Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Studio utama sudah dipenuhi kru yang sedari tadi berlalu-lalang dengan sibuk. Sementara Jennie duduk di sofa talkshow, ia banyak berbincang-bincang dengan Elissa. Untuk pertama kalinya, Jennie berpikir bahwa shooting dengan banyak orang bukan ide yang buruk-buruk amat. Di luar dugaan, Elissa cukup ramah untuk mengobrol dengannya. Kini Jennie bahkan tak malu lagi untuk berbicara dengan lebih terbuka.

Atau setidaknya, itulah yang ia pikirkan sampai Wina kembali bergabung di sofa tersebut.

Meski tidak pernah merasa nyaman bersama dengan Wina yang agak bossy, Jennie tidak pernah gentar ketika melihat gadis itu. Hanya aja, kali ini ada hal lain yang membuat Jennie ketakutan.

Gadis itu rupanya tidak sendirian.

Wina memasuki set studio dengan senyum yang sama seperti sebelumnya. Tanpa rasa malu, gadis itu kemudian mulai mencari topik menarik untuk mulai berbicara dengan Elissa. Seakan-akan sudah melupakan kejadian barusan.

Meski begitu, bukan itu alasan mengapa Jennie langsung bungkam tanpa suara ketika menyadari kehadiran Wina. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat pandangan Wina yang tengah menilainya dari ujung kepala hingga ujung kaki, berusaha mengajaknya berbicara dengan keramahan yang dibuat-buat.

Tepat di samping Wina, Jennie bisa menangkap tatapan tajam dari sosok yang familiar dengannya, sosok yang pernah muncul di masa lalunya, sosok yang ia kira sudah ia lupakan bertahun-tahun lalu.

Kenapa Yuki bisa ada di tempat ini?

"Eh, kok lo diem, Jen?" Dari tempatnya duduk, Wina melirik ke arah Jennie yang berusaha menghindari kontak mata dengan Yuki. "Mungkin mau kenalan dulu sama dia? Ini Yuki, presenter talkshow kita. Harusnya Kak El udah kenal. Yuki selalu jadi presenter acara ini setiap tahunnya."

Elissa hanya memberikan senyum formal. "Hai, Yuk."

"Hai, El. Lo makin laris aja. Gue lihat iklan lo di mana-mana." Yuki tersenyum kecil, kemudian beralih ke arah Jennie yang masih berusaha menghindari kontak mata. "Hai, Jen. Udah lama gak ketemu, ya?"

Satu pertanyaan itu membuat Jennie terpaksa menatap ke wajah Yuki yang masih tidak berubah. Gadis itu masih secantik dulu. Tatapan mata Yuki sontak mengingatkan Jennie ke masa-masa SMA sebelum ia memutuskan untuk homeschooling. Gadis itu sama sekali tidak berubah. Kehadirannya selalu berhasil membuat Jennie ketakutan.

Tanpa Jennie sadari, tangannya mulai gemetaran.

"Emangnya lo kenal Jennie, Yuk?" tanya Wina penuh rasa penasaran.

"Kita temen SMA." Yuki menyahut, kemudian menatap Jennie yang masih terdiam. "Betul, kan, Jen?"

Jennie mengangguk lemah. Sementara Wina yang terkejut mulai bertanya-tanya. "Yang bener? Kok gue baru tahu? Dari berita yang gue denger, bukannya Jennie homeschooling?"

"Dia sempet sekolah di SMA negeri bareng gue selama satu tahun." Balas Yuki. "Tapi, gue benar-benar gak nyangka lo bakal jadi selebgram, Jen."

Jennie menggigit bibirnya, berharap Yuki tidak membahas masa lalunya lebih lanjut.

"Hah? Emangnya kenapa?" tanya Wina, berusaha mengorek info lebih banyak dari Yuki.

Yuki terkekeh, seakan-akan sedang membicarakan masalah yang sama sekali tidak penting baginya. "Jennie benar-benar anak yang pendiam waktu kita masih satu kelas. Lo gak bakal kepikiran kalau anak kayak Jennie bisa jadi selebgram. Waktu SMA, kerjaan dia cuma ngikutin saudara kembarnya kayak bebek."

Sial, batin Jennie. Yuki benar-benar berniat mengekspos masa lalu Jennie. Dia bahkan membahas satu topik tabu yang Jennie tidak ingin bahas semenjak beberapa tahun silam. Percakapan pun kini berganti haluan. Meski membahas tentang Jennie, oknum yang terus-terusan berbincang-bincang hanyalah Yuki dan Wina.

Wina menaikkan alis, tidak berniat mengganti topik. "Hah? Saudara kembar?"

"Yep, Jennie punya saudara kembar." Yuki mengangguk antusias. "Namanya Jinny."

Nama yang disebut Yuki sontak membuat Jennie menggigit bibirnya keras sampai berdarah. Nama yang ia takuti. Setelah tahu sejarah kehidupan Jennie, kenapa gadis ini bisa menyebut nama saudara kembarnya dengan begitu mudah?

"Oh, wow." Wina menepuk bahu Jennie. "Kenapa kita gak pernah tahu berita ini sebelumnya? Padahal Jennie lagi melejit banget sekarang! Kenapa saudara lo gak ikutan jadi selebgram, Jen?"

Bukannya merasa bersalah, ujung bibir Yuki malah terangkat begitu Wina bertanya tanpa mengindahkan privasi Jennie. Namun, sebelum Yuki sempat menjawab pertanyaannya, Jennie sudah menyelanya lebih dahulu.

"Karena dia udah gak ada. Meninggal karena kecelakaan."



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro