[the flower and her sky]
[the flower and her sky]
...
yang namanya bunga matahari, jelas-jelas akan selalu menghadap ke matahari. bunga-bunga kuning ini memuja matahari bagai dewa. tapi memang matahari dewa mereka. tanpa matahari, mereka tidak akan bisa hidup.
hanya saja, meski aku juga menganggap matahari sebagai dewaku, aku jatuh cinta setengah mati pada langit. biru terbentang begitu luas dan seakan tanpa batas.
"bodoh kamu," kata mat di sebelahku. "sampai kapanpun kamu nggak akan bisa bertemu langit. cintamu sia-sia, nanti layu begitu saja."
tahari menyetujui. "mat benar. jangan buang waktumu. selamanya kita akan tertanam di sini. tidak mungkin pergi ke mana-mana."
tidak bisakah mereka mendukungku? ah, biar nanti mereka lihat sendiri saja. aku pasti akan bertemu langit.
...
suatu pagi, seekor lebah menghampiriku. dia pasti ingin mengambil nektarku, yang dengan sukacita kuberikan. siapa tahu lebah ini tahu caranya pergi menemui langit.
"minta izin mengambil nektarmu, ya?" tanya si lebah seraya mendekat.
"tentu boleh," sahutku. "namaku imata. kamu?"
"eba," balasnya, kemudian menyedot nektarku. "nektarmu enak."
"terima kasih. eba, apa kamu pernah bertemu langit?"
eba terdiam. "langit? belum. aku tidak bisa terbang setinggi itu."
"apa kamu tahu caranya menemui langit?"
"kata temanku ah-le, kamu bisa bertemu langit jika kamu terbang tinggi."
aku terdiam. aku tidak bisa terbang. "apa kamu tahu siapa yang bisa membawaku terbang?"
"tidak tahu," eba menggeleng. "tanya saja pada kupu-kupu. mungkin salah satu dari mereka tahu. nanti kupanggil kenalanku."
setelahnya eba pergi, dan aku menunggu kupu-kupu datang. untung saja, tak lama kemudian, seekor kupu-kupu menghampiriku.
"hai, imata. aku puku," kata kupu-kupu itu. "kata eba, kamu mencariku."
"kamu tahu siapa yang bisa membawaku menemui langit?"
puku hinggap di kelopakku, berpikir sebentar. "mungkin burung? biar kucarikan temanku. besok aku akan kembali."
sepeninggalan puku, mat dan tahari mengomeliku. tapi aku tidak peduli. aku mencintai langit, dan akan kulakukan apa saja yang diperlukan untuk menemuinya.
...
keesokan harinya, puku betulan datang dengan seekor burung merpati. erpa namanya. erpa mendengarkan permintaanku, lalu berpikir.
"kamu yakin?" tanya erpa. "untuk bisa terbang menemui langit, kamu harus tercerabut dari akarmu, atau mematahkan batangmu. kamu bisa mati hanya untuk menemui langit."
"maka biarlah itu menjadi hal terakhir yang kulakukan."
mat dan tahari mendelik.
"imata! kamu sudah hilang akal?!" bentak tahari.
"demi matahari!" seru mat. "imata, pikirkan baik-baik."
aku mengangguk. "erpa, bantu aku menemui langit."
erpa mendesah, lalu membantuku. dia berusaha mencabutku, tapi karena tidak kuat, dia mulai mematuk tangkaiku. rasanya sakit sekali, tapi inilah yang harus aku tanggung demi bisa bersama langit.
erpa masih tidak bisa melakukannya sendirian, jadilah puku memanggil dua teman erpa lainnya: atim dan ime. mereka bekerja keras mematuk tangkaiku. tak lama kemudian, aku terjatuh, melayang menuju tanah.
dengan cekatan erpa, atim, dan ime menangkapku dengan paruh mereka. lalu mereka terbang, membawaku pergi menjauhi ladang ini. mat dan tahari hanya bisa terdiam. kulihat teman-temanku yang lain mulai berbisik-bisik satu dengan yang lain.
ketiga merpati ini terbang begitu lama, semakin tinggi saja. aku mulai merasa dekat dengan langit, meski belum sedekat itu. langit masih jauh di atas sana, belum tergapai.
sampai akhirnya mereka berhenti di pucuk pohon. dengan hati-hati mereka meletakkanku. atim kemudian pergi lagi entah ke mana.
"kami hanya bisa mengantarmu sampai sini," ujar erpa. "selanjutnya, kami akan menyerahkanmu pada teman kami."
"raj baik, kok," timpal ime. "dia pasti sanggup membawamu menemui langit."
raj ternyata adalah seekor rajawali yang begitu gagah. dia terheran-heran melihatku. tapi sepertinya dia sudah mendengar soal permintaanku dari atim. tanpa banyak bicara, dia mengambilku dengan paruhnya dan terbang lagi.
sebentar kemudian, raj berhenti di dahan pohon lain. "imata, sebelum kita lanjutkan, aku akan mengatakan ini padamu."
"katakan saja."
"kamu akan mati sebentar lagi. dan percayalah, sudah begitu lama aku terbang tinggi, dan sekali pun belum pernah aku bertemu langit."
perkataan raj mematahkan harapanku. apakah aku sungguh akan mati dengan sia-sia?
"jangan sedih dulu," sambung raj. "langit bukanlah sesuatu yang bisa kamu raih, imata. sama seperti udara yang berhembus melalui sela-sela dedaunan, atau tanah tempatmu berpijak. langit adalah sebuah tempat, sesuatu yang ada untuk melindungimu."
aku mulai menangis. sayap raj mengusap kelopakku lembut.
"setidaknya kamu akan mati di langit yang kamu cintai. kiranya kamu abadi di tengah hal yang kamu sayangi. kiranya dunia tahu betapa beraninya kamu dalam mengejar cintamu."
setelahnya, raj mengangkatku dan mengajakku dalam sebuah penerbangan terakhir. sejauh aku bisa memandang, biru mengelilingiku.
kurasa aku benar-benar mati dengan bahagia.
...
"sayang, lihat! ada bunga matahari di langit!"
sang lelaki menatap ke titik yang ditunjuk gadisnya. hanya ada satu awan di langit, dan anehnya, awan itu terlihat seperti setangkai bunga matahari. cahaya mentari sore menyinarinya dengan indah. benar-benar terlihat seperti seseorang menaruh bunga matahari di langit.
"indah sekali, ya?" tanya sang lelaki.
"langit rupanya mencintai bunga matahari," balas gadis itu.
"sepertinya begitu." laki-laki itu mengangguk. "langit mencintai bunga matahari hingga mengabadikannya agar semua orang melihatnya."
...
[langit mencintai imata sebagaimana imata mencintai langit. ini adalah kisah antara setangkai bunga matahari dan langitnya.]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro