pastikan, rumah ini akan menjadi ajang pertarungan kalau dibiarkan. Apa ini yang dikatakan sebagai keluarga terhormat?"

Perkataan Nikolai membungkam mulut semua orang.

"Aku akan mengumumkan satu hal penting karena itu mengajak kalian berkumpul. Bukan untuk mendengar kalian saling mencaci maki!"

Jantung Iris seakan melompat keluar mendengar perkataan Nikolai. Semua makanan yang semula ditelan dengan enak, kini seolah memenuhi perutnya. Berharap sekali tidak memuntahkan semua makanan yang masuk ke mulutnya. Nikolai meraih tangannya dan menggenggamnya lembut. Iris menahan napas di bawah tatapan membara para penghuni rumah.

Ia pernah merasa seperti sekarang, saat pertama kali menginjakkan kaki di sekolah elit. Anak kampung yang masuk ke ranah pergaulan anak-anak dengan status sosial yang tinggi. Ia gemetar dari ujung rambut sampai kaki saat diperkenalkan di depan kelas dan menjadi bahan cemooh seluruh kelas. Saat itu, ia ingin pingsan atau lari dari kelas dan situasi pada saat itu. Nyatanya, ia tetap bertahan hingga tiga tahun dan lulus. Kali ini, seharusnya ia bisa lebih kuat karena ada Nikolai bersamanya.

Jemari laki-laki itu kuat dan lembut secara bersamaa. Penuh kehangatan, dan menjanjikan kebersamaan. Nikolai seolah ingin mengatakan pada Iris untuk tidak takut menghadapi apa pun. Masa depan milik mereka sendiri, bukan ditentukan oleh norma masyarakat atau juga orang-orang di keluarga ini.

"Kamu sudah siap?" tanya Nikolai.

Iris menggigit bibir bawah dan mengangguk. "Iya, Tuan."

Nikolai tersenyum. "Jangan takut, nanti kamu akan terbiasa dengan mereka kalau sudah menjadi bagian dari keluarga ini."

Perkataan Nikolai menimbulkan tanda tanya, mereka saling pandang dengan bingung. Sampai akhirnya mendengar pengumuman Nikolai yang diucapkan dengan nada tegas dan suara jernih.

"Aku ingin mengumumkan satu hal penting pada kalian. Satu hal yang akan mengubah hidupku untuk selamanya."

Nikolai mengangkat tangan Iris dan mengecup punggungnya. Tindakannya membuat semua orang melotot kaget.Ada apa sebenarnya? Nikolai yang biasanya menjaga jarak dengan perempuan, kini bersikap sangat manis. Mereka mengarahkan tatapan pada Iris yang menunduk dengan wajah bersemu merah. Norris bahkan meletakkan gelas anggurnya dan menegakkan tubuh. Pram yang berdiri di dekat pintu, menahan semua pelayan yang seharusnya masuk untuk menghidangkan makanan penutup. Ruangan sunyi senyap, tidak ada yang bicara.

"Aku perkenalkan pada kalian, tunanganku. Iris dan aku akan menikah secepatnya."

Klang!

Suara sendok jatuh menimpa piring, itu adalah Popy yang kaget. Setiap orang menatap tajam tanpa bereaksi. Tidak ada yang bergerak dari tempat mereka, semua mematung menatap Iris dan Nikolai bergantian.

"Kalian pasti kaget dan bingung." Nikolai tersenyum. "Tidak masalah. Pelan-pelan kalian akan menerima keadaan ini. Mulai sekarang, keluarga kita dengan keluarga Rosenwood adalah famili. Apakah penjelasanku bisa diterima."

"Kenapa dengan gadis itu?" Jeremy yang pertama membuka suara. "Bukannya Uncle punya pacar? Siapa itu? Medeline? Bukankah kalian saling mencintai? Kenapa menikahi gadis lain?"

Nikolai menatap keponakannya. "Urusanku tidak seharusnya menjadi urusanmu. Dengan siapa aku menikah, tidak seharusnya kalian mengaturku."

"Kamu yakin Nikolai?" tanya Norris. "Kalau hanya mengajak ke pesta, atau berkencan dengan gadis ini, nggak masalah. Bagaimana pun dia gadis cantik. Tapi menikah? Ya Tuhan, siapa yang ingin menikah dengannya?"

"Akuu!" jawab Nikolai tegas. "Iris sudah setuju dan tidak peduli apa kata kalian, kami akan tetap menikah."

Popy berdehem, meraih segelas air putih dan menandaskannya. Terlalu kaget untuk bicara. "Nikolai, Sayang. Pikirkan masa depanmu," ucapnya.

"Bibi, aku justru sedang merencanakan masa depanku."

"Menikah bukan pilihan."

"Saat ini, yang terbaik adalah menikah dengan Iris."

Nikolai mendebat semua pertanyaan tentang Iris. Ia menjelakan dengan gamblang satu per satu. Tetap tenang meskipun banyak sekali penyangkalan. Tidak masalah kalau keluarganya mendebat tapi keputusan ada di tangannya.

Anya mendadak bangkit dari kursi dan menuding Iris. "Aku tidak setuju punya sepupu miskin seperti dia!"

Nikolai menghardik. "Tidak ada yang memerlukan persetujuanmu di sini. Kalau kamu tidak suka calon istriku, kelak kalau kami sudah menikah kalian bisa pergi dari rumah ini. Aku bebaskan kalian!"

Popy menarik gaun anaknya dan memintanya duduk kembali. Anya menunduk dengan lunglai.

"Kalian tinggal di sini, dengan alasan ingin merawatku. Tidak masalah. Aku hargai itu. Tapi, kalau aku sudah punya istri, kalian tidak diperlukan lagi. Ada baiknya kalian memikirkan masa depan sendiri. Tidak ada yang yang harus kalian kuatirkan."

Semua terdiam, saling pandang dengan ekspresi berbeda-beda. Ada yang menganggap Nikolai gila, dan tidak bernalar. Ada juga yang memikirkan bagaimana kelak menjalani hidup kalau keluar dari kenyaman di rumah ini. Diam-diam, pandangan mematikan mereka arahkan pada Iris. Untuk kali ini semua sepakat, gadis itu pembawa bencana.
.
.
.Di Karyakarsa sudah update bab 43-46

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro