Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[stars that have people's names]

stars that have people's names

...

we have calcium in our bones, iron in our veins.
carbon in our souls, and nitrogen in our brains.
93 percent stardust with souls made of flames.
we are all just stars that have people's names.

Nikita Gill.

...

Setiap memandang langit malam, aku merasa seperti ada di rumah. Memang, bulan selalu ada di sana tanpa benar-benar ditemani bintang-bintang, tapi aku tahu mereka ada di sana. Diam. Mengamatiku balik.

"Meissa."

Tanpa perlu menoleh, aku tahu itu Rigel. Hanya dia yang memanggilku dengan lengkap, bukan hanya Mei seperti kebanyakan orang. Dia duduk di sebelahku, memeluk kaki, memperhatikan rumput yang menjadi alas kami.

"Rigel," balasku.

Angin berembus, memorak-porandakan rambut yang tertata rapi. Rigel belum bersuara. Aku menanti, tetap mendongak menatap langit malam terakhir yang kusaksikan bersamanya.

"Pagi akan datang dan merenggutmu," ujarnya. "Betapa inginnya aku menghentikan waktu agar kita tidak perlu berpisah."

"Kita tetap menjadi bagian dari satu konstelasi yang sama." Aku menundukkan kepala. "Kita tidak akan benar-benar berpisah."

Rigel mendengus. Dia tidak salah. Aku pun ingin menghentikan rotasi bumi saat ini juga. Agar bulan yang malu-malu bersinar tetap dengan anggun menghiasi malam, dan matahari pagi tidak muncul dan memisahkan kami. Aku ingin mempercepat revolusi bumi, agar tahu-tahu, tahun telah berganti, dan kami tidak perlu ingat rasanya tidak bersua. Aku ingin bersamanya.

"Konstelasi, huh? Jika kita betulan bintang, bukankah seharusnya kita kembali ke sana? Bukan pada lubang sempit di dalam tanah, jauh terkubur dari destinasi kita yang sesungguhnya?"

Dia marah. Karena kenyataan terlalu menyesakkan untuk ditanggung, dan masa depan tidak menjanjikan hari baik. Lubang hitam telah menyesap kami hingga tidak ada yang tersisa selain kenangan yang menghancurkan. Rigel marah, karena dia tidak bisa mengubahnya.

"Aku pernah dengar, 93 persen dari kita berasal dari bintang." Aku kembali menatap langit. "Tulang kita terbuat dari kalsium, dalam pembuluh kita mengalir besi. Karbon yang menyusun jiwa kita, dan nitrogen di otak. Aku tidak tahu apakah itu benar. Yang aku tahu, kita terbuat dari bintang. Dan kita akan kembali padanya."

"Kita hanyalah manusia yang menggunakan nama bintang."

"Tidak, Rigel. Kita semua bintang yang memiliki nama manusia."

Aku berdiri. Rigel mengikuti. Untuk sesaat, kami terpaku, termenung, terdiam. Memikirkan masa depan yang tidak kumiliki.

"Aku benci pagi," ujarnya. "Yang bisa dia lakukan hanyalah membawa perpisahan yang tragis."

"Nothing ever really dies, right?"

Aku merangkul pinggang Rigel, dan dia langsung mendekapku di antara kedua lengannya. Memelukku erat. Tapi bukankah kita tidak bisa benar-benar menggenggam bintang?

"Berjanjilah kita akan bertemu lagi di konstelasi, Meissa. Tunggulah aku."

Dan tanpa kusadari, justru akulah yang berusaha menggenggamnya sedikit lebih erat. "Sampai jumpa, Rigel. Sampai bertemu lagi di konstelasi."

...

Now that you're gone, will my orbit unwind?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro