15. Pertunangan Rena Zidan (PRZ)
Badan lemas, tenggorokan sakit, mata berkunang-kunang..
Kata dokter sih..
Keracunan janji manis 😝
Happy reading
.
.
.
.
Zidan merasa dirinya seperti disauna saja. Keringatnya keluar tanpa disuruh, mengalir deras bak air sungai. Zidan menelan salivanya berat, keringatnya sesekali dia seka dengan punggung tangannya. Kemeja yang dia pakai sekarang sudah basah dibagian punggung akibat derasnya keringat dia yang keluar tanpa permisi dan tanpa diminta.
"Berasa sundel bolong ya Ver, punggungnya kakak basah" dengan beraninya Halwa dan Vero terkikik geli menertawakan kakaknya yang sedang gugup.
"Terserah kalian aja. Aku lagi gak mood buat ngunyah kalian berdua"
"Uh takut" ejek Halwa. Rania menggelengkan kepalanya, melihat ketiga anaknya mengejek. Mereka sedang berada di mobil Affandi, di perjalanan menuju rumah pribadi Arsa untuk melamar Rena secara langsung.
"Udah siap kak? Ayo turun" instruksi dari Affandi, saat mereka sudah sampai di pelataran rumah Arsa.
Zidan merasa dirinya bukan lelaki sejati kalau dia kabur begitu saja. Melihat banyaknya keluarga Azalea dan Arsa dirumah itu, membuat nyalinya menciut. Siapa yang tidak tahu keluarga Azalea dan Arsa yang berbasic militer. Zidan mengganti kemejanya yang tadi dengan kemeja batik yang sama dengan Rena. Semua yang memilihkan adalah Rania.
"Buruan kak" Rania berkacak pinggang melihat keleletan anak sulungnya itu.
Setelah Rena pulang dari rumah sakit minggu lalu, Rania mendapatkan kabar dari Azalea bahwa Rena menerima perjodohan itu. Dan Sekarang Zidan masih tetap tidak percaya, bahwa Rena menerima dirinya.
Zidan masuk kedalam rumah itu dan melihat sekeliling yang rame, tapi dia tidak menemukan Rena disana. Zidan melihat Arga duduk bersama Lily anak dari dosennya dulu. Zidan masih ingat, dia pernah bertanya pada Rena saat dirinya menjenguk Rena dirumah sakit setelah adegan perjotosan itu.
"Arga apa kabar?" Tanya Zidan ke Rena yang sedang makan.
"Baik" Rena melanjutkan makanan yang rasanya hambar, dia tidak terlalu berminat makan.
"Kamu kembali dengan Arga ya? Kalau memang Arga pilihan kamu--" Zidan tidak melanjutkan ucapannya tadi, dia melihat Rena yang menahan tawa.
"Bang Gaga tuh mau nikah dua minggu lagi sama kak Lily sepupu aku" Zidan melongo mendengarnya, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya bersorak gembira mendengar kabar itu.
Zidan tersadar kala Halwa menyikut perutnya dan memberi kode dengan matanya bahwa Rena sudah turun. Zidan terperangah dengan kecantikan Rena saat ini. Memakai kutu baru warna merah dan rok lilit batik senada dengan kemeja yang dikenakan Zidan saat ini. Rena berjalan mendekat kearah Zidan yang berdiri ditengah Affandi dan Rania. Rena berdiri diapit oleh Azalea dan Arsa.
"Assalamualaikum Ren, apa kabar?" Basa-basi busuk dia lakukan agar tidak grogi. Zidan mengatur nafasnya saat melihat Rena yang setia menunduk.
"Saya dan kedua orang tua saya kesini untuk melamar kamu sebagai istri saya dan ibu dari anak-anak saya"
"Ciyeee" sorakan dari para sepupu Rena membuat Zidan sedikit tersenyum. Rena masih setia menunduk dan menggigit bibir bawahnya, dia ingin tertawa saja dari tadi melihat Zodan grogi seperti ini, seperti bukan dirinya yang setia bermulut pedas bak bon cabe level iblis.
"Mau kah kamu menerima lamaran saya Rena?" Rena mendongak dan menatap Zidan saat namanya disebut. Rena memandang kedua orangtuanya dan mereka mengangguk.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya kak, saya terima" tepuk tangan riuh terdengar dari para sepupu Rena, mereka seakan merasa senang Rena bisa memiliki pasangan.
Zidan memasangkan cincin pertunangan mereka di jari Rena. Rena hanya diam dan melihat cincin di jarinya.
Ibu, Ayah, ijinkan Rena bahagia, doakan Zidan adalah yang terbaik untuk Rena. Batin Rena berdoa.
"Terimakasih Rena" Rena hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
🔫🔫🔫
Persiapan pernikahan Rena dan Zidan secara matang benar-benar terlaksana. Hari ini Rena sedang bersiap untuk ke pernikahan Arga dan Lily.
"Kak, tuh si abang udah dibawah" teriakan Billal membuyarkan lamunan Rena.
"Iya" Rena segera mengambil sling bag miliknya dan turun kebawah untuk menemui Zidan. Mereka akan berangkat bersama.
"Tuh kakak udah turun" Billal baru saja pulang dari acara pernikahan Arga dan Lily, dia sedari pagi disana. Sedangkan Rena, dia baru saja pulang karena ada rapat mendadak jadi setelah acara ijab Qabul, dia langsung masuk kerja.
Zidan mengajak Rena masuk ke mobilnya. Sejak acara lamaran mereka satu Minggu yang lalu, mereka terlihat jarang memberi kabar, apalagi Rena seperti enggan untuk menghubungi Zidan.
"Rena" Rena menoleh kesamping. "Bisa saya minta tolong" Rena mengangguk.
"Tolong apa?"
"Tolong kamu kasih kabar ke saya, saya juga ingin tahu kabar dari kamu. Komunikasi itu penting Rena" Rena mengangguk paham.
Sejak dirinya menerima perjodohan itu, dia tak banyak bicara dengan Zidan. Takut jika dirinya mendapat nyinyiran gratis dan lebih pedas kalah dengan yang karet 2.
Mereka memasuki gedung terselenggaranya acara pernikahan Arga dan Lily. Disana Akbar sudah melambaikan tangannya pada Rena agar mendekat. Rena mengangguk paham.
"Saya kesana dulu boleh?" Tanya Rena yang akhirnya membuka suara. Zidan tersenyum dan mengangguk.
"Saya juga mau ke tempat teman saya" Zidan memperhatikan Rena yang berjalan dengan senang menuju Akbar dan Tari.
"Lo pasti gak akan percaya kabar ini" Rena menunggu Tari bercerita. "Firka lagi dekat dengan seorang polisi"
"Oh ya? Namanya?" Rena penasaran.
"Ck.. mantan fans lo" kata Akbar tak sabaran. Rena hanya beroh ria.
Akbar menunjuk Firka dan Radika yang baru saja masuk dengan dagunya. Firka terlihat mengembangkan senyumnya saat dekat dengan Radika. Rena berharap, dia bisa melihat keduanya bahagia.
"Kak, ayo ikut Mama sebentar" Rena mengangguk dan mengikuti Azalea menuju meja para sepupunya itu.
"Aku ambil minum dulu ya" Rena berlalu ke meja panjang tempat tersedianya minuman.
Rena mengambil minuman. Seorang lelaki menghampirinya dan juga mengambil minuman disebelahnya.
"Rena right?" Rena mengangguk, masih mencoba mengingat lelaki disampingnya itu. "Lupa dengan gue?" Rena mengangguk.
"Gana, ingat?" Rena mencoba mengingat nama Gana. Rena mengangguk dan tersenyum tipis.
"Ya ingat. Teman Lily atau bang Arga?"
"Bang Arga, aku pernah jadi client dia untuk kantor aku" Rena mengangguk mengerti.
Zidan tak suka melihatnya, Zidan segera menghampirinya. Zidan menatap tajam Gana, dia tak suka jika Gana dekat dengan Renanya.
"Mau apa lo?" Zidan berbicara dengan nada ketus. Rena mengamati Zidan dan Gana secara bergantian.
"Apa kabar kak? Kakak datang juga?" Tak ada jawaban dari Zidan. "Aku datang sama Papa" Zidan hanya diam dan menarik Rena mendekat.
"Gana, Zidan?" Sapa seorang lelaki paruh baya pada mereka, Rena hanya diam mencoba mencernanya sendiri.
"Ayo pulang" Zidan menggandeng tangan Rena, tapi Raditya memegang lengan Zidan dan berhenti, mengamati lengannya yang dipegang Raditya.
"Lepaskan" Raditya melepaskan cekalan tangannya. "Ada perlu apa?"
"Kenapa kamu gak pernah jawab telepon dari Papa?"
Papa? Jadi Zidan anak bapak ini. Batin Rena.
"Sibuk"
"Dia siapa nak?" Raditya menunjuk Rena yang hanya diam.
"Namanya Rena, Pa. Dia teman SMA ku dulu. Cantik kan Pa?" Tanya Gana dengan wajah berseri-seri.
"Jaga mulutmu. Dia Rena calon istri saya. Ayo Rena kita pulang" Zidan menggandeng tangan Rena.
"Tapi kak, mereka keluarga kakak kan?" Tanya Rena takut-takut.
"Hmm.. ayo pulang" Zidan menarik tangan Rena menuju pelaminan untuk menyalami Arga dan Lily.
"Pernikahan kita dipercepat Rena" Rena menatapnya horor.
Ajegile dipercepat, yang bener aja. Batin Rena.
🔫🔫🔫
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro