12. kondangan
"[NAAAMEEE], BANG GEMPA NIKAH!"
Blaze berteriak di dalam rumah dengan air mata yang sudah menetes, dia saat ini tak tahu ingin sedih atau senang. Apalagi, Gempa mengabarinya sangat mendadak.
Siang ini, Gempa akan melaksanakan ijab kabul dengan calon istrinya di kota sebelah, dan keenam saudaranya tak ada yang tau tentang ini. Iya, mendadak banget. Gempa minta restu aja tadi malem.
"Hah ... kok bisa?"
"Kok kamu malah heran, sih? Alhamdulillah, dong! Akhirnya Bang Gem ga jomblo lagi."
"Ya iya, tapi gimana ceritanya ... kapan lamarannnya? kok bisa langsung nikah gitu?"
Blaze sedikit menggaruk rambutnya, ia tak tahu mau menjelaskannya pada sang istri bagaimana. Soalnya, kisah cinta saudaranya ini pada awikwok semua kecuali kisah cinta punya Taufan dan Thorn, oh, mungkin dia juga.
"Umh ... Bang Gempa jadi pebinor."
"HAH?!"
Shock, lah, [Name]. Gempa yang anak baik begitu kok bisa jadi pebinor, alias Perebut Bini Orang.
"Ugh, aku gak tau gimana jelasinnya! Intinya si Bang Gem gantiin posisi pengantin pria. Dia kabur pas h-1 nikahan. Terus ustadz yang dulu ngajar kita bertujuh, nawarin Gempa buat jadi penggantinya...."
"Ih, keren banget Gempa, walau agak ga nyangka ... astaga, yang jadi pengantin Gempa pasti bahagia banget punya Suami kayak dia."
"Emang kamu gak bahagia punya Suami kayak aku?"
[Name] terkekeh, "enggak," jawaban singkat itu membuat Blaze cemberut, ia akan merajuk jika [Name] tak melanjutkan perkataannya tadi.
"awalnya, sih, aku pikir gitu. Tapi sekarang, kita punya Faya. Itu belum cukup jadi bukti buat kamu, kah, Blaze?"
Ketika mendengar lanjutan dari [Name], Blaze langsung merona dan salah tingkah. Ia melakukan roll depan dan belakang secara tiba-tiba membuat [Name] bingung.
"HUHUUU LUCU BANGET ISTRINYA BLAZE!"
Sambil melakukan roll depan dan belakang, ia berkata seperti itu. "Astaga, Blaze...." Nah, yang ini pun juga sama. Salah tingkah ketika disebut lucu. Tapi bedanya, tetap kalem.
"Terus, kita harus siap-siap ke sana, gitu?"
"Iya, lah. Tapi bakal makan waktu, sih. Kemungkinan kita sampe sana malem, jadi gak liat ijab kabul Bang Gem, tapi Ayah sama Bunda udah ke sana, sih. Katanya sejam lagi nyampe."
[Name] sebenarnya malas, sih. Tapi ketika mendengar orang yang ia kagumi saat SMA itu sudah memiliki pasangan, mana mungkin ia lewatkan, kan?
"Mmaaaaa!" dari dalam kurungan ranjang, Faya berteriak ceria pada ibunya yang masih salah tingkah karena sang ayah.
"Aduh, udah bangun?"
Bayi manis kesayangan Ayah Blaze dan Mama [Name] itu mengangguk senang. "Ululu, haus? Mau minum?"
"Ndaaaaa!"
"Hari ini kita bakal ketemu Om GemGem, Faya bakal dapet Tante baru, loh. Inget apa kata Ayah waktu itu? Iyap! Tante baru = sepupu baru."
Aduh, kelakuan.
Faya terlihat kebingungan ketika ibunya menjelaskan, namun, di mata [Name], bayi manisnya ini terlihat menggemaskan.
"Ayo siap-siap. Biarin aja Ayahmu roll depan belakang kayak begitu."
――――☆。
"Eh, [Name]?"
Saat ini mereka sudah sampai di lokasi acara pernikahan Gempa. Namun saat sedang mengambil sirup, dirinya bertemu dengan bapak mertuanya.
"Ha-Halo ... Ayah."
Amato tertawa kecil, ia menepuk-nepuk pundak menantu keempatnya dengan pelan, "enggak usah gagap begitu. Santai aja. Ayah gak mau labrak kamu, kok. Bisa-bisa Ayah yang habis sama Blaze."
[Name] hanya tertawa canggung, dalam hati ia berharap ada kakak iparnya atau adik iparnya yang menghampiri dirinya dan membantu ia untuk kabur dari hadapan bapak mertua.
"Gimana Cucu Ayah?"
"Faya? Faya sekarang udah bisa ngomong dikit-dikit. Jalan juga sudah mulai bisa, walau harus dipegangin, tapi Blaze bilang dia liat ambisi Faya yang mau belajar jalan."
"Kamu percaya pas anak saya bilang gitu?"
"Enggak sepenuhnya."
Lagi lagi, bapak mertuanya itu tertawa, "jangan percaya sama omongan Blaze, Nak. Emang itu anak satu agaknya suka ngaco kalo ngomong."
Andai saja Blaze ada di sini, pasti perdebatan sudah terjadi.
"Tapi Blaze baik, kok. Lembut banget ke saya, Yah."
"Oh iya? Gak ngereog tuh anak?"
"Selalu, sih. Tapi dia baik! D-dia jaga saya baik-baik. Padahal saya kira saya bakal gak betah tapi ... kelakuan dia selalu bikin betah aja, sih."
"Waduh, kamu perempuan pertama yang tahan sama Blaze setelah semua perempuan yang pernah pacaran sama Blaze. Kebanyakan mereka gak tahan sama Blaze pas udah tau sifatnya yang ga bisa diem itu ngeri banget."
"Oh, Blaze pernah pacaran?"
"Gak pernah, Yang! Jangan dengerin kata Ayah!"
Tiba-tiba, laki-laki yang tadi diomongkan itu datang secara mengejutkan dengan mulut yang celemotan juga piring kue yang ada di tangannya.
"Loh, Blaze? Mana Faya?"
"Santai. Lagi sama Bang Hali. Coba liat aja noh Bang Hali, udah kayak mendadak jadi tempat penitipan anak."
Langsung saja Amato dan [Name] melirik ke arah Halilintar yang saat ini sedang dikelilingi para ponakannya. Ada dua anak Taufan yang sibuk menaiki punggung Halilintar, lalu ada Faya yang anteng di pangkuan Halilintar, dan anak laki-laki Halilintar; Arva ada di dekapan Halilintar sedang mencoba tidur. Tak lama ada dua bocah lagi yang ikut merecoki Halilintar.
Astaga, semangat Halilintar.
Gapapa kalau ponakan mah, kalau anak orang ga jelas asal-usulnya ya sama Halilintar dicuekin aja, deh.
"Blazeee, kasian Hali!"
"Ih, kasianin aku dong, [Name]. Aku gak bisa makan dari tadi karena jagain anak kita!"
"Payah. Dulu Ayah bisa makan sambil jagain tujuh anak, masa kamu yang cuma satu anak aja gak bisa, Blaze."
Nah, mulai nih Amato.
Sebelum [Name] sakit kuping, [Name] langsung minggir dan memilih untuk mendekati Halilintar yang sedang kusut wajahnya.
"Aku berasa punya dua anak jadinya...."
______
Whoah, semangat, dua chap lagi terus tamat.
Aku ga nyangka aku bisa nyelesain juga--kukira ga bakal selesai hari ini.
btw guys, time line blaze ini di book gempa chapter satu, ya! Ini ceritanya keadaan saudara gempa pas acara nikahan.
Halilintar yang direcokin bocil-bocil, solar yang foto-foto, taufan yang mesra-mesraan, thorn yang ga berhenti-henti meluk gempa, ice yang ngambek terus, blaze yang berusaha mencoba ambil makan.
See u!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro