Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. marah


"Hatchim!"

Pria yang biasanya selalu bersemangat kini tengah berbaring lemah di ranjangnya dengan sang istri. Sakit karena kemarin tidur di luar.

Bukan dihukum oleh istrinya, tapi tadi malam [Name] sudah tidur lebih dulu karena sedang demam. Blaze saat itu lembur, ia masih berada di restorannya menyambut tamu spesial yang tak bisa ia lewatkan.

Saat pulang, rumah terkunci dan Blaze tak bawa kunci cadangan. Terpaksa ia mengetuk pintu beberapa kali, juga menelpon [Name]. Namun hasilnya nihil. [Name] tak bangun untuk membukakan pintu, sepertinya ia baru saja bisa tidur nyenyak saat demam.

Lalu paginya, [Name] merasa aneh karena suaminya tak ada di samping dirinya. Segera ia mengecek ponselnya karena khawatir, ada dua ratus ribu lebih chat dari Blaze.

Kebanyakan, sih, foto miris Blaze tiduran di depan pintu.

Astaga ... [Name] kan jadi merasa bersalah.

Dia langsung bangun menuju pintu rumah, dan benar saja. Saat di buka ada Blaze yang masih tertidur dengan muka pucat.

Aduh, kalau dilihat tetangga, bisa-bisa [Name] digosipin. Untung ini masih jam setengah lima.

"Blaze ... maaf, aku tidur nyenyak tadi malem. Pi-pindah, dulu, ya? Yuk, pindaah. Bangun dulu Blaze, kita pindah tidur ke kamar."

"Haishh bacot ah Bang, engwak usah sok tiruin [Nwanmee]!"

Padahal memang [Name].

[Name] jadi merasa bersalah banget, kan.

Makanya sekarang ia ada di samping suaminya yang pilek dan masuk angin karena tidur di depan teras rumah.

"Blaze ... maaf,"

Tangannya itu terus-menerus menarik piyama yang sedang Blaze kenakan. Tadi saat bangun, Blaze langsung [Name] bantu ganti baju walau ada sedikit drama pasutri. Setelahnya, Blaze ia arahkan ke ranjang untuk tidur yang benar.

Tidak seperti semalam.

"Hahaha, enggapapa. Kamu udah enakan? Kamu kan juga lagi demam kemarin, aku maklum kamu gabisa nungguin aku pulang."

"Udah dikit. Cuma masih pilek kayak kamu."

Mendengar jawaban istrinya, Blaze langsung bersyukur dalam hati, ia membawa sang istri ke dalam pelukannya sambil berbisik sedikit.

"Romantis banget ya kita? Sakit bareng."

Hadeh.

"Kamu gak marah?"

"Marah dikit."

Nah, loh. Mbak [Name] jadi panik plus bingung sekarang, guys. Gara-gara Blaze.

"Terus gimana, dong?"

"Lah, kok nanya? Orang kalo marah biasanya kamu apain? Aduh, [Namee]."

[Name] nampak berpikir sebentar, sebelum tiga kata keluar dari mulutnya.

"Peluk atau bujuk?"

"Udah, tuh. Kamu udah peluk aku tapi aku masih sebel."

"Kalo cium? Masih marah, gak?"

"Siapa tau? Coba dulu, dong."

Modus baru apalagi ini? Namun, istrinya itu malah mengangguk dan mencium Blaze di pipi. Membuat Blaze diam tiba-tiba.

"Udah gak marah?"

"...."

"Blaze...?"

"[Name] ... aku——AKUU MARAH BESAAR SAMA KAMU! CEPET CIUM AKU DI PIPI, JIDAT, BIBIR, SAMA HIDUNG BIAR GAK MARAH LAGI."

Sambil berkata seperti itu, Blaze mengeratkan pelukan mereka. Ia merasa gemas dan senang ketika istrinya memperlakukan dirinya seperti itu. Makanya, mana mungkin Blaze tak modus lagi, harus modus, dong.

"Huh, enggak mau."

"[Naaamee], ih. Kamu gak mau liat suamimu cepet sembuh?"

"Aku mau, kok."

"Makanya cium kalo gituu!"

Iyuh.

————☆。

"[Name], elus aku."

[Name] mengerutkan keningnya bingung, apa saat sakit suaminya akan menjadi lebih manja daripada saat sehat?

"Sayang, kamu gak mau elus aku?"

"Haish, sini-sinii."

Ketika ucapan [Name] itu keluar dari mulutnya, Blaze langsung menunjukkan senyum bahagianya. Ia maju mendekat pada [Name], lalu merebahkan kepalanya di paha sang istri, siap menerima elusan dari [Name].

Tapi saat [Name] mengelusnya, Blaze komen.

"Kamu kenapa kaku banget gitu, sih? Kayak gak ikhlas gitu ngelusnya."

"Bukan gak ikhlas, tapi aku gak biasa ngelus kepala orang."

"Kamu terlalu kaku sama orang dari dulu, kan? Hahaha, gapapa! Suamimu yang ganteng ini bakal ajarin kamu cara gak kaku sama orang."

"Kamu cowok ke enam belas yang ngomong kayak gitu...."

Blaze menaikan sebelah alisnya, "kamu punya mantan?" tanyanya penasaran.

"Hah? Enggak. Mereka cowo-cowo yang bilang bisa bantu aku biar ga kaku eh tapi ternyata itu cuma alasan buat pdkt."

"Ish, sekarang masih ada yang begitu?"

Maaf, Kak. Blaze cemburu dikit. Dikiitt gitu.

"Ada,"

"Siapa!?"

"Kamu."

Ya, gak, salah, sih.

"Tapii aku kan bukan buat pdkt. Ngapain pdkt kalo bisa sat set sat set langsung nikah."

[Name] terkekeh kala Blaze berucap seperti itu. "Padahal kita gak deket, aku kenal kamu juga cuma nama. Berani banget ngelamar."

"Berani, lah! Aku ganteng iya, mapan iya, punya usaha sendiri iya, pinter gombal juga ya paling belajar dulu dari Solar."

Astaga, Blaze ini.

"Kamu gak takut gitu aku nolak waktu itu?"

"Kalo ditolak, aku coba lagi nanti. Toh sekarang kamu gak nolak, kamu mau, kok!"

Senyum [Name] saat itu juga jadi pudar. Harus kah ia bilang pada Blaze yang sebenarnya? Tapi ia takut itu akan melukai perasaan Blaze.

"Blaze,"

"Ya?"

"Aku memang nerima kamu. Tapi kalo ternyata aku gak ada perasaan sama kamu dan ngerasa biasa aja, kamu bakal gimana?"

"... huh?"

_______________

WHSJSJDDJ HALOOO, aku balik lagi.

hayoo, mbak nem ternyata ga ada perasaan sama blez--padahal udah gitu, udah cium, udah peluk tp ternyata ga ada rasa--

ets, masa ga ada rasa? yakinn? yh tunggu saja minggu depan.

see u minggu depan!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro