Bab 3
@elissathena started following you.
Notifikasi itu sontak membuat Jennie terdiam selama tiga detik sebelum ia akhirnya berakhir melompat-lompat tak karuan di kamar apartemen. Dalam keadaan normal, biasanya Jennie tak terlalu ambil pusing terhadap segudang notifikasi followers baru. Hanya saja, semuanya berbeda kalau sudah menyangkut dengan selebgram panutannya. Begitu Jennie melihat simbol centang biru yang muncul di notifikasinya, barulah ia sadar bahwa orang yang baru saja mengikuti akunnya ini bukanlah orang biasa.
Dan siapa yang menyangka kalau selebgram nomor satu sekelas Elissa Athena mau mengikuti akunnya di Instagram? Apakah ini pertanda kalau Jennie sudah naik pangkat dari fans ke rekan kerja?
Jennie tidak menyangka kalau sosok Elissa yang selama ini ia agung-agungkan ternyata punya kepribadian yang friendly dan humble. Briefing sudah usai semenjak tiga jam lalu dan ia sudah sampai di apartemen pada jam tujuh malah setelah berbincang-bincang dengan Elissa Athena. Yep, karena terpilih untuk mengisi acara dengan Elissa, Jennie jadi punya kesempatan untuk ngobrol dengan idolanya selama ini.
"Ngapain kamu senyum-senyum sambil lihatin handphone?" Noah yang tengah sibuk di depan laptop dan segudang paket endorse Jennie rupanya menyadari kehadirannya. "Buruan makan. Mbak Arsi udah siapin makanan, tuh. Lebih baik kamu makan sekarang sebelum dia balik ke rumahnya."
"Noah, Elissa Athena baru aja follow aku!" Jennie berteriak kencang dan menunjukkan layar gawainya di depan Noah. "Lihat, lihat!"
Melihat kegirangan Jennie, Noah melirik ke layar gadget tersebut, sebelum akhirnya menaikkan satu ujung bibirnya. "Congrats. Dream come true banget, ya. Aku masih ingat beberapa tahun lalu kamu mengurung diri di kamar sambil nonton konten Instagram dia."
Jennie tersenyum gembira. Kalau bukan karena konten Elissa Athena, ia berani menjamin bahwa ia tak bakalan ada di industri selebgram. Beberapa tahun lalu, ia hanyalah gadis introvert yang hanya keluar dari kamarnya setiap kali guru homeschooling-nya datang. Meski tidak nyaman bersosialisasi, Jennie tahu dirinya kesepian. Satu setengah tahun homeschooling bukan waktu yang lama, tapi bagi Jennie, rasanya waktu berjalan tiga kali lebih lama dibandingkan biasanya. Satu-satunya tempat Jennie untuk melarikan diri hanyalah media sosial, dan pada saat itulah ia bertemu dengan akun Instagram Elissa Athena.
"Kalau bukan karena dia, kayaknya aku gak bakal punya pikiran untuk jadi selebgram." Mata Jennie berkaca-kaca. "Gosh, Noah. Aku mulai panik dan senang bukan main. Aku bakal bikin konten make-up dengan dia. Di antara selebgram yang diundang, aku termasuk pendatang baru. Apa kemampuanku cukup oke? Gimana kalau ternyata hasil riasanku nggak sesuai ekspektasi?"
Rasa panik yang menjalar di hati Jennie rupanya membuat gadis itu panik. Noah tahu, kalau Jennie sudah overthinking begini, hanya ada satu hal yang bisa ia lakukan.
Perlahan, Noah mengusap kepala gadis yang lebih muda tiga tahun darinya itu dengan lembut, berusaha menenangkannya.
"Kamu gak perlu khawatir sama masalah itu, Jen. Kalau riasanmu gak oke, kamu gak mungkin terpilih untuk tampil bareng Elissa atau pun diundang ke ajang sebesar ini."
Kalau ada satu hal yang Jennie suka tentang Noah, ia selalu mengagumi ketenangan Noah dalam menghadapi situasi. Lelaki ini rasional dan itulah aset utama serta alasan mengapa ia adalah satu-satunya oknum yang cocok untuk menjadi manajer Jennie yang mudah panik.
"Oke, sekarang waktunya makan, Jen. Mbak Arsi gak bisa pulang karena nungguin kamu terus dari tadi." Noah beranjak berdiri dan mengarahkan Jennie ke meja makan. "Jangan lupa untuk riset gaya riasan yang akan kamu pilih untuk shooting minggu depan. Aku tahu kamu gak suka make-up secara impromptu, tapi jangan tidur kemalaman juga. Besok kamu bakal mulai shooting talkshow."
Mendengar kalimat terakhir membuat Jennie kegirangan. Ia menyantap makan malam yang sudah disediakan Mbak Arsi sembari membaca ulang brief yang diberikan oleh kru acara tadi siang. Conceptual make-up look dan talkshow. Konsep make-up dengan karakter yang berbeda dari kepribadian biasanya.
Tanpa perlu menunggu waktu lebih lama, Jennie segera menghabiskan makanannya. Kemudian berlari ke kamarnya untuk mencoba beberapa riasan yang bisa dipakai untuk tampil bersama dengan Elissa Athena. Setelah melakukan riset, gadis itu langsung menyimpan beberapa inspirasi muse ke galeri handphone.
Awalnya Jennie berniat untuk mencoba beberapa teknik contour baru atau teknik eyeliner baru yang ia temukan di Youtube. Namun, rasa kantuk sudah menerjangnya. Ini hari yang padat untuk Jennie. Dimulai dari undangan untuk menghadiri ajang sebesar "Instagram Festival", terpilih untuk mengisi acara utama bersama dengan idolanya, serta berkenalan dengan banyak selebgram baru semasa briefing sontak membuat Jennie lelah.
Maka dari itu, sebelum ia sempat melanjutkan eksperimennya di depan cermin, Jennie sudah melompat ke kasur terlebih dulu.
***
Pagi hari itu, Noah menekan kode sandi apartemen Jennie sebelum ia meletakkan paket-paket endorse yang dikirimkan di lobby. Begitu ia masuk, Mbak Arsi sudah muncul di apartemen dan tengah menyiapkan sarapan dari dapur kecil. Ia melirik jam tangannya. Pukul tujuh pagi, ini berarti ia harus segera bersiap-siap untuk membangunkan Jennie. Mereka punya schedule penting dengan acara "Instagram Festival" jam sepuluh pagi.
Sebagai manajer garis miring pekerja serabutan yang menangani talent seperti Jennie, Noah punya segudang tugas yang harus dilakukan setiap harinya. Salah satunya adalah membangunkan Jennie setiap pagi. Meski punya penampilan menarik dan bakat make-up di atas rata-rata, Jennie kurang bisa mengatur hidupnya sendiri. Nyaris semua pekerjaan rumah, pengaturan jadwal pekerjaan, follow up klien dan perhitungan biaya keuangan dilakukan oleh Noah. Kalau bukan karena ia sudah mengenal Jennie sedari mereka memakai popok, Noah pasti sudah banting setir jadi budak korporat.
Terus terang, bekerja sebagai manajer bukanlah hal yang buruk. Selain karena Jennie memberikan Noah gaji yang tinggi, Noah cukup bangga bisa bekerja di samping Jennie. Ia tahu betul bahwa Jennie benar-benar membutuhkan sosok manajer yang siap untuk menanganinya. Meski awalnya hanya teman masa kecil, kini Noah mulai menikmati pekerjaannya sebagai manajer selebgram ternama. Noah tidak pernah merasa bahwa ia sedang bekerja.
Dan yang paling utama, sebagai manajer, ia bisa menemani Jennie setiap saat.
Noah mengetuk pintu kamar Jennie. Lelaki itu langsung memasuki ruangan ketika menyadari bahwa lampu kamar Jennie masih menyala. "Jen, aku udah siapin schedule kamu untuk hari ini. Hari ini kamu harus bangun lebih pagi. Pastiin kamu bangun sebelum jam setengah delapan."
Ucapan Noah terhenti setelah ia membuka pintu dan menyadari Jennie rupanya sudah bangun. Kaget, Noah menaikkan alis dan melirik jam tangannya. Ini baru jam tujuh pagi dan Jennie sudah bangun serta bersiap-siap? Apakah ia sedang tidak salah lihat? Jennie yang ia kenal tidak pernah bangun di bawah jam sembilan pagi!
"Jen, sejak kapan kamu bisa bangun sepagi ini?" Noah memasuki ruangan Jennie yang agak berantakan akibat baju-baju yang berserakan di kasur. "Kamu se-excited itu untuk nyobain berbagai jenis gaya make-up buat konten bareng Elissa Athena?"
Begitu menyadari kehadiran Noah, Jennie seakan-akan tersadar dari tempatnya duduk. Jennie langsung menurunkan maskara yang sedang ia pakai, kemudian menatap Noah. Sebelum ia sempat membalas nasihat kecil yang Noah berikan, Jennie hanya bisa menatap bayangannya di cermin dengan penuh tanda tanya.
Hah?
Begitu melihat Noah yang menatapnya dengan rasa terkejut, barulah Jennie menyadari apa yang sedang ia lakukan. Gadis itu menatap lekat-lekat ke arah cermin meja riasnya.
Tunggu sebentar, sejak kapan ia bangun dan berdandan?
Jennie memiringkan kepalanya. Terakhir kali otaknya mampu mengingat, Jennie masih ingat dengan jelas kalau dirinya langsung tidur begitu ia selesai melihat-lihat inspirasi muse di handphone. Seharusnya sekarang ia ada di atas kasur. Bukannya malah duduk di depan meja rias.
Oh, dan kenapa ia malah mengantuk? Bukannya Jennie tidur lebih cepat dari biasanya tadi malam?
"Baguslah kalau kamu jadi hobi bangun pagi karena excited kolaborasi bareng Elissa Athena." Noah memberikan segelas air untuk Jennie yang sedang duduk di depan meja riasnya. Ia menatap riasan Jennie selama beberapa saat sebelum akhirnya berkomentar. "Oh, wow. Kamu benar-benar mencoba gaya make-up yang berbeda kali ini, Jen."
Komentar terakhir Noah lantas membuat Jennie tersadar. Gadis itu menatap bayangan di cermin dengan penuh tanda tanya, sebelum akhirnya nyaris tersedak air karena terkejut melihat penampilannya sendiri di depan cermin.
Benar kata Noah, ia mengenakan gaya make-up yang benar-benar berbeda kali ini. Jennie bahkan nyaris tak menyadari siapa orang yang berada di depannya. Dengan bold make-up look, ia kini terlihat seperti jelmaan Maleficent, yang notabene bukan gaya make-up yang ia sukai sama sekali.
Di luar dugaan, penampilannya malah mengingatkan Jennie ke orang itu.
Jennie berusaha menghilangkan pikiran tersebut. Sementara Noah mulai membantu Jennie membereskan barang-barangnya yang berserakan, Noah melirik ke arah Jennie yang hanya bisa menatap pantulan bayangannya di cermin dengan penuh tanda tanya.
Sebelum Noah menyadari perasaan tak enak serta adanya hal yang berbeda dari Jennie, Jennie buru-buru meraih make-up remover untuk membersihkan foundation tebal dan eyeshadow gelap yang ada di wajahnya, berusaha mengganti riasannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro