Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. sebentar lagi


"Petok, Piyu, Pupu, Chips, Cola, Cicit, Mut, PikPik, TukTuk, Putu, JengJeng, Shaleh. Oke! Semuanya udah lengkap. Nanti kalian sama ponakan-ponakan Blaze dulu, ya. Raja kalian yang ganteng ini mau nemenin Yang Mulia Ratu ke RS dulu. Janji, kok! Pulang-pulang bawa Tuan Putri yang mungil."

Sebentar lagi [Name] akan melahirkan, Blaze memilih untuk menginap di rumah sakit dari pada panik ketika [Name] akan melahirkan tapi mereka masih di rumah.

Blaze belajar dari Taufan dulu, sie. Waktu istri Taufan mengandung Beliung, tiba-tiba istrinya berteriak kesakitan saat memasuki usia tujuh bulan, panik lah Taufan. Eh, akhirnya si Beliung lahir prematur.

Gak sabar mau liat dunia memang si Beliung.

Awalnya pas [Name] sudah memasuki bulan ke tujuh, Blaze mau nginap di rumah sakit, takut kayak Bang Upan katanya. Terus [Name] langsung reflek mukul kepala Blaze.

[Name], sih, lebih milih bayinya lahir normal di hari yang sudah diperkirakan.

Setelah berpamitan dengan dua belas ayamnya, Blaze langsung keluar rumah dan pergi ke mobilnya, di dalamnya sudah ada sang istri dan calon anak mereka yang menunggu.

"Astaga, kamu sesayang itu sama mereka?"

"Kakek moyang mereka udah nemenin aku dari umurku masih enam tahun, [Name]. Aku udah janji sama Kakek moyang mereka sebelum si Kakek meninggal. Aku janji bakal jaga cucu-cucu dan keturunannya sampe aku gede. Keren, kan? Kayak perjanjian Kekaisaran gitu."

[Name] hanya memutar bola matanya malas, suaminya ini memang butuh pertolongan. Tapi karena ia ini anak baik, ya, kan. Ia ikuti saja omongan kacau suaminya.

"Ayam-ayammu yang ada di rumah kita, itu kamu bawa dari rumah sebelumnya, kan? Ayam mana yang paling tua?"

"Iya. Shaleh namanya. Dia ayam tertua di rumah kita. Do'ain aja panjang umur ... awalnya aku mau namain dia Gempa, tapi Gempa gak terima namanya dipake buat ayam, dia ngancem pake bilang bakal goreng Shaleh!"

Namanya terlalu bagus untuk ayam, Blaze.

"Aku gak paham lagi sama kamu, Blaze."

Salah besar [Name] mengikuti alur kacau suaminya tadi. Harusnya ia diamkan saja dari awal, kenapa malah ia ladeni, sih?

Blaze tertawa mendengar ucapan istrinya itu.

"Ngomong-ngomong, aku udah beli kostum ayam buat kita berdua, loh! Buat dedek bayi ya terakhiran aja. Kan kita gatau ukurannya."

Tuh, kan. Seharusnya saat itu [Name] mencegah Blaze yang memiliki ide ingin pakai kostum ayam sekeluarga.

"Blaaazeee!"

"Apa? Apaaa? Mau ngambek? Ngambek aja sana, syuh syuuuh."

Nyebelin. Tapi namanya juga Blaze. Salah satu member TTM yang membuat Halilintar stres.

――――☆。

"Blaze?"

[Name] mengucek matanya pelan. Sekarang mereka sudah berada di rumah sakit, lebih tepatnya sudah dua hari menginap di rumah sakit. Esok [Name] akan melahirkan.

Ini jam satu lewat lima belas menit, dan [Name] dikejutkan dengan penampakan suaminya itu mendadak seperti orang alim.

Ya iya lah, [Name] shock banget pas kebangun terus liat Blaze lagi tahajudan. Kesambet apa gitu? Pikir [Name].

"Serem banget...."

Takut dong mbak [Name].

Blaze yang baru saja menyelesaikan ibadahnya menoleh pada [Name] yang menatap dirinya dengan pandangan takut.

"Oh, [Nameee]. Kamu kenapa kebangun?"

Sumpah! Siapapun tolong bilang kalau ini mimpi. Sejak kapan Blaze seperti ini? [Name] semakin dibuat ketakutan olehnya.

[Name] sampai berpikir, ini Halilintar atau Gempa yang sedang menyamar menjadi Blaze.

"Kamu mau sesuatu? Mau ke kamar mandi? Atau kamu haus?"

"Enggak ... tapi tumben, Blaze. Kamu gak salah makan, kan?"

Mengerti kemana arah pembicaraan [Name], Blaze langsung cemberut. Males ibadah salah, pas rajin ibadah juga salah. Terus kudu apa toh Blaze?

"Iiih [Name]. Bagus, dong harusnya! Kok malah dibilang tumben, sik. Padahal aku udah usaha bikin alarm banyak jedanya semenit biar bisa bangun."

"Ya tapi dalam rangka apa ini, Blaze?"

"Doa, lah. Kan besok eh hari ini, deh. Ini udah masuk jam satu malam soalnya. Kan kamu udah mau melahirkan, ini tuh aku berdoa biar semuanya lancar tauuu."

Subhanallah Blaze, kesambet apa kamu?

[Name] mengerjapkan matanya beberapa kali sampai akhirnya ia hanya mengangguk.

"Makasih do'anya, Blaze. Kamu nanti temenin aku masuk ke dalam sana, kan?"

"Huwaaa aku kayaknya gak bakal kuat, deh. Tapi aku mau masuuuk."

Blaze menghambur dirinya ke dalam pelukan sang istri. Ia sedikit berhati-hati ketika ambruk di pelukan istrinya, biasanya, sih, dia tak hati-hati. Langsung saja diterjang si [Name]. Tapi karena kali ini ada bayi mungil yang akan lahir besok, Blaze jadi berhati-hati.

"Kalo gitu, gausah masuk. Nanti kamu berisik."

"Tapi masa kamu sendirian di sana? Apa gak takut? Ini kan pertama kalinya."

"Aku pernah nanya yang lain. Waktu itu Istrinya Thorn bilang rasanya kayak digigit kucing. Tapi pas tanya ke Istri Kak Upan, Istrinya langsung ketar-ketir. Tanya ke Istri Solar, dia bilang 'nanti juga tau sendiri' gitu."

[Name] kan, jadi bingung mau percaya yang mana. Tapi sepertinya [Name] condong ke istri Taufan.

"Kamu, tuh. Nanyanya jangan ke mereka. Tanya ke Bunda atau Mama. Kan mereka lebih berpengalaman."

"Tapi kakak ipar ku kan juga berpengalaman."

"Kan mereka baru satu-dua kali melahirkan. Loh, Bunda sama Mama? Kamu hitung aja saudaraku sama saudaramu ada berapa."

Walah, betul juga Blaze. Ia kan tujuh bersaudara dan Blaze itu anak tengah, sedangkan [Name] sendiri empat bersaudara dan [Name] itu anak sulung.

"Iya, ya? Betul juga. Aduh, aku jadi haus, kan."

Mendengar ucapan istrinya. Blaze mengerutkan keningnya bingung. Apa hubungannya dengan fakta yang ia ucapkan? Tapi Blaze tak terlalu peduli dengan itu. Ia bangkit dari pelukan [Name] lalu mengambil salah satu botol plastik bermerk yang isinya air putih biasa.

"Nih, lagian kok bisa kebangun, sih? Kamu tadi kenapa kebangun?"

"Aku tadi mau benerin posisi tidur lagi. Tapi aku kaget pas kamu gak ada di sofa."

Suaminya itu terkekeh, ia menepuk-nepuk kepala istrinya pelan lalu duduk di pinggir ranjang rumah sakit.

"Semangat buat besok, ya, manis."

Setelahnya, sebuah ciuman lembut Blaze berikan tepat di bibir ranum milik [Name]. Ia sedikit melumat bibir sang istri dengan penuh kenikmatan, sebelum akhirnya segera ia akhiri karena takut istrinya kehabisan napas. Akan gawat jika istrinya kehabisan napas karena dirinya.

"Blaze, kamu kebiasaan...," [Name] menutup wajahnya yang memerah menggunakan satu tangannya. Ia sedikit terkejut ketika Blaze membuka paksa akses masuk ke dalam mulutnya. Ia pikir hanya sebuah kecupan kecil sebagai penyemangat untuk besok.

"HAHAHA! Tapi kamu suka, kan?"

Sudahlah, [Name] memilih tak menjawab, ia masih malu karena aksi mendadak Blaze tadi.

"Oke-oke! Maafin aku, deh. Aku gak tahan lagi soalnya. Aku kan, juga kangen sama hal kayak gitu. Sembilan bulan ini aku extra sabar, loh. Anggap aja tadi itu imbalan buatku!"

"Ugh ... Blaze, kamu orang ternyebelin."

"Ternyebelin atau tersayang?"

"Tidur!"

[Name] langsung melempar bantal rumah sakit ke arah Blaze.

_________

HALOOOO, adakah yang masih bangun?

Jiakh, blez ini mateng sekali persiapannya.

Mungkin blez kalah kalo tentang suami idaman, tapi kayaknya kalo ayah idaman, hemz, sabilah blez diseleksi.

GATAUUU KENAPAAA tp aku suka aja kalo blez jadi bapak-bapak yang punya anak gitu. kayak, seru ga si punya bapak modelan blez? walau ga menjamin ketenangan rumah.

oke udah itu aja, see u besok!








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro