Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4


Beberapa tahun lalu, ia masih ingat jelas bahwa hari-harinya disibukkan dengan menonton konten Instagram Elissa Athena di kamarnya. Hari ini, tahu-tahu saja Elissa Athena sudah ada di depan matanya seraya membahas brief talkshow yang akan mereka jalankan.

Dari tempatnya duduk, Jennie berusaha memahami penjelasan salah seorang kru yang sedang menjelaskan seluruh jalan acara talkshow. Jennie mengangguk-angguk untuk kesekian kalinya, berusaha memastikan bahwa ia sedang mendengarkan segala penjelasan yang diberikan. Hanya saja, mana mungkin ia bisa fokus kalau ada sosok Elissa Athena di studio yang sedang duduk di sampingnya?

"Talkshow bakal dibagi jadi dua fase, yang hari ini shooting sementara minggu depan kita bakal ngadain live talkshow, jadi nanti kalian bisa mulai bangun chemistry." Si kru menyelesaikan penjelasannya. "Nanti akan ada presenter yang bakal memandu kalian, jadi nggak perlu khawatir kalau talkshow-nya bakal awkward."

Begitu selesai menjelaskan, si kru buru-buru lari ke area lain dari studio dan mengurusi hal-hal lainnya. Meski sempat khawatir karena tidak pandai berbicara, Jennie bersyukur ada Wina yang terus memberikan topik-topik yang menarik untuk dibicarakan. Alhasil, dalam waktu kurang dari lima belas menit, Jennie sudah menelusuri berbagai jenis topik menarik dengan Elissa Athena.

"Kalau Kak El pernah stalking Instagram Jennie, Kak El pasti tahu kalau si Jennie bener-bener beda dari image dia di Instagram." Ujar Wina sembari melanjutkan topik, gadis itu rupanya cukup sadar diri dengan kehadiran Elissa Athena hingga memutuskan untuk berbicara dengan gaya lebih sopan dan menghindari penggunaan gue-elo di hadapan Elissa. "Aku sempat kaget ketika pertama kali ketemu dia kemarin. Dia ternyata cukup pemalu. Gak sinkron banget dengan karakternya!"

Elissa Athena mengalihkan perhatiannya ke arah Jennie, kemudian memberikan senyum ramah. "Memangnya image Jennie seperti apa?"

Sebelum Jennie sempat menyahut, Wina sudah menjawab terlebih dahulu. "Instagram Jennie penuh konten make-up yang natural dan pesan utama di akun Jennie kebanyakan tentang self-love. Jadinya aku ngira Jennie bakal punya karakter yang lebih percaya diri kalau ketemu orang."

Jennie tidak banyak merespons. Ia hanya memberikan senyum canggung. Inilah hal yang ia takutkan kalau harus bertemu dengan selebgram lainnya. Selama bekerja sebagai selebgram, Jennie lebih sering bekerja sendirian. Terus terang, berbicara di depan kamera punya sensasi yang berbeda daripada ketika ia diharuskan untuk berbicara di depan orang. Lagipula, apakah jadi selebgram berarti ia harus tampil sesuai image di dunia nyata?

Menyadari ketidaknyamanan dari senyum canggung Jennie dan sikap Wina yang sepertinya tidak terlalu peduli akan hal itu, Elissa mengutarakan pendapatnya. "I don't see any problem with that. Gak semua selebgram harus punya kepribadian seperti persona mereka di Instagram, kok. Media sosial, kan, hanya bagian kecil dari hidup kita."

Raut muka Wina berubah selama beberapa detik, sementara hati Jennie langsung berbunga-bunga begitu mendengar ucapan Elissa. Diam-diam ia tidak menyesali keputusannya untuk memilih Elissa sebagai selebgram panutan. Di dunia nyata pun, gadis ini memang keren banget.

Mendengar jawaban itu, Wina pun terdiam sebelum akhirnya mengganti topik pembicaraan. "Nggak salah, sih. Tapi Kak El kelihatannya nggak terlalu berbeda dari Instagram, ya."

"Karena aku berusaha tampil real. Aku capek berpura-pura."

Jawaban singkat Elissa memberikan keheningan pada percakapan mereka. Jennie menghela napas lega begitu topik mereka berubah. Ucapan Elissa tidak salah. Baik di Instagram maupun di dunia nyata, Elissa selalu tampil sebagai dirinya sendiri. Ia tidak melebih-lebihkan ketika gadis itu menjawab pertanyaan Wina dengan tegas.

"Tapi, Kak El keren banget, deh. Bahkan setelah skandal beberapa tahun lalu, Kak El bisa tampil se-real itu di Instagram." Di luar dugaan, Wina mulai menyinggung topik yang lebih sensitif. "Bagi-bagi tips dong, Kak. Gimana caranya bisa tetap eksis meski udah diterpa skandal?"

Begitu mendengar komentar sarkas Wina, ada aura tak enak yang mengudara di tempat mereka duduk. Elissa memberikan senyum kecil. Sementara Jennie sendiri nyaris tersedak ketika mendengar pertanyaan Wina yang begitu blak-blakan. Dengan jarak sedekat ini, Jennie yakin betul bahwa Elissa sedang berusaha menekan rasa kesalnya.

Ingatan Jennie langsung kembali ke kejadian beberapa tahun lalu sebelum dirinya memutuskan untuk menjadi selebgram. Menjadi selebgram kecantikan nomor satu di Indonesia bukan berarti Elissa Athena bebas dari segala skandal. Seingatnya, ada satu skandal Elissa yang sempat menyebar luas di khalayak umum. Skandal bahwa gadis ini suka berganti-ganti lelaki dan menawarkan jasa seks untuk banyak lelaki kaya.

Jennie nyaris tak habis pikir mengapa Wina masih berniat membahas topik sensitif ini ketika skandal tersebut sudah usai bertahun-tahun lalu. Mungkin tiga tahun bukan waktu yang cepat, hanya saja, apa gunanya membahas masa lalu orang? Belum lagi Wina menanyakan hal sensitif seperti ini kepada Elissa Athena sendiri yang secara tidak langsung adalah senior mereka. Memangnya sopan membahas hal ini tepat pada orang yang baru dikenal?

Lagipula, setahu Jennie, Elissa sudah menggugat orang yang menyebarkan hoax palsu tersebut, dan yang lebih mengejutkannya lagi, penyebar hoax tersebut juga salah satu selebgram yang jadi teman dekat Elissa Athena yang kariernya bahkan sudah padam. Jadi untuk apa membahas skandal masa lalu orang lain?

Di saat Jennie hanya bisa terdiam, Elissa langsung memberikan jawaban yang menohok.

"Tips? Jauh-jauh aja dari teman-teman selebgram yang bermuka dua." Jawab Elissa, sebelum akhirnya mengarahkan jari telunjuknya ke arah Wina. "Seperti kamu, contohnya."

Kedua bola mata Wina terbelalak lebar begitu mendengar ejekan Elissa kepadanya. Sementara oknum yang mengucapkan kalimat itu memberikan senyum tipis, Wina memutuskan untuk tertawa kecil sambil melangkah pergi dari tempat mereka berbincang-bincang. Tidak punya keberanian untuk membalas ucapan Elissa lebih lanjut.

Dan yang tersisa kini hanyalah Jennie dan Elissa.

Elissa menopang dagunya sembari menghadap ke arah Jennie, yang langsung salah tingkah seketika.

"Pasti lo belum punya banyak teman di dunia selebgram, ya?" Elissa menghadap ke arah Jennie setelah Wina beranjak pergi, gadis itu rupanya sudah lebih nyaman untuk berbicara dengan Jennie menggunakan gue-elo. "Gue sudah sering ketemu dengan orang-orang bermuka dua kayak Wina. Bisa-bisanya dia bahas skandal di depan orangnya sambil ketawa-ketiwi. Manipulatif banget."

Jennie membalas dengan suara pelan. "Aku nggak nyangka kalau Kak El bakal sejujur itu di hadapan dia."

"Orang kayak gitu memang harus dikasih tahu dari awal. Kayak waktu dia bahas tentang image lo. Kalau lo memang gak nyaman, harusnya lo bilang dari awal ke Wina." Elissa mengibaskan tangannya sembari tertawa kecil. "Saran dari pengalaman pribadi buat lo, Jen. Dunia selebgram ini dunia yang keras. Lo harus pintar-pintar memilih dengan siapa lo akan berkawan."

Jennie langsung tersenyum lebar begitu mendengar nasihat penuh perhatian dari Elissa. Ia segera menyahut, "Makasih sarannya. Kak Elissa emang sempurna banget, ya. Dulu aku follow konten Kak El sebelum jadi selebgram. Kalau bukan karena Kak El, aku gak bakal kepikiran buat jadi selebgram."

"Oh, yang bener?" Elissa balik bertanya, kemudian menatap Jennie dengan penuh rasa penasaran. "Thanks buat pujiannya, tapi sayangnya, gak ada orang yang sempurna di dunia ini. Gue sekali pun."

Jennie menaikkan alisnya. Sebelum sempat menjawab ucapan Elissa, gadis itu sudah menyela terlebih dahulu. "Padahal sempurna itu udah jadi kewajiban buat beauty selebgram, ya, tapi gak ada orang yang sempurna di dunia ini. Makanya, lo harus bener-bener pilih dengan siapa lo akan berteman di industri ini."

Bersamaan dengan ucapan itu, beberapa kru sudah memanggil Jennie dan Elissa untuk bersiap-siap. Elissa menghentikan kalimatnya, kemudian berdiri sembari menutup percakapannya dengan Jennie.

"Karena selebgram paling sempurna pun juga punya rahasia yang dia gak bisa sampaikan. Semua orang punya rahasia dan kalo lo memilih untuk hidup jadi selebgram, bukan berarti rahasia itu bisa disimpan untuk selama-lamanya."

***

"Gila, si Elissa Athena ngeselin banget!"

Di balik pintu kamar mandi, Wina mengerang dengan kesal sambil membanting pouch yang ia bawa. Gadis berambut abu-abu itu menahan napas untuk kesekian kalinya, berusaha menahan amarah yang menjalar setelah berbincang-bincang dengan Elissa.

"Lo udah bilang kalimat itu delapan kali."

Wina menengok dan mendapati sosok gadis dengan rambut cokelat bergelombang ala presenter tengah duduk di wastafel kamar mandi.

"Kalo lo gak ada niatan untuk bikin amarah gue hilang, lebih baik lo diem, Yuki." Wina membalas dengan kasar, sementara si gadis presenter bernama Yuki yang berada di ruangan yang sama dengannya itu sepertinya sudah terbiasa mendengar rengekan Wina. "Bisa-bisanya dia bikin gue malu di depan selebgram baru! Image gue mau ditaruh mana coba?"

"Lo, sih, cari mati banget. Lo tahu Elissa Athena punya reputasi yang agak keras. Gue aja kesulitan ngedeketin dia." Yuki kembali membalas omelan Wina. "Kalo lo pengen main-main, ya harusnya lo kerjain si anak baru aja. Bukannya malah cari masalah sama selebgram papan atas kayak Elissa Athena."

"Duh, si anak baru nggak ada menarik-menariknya. Dia nurut banget. Gue deketin dikit juga bisa. Kalo Elissa Athena, kan, levelnya udah beda." Wina mengibaskan tangannya. "Siapa tahu gue bisa nemu info baru soal skandalnya yang dulu?"

Yuki terkekeh. "Lo emang sakit jiwa banget. Emangnya nggak puas jatuhin selebgram lain?"

"Yuk, ngaca deh. Di antara kita berdua, gue tau lo yang lebih semangat kalau udah menyangkut urusan beginian." Sahut Wina sembari meraih pouch-nya. "Gue gak jadi deketin si Elissa Athena, deh. Lebih baik gue main-main sama si anak baru aja."

Ruangan itu langsung dipenuhi gelak tawa dari Yuki. Gadis itu turun dari wastafel sembari merapikan pakaiannya di depan cermin. "Jadi, siapa selebgram malang tersebut?"

"Gue kira lo udah tahu? Bukannya kru acara udah briefing lo?"

"Acara yang gue urus bukan cuma ini doang kali. Gue kan presenter laris. Mana mungkin gue ngapalin nama selebgram baru yang tiap tahunnya ganti-ganti?"

Wina hanya menggeleng-geleng.

"Anak baru. Ini tahun pertamanya diundang di acara ini setelah dua tahun di dunia selebgram. Dia lumayan famous dan fans dia banyak. Padahal, kalo lo stalking akunnya, Instagram dia munafik banget. Hobi bikin konten make-up natural demi embracing self-love, tapi dia ngomong di depan umum aja nggak bisa." Jawab Wina sembari membuka pintu. Keduanya langsung keluar dari kamar mandi dan melangkah ke studio utama. "Namanya Jennie Harli."

Begitu Wina menyebut nama itu, Yuki langsung menghentikan langkahnya di tengah-tengah koridor. Gadis itu menaikkan alis dengan rasa terkejut.

"Siapa lo bilang?" tanyanya dipenuhi rasa tidak percaya. "Jennie Harli?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro