Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

Bab 1

45.412 likes dan 1.002 komentar dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Nyaris saja Jennie berteriak histeris kalau ia tak menyadari bahwa bukan ia satu-satunya orang yang ada di mobil tersebut. Wajahnya semringah bukan main ketika menyadari bahwa konten riasan terbarunya di Instagram mendapatkan feedback yang positif. Kelewat positif malah. Seribu komen dalam waktu kurang dari sepuluh menit? Itu rekor terbarunya selama dua tahun berkecimpung di industri selebgram!

Jennie membaca satu per satu komentar pada foto yang baru saja ia unggah. Ada beberapa komentar tak mengenakkan, tapi, mari kesampingkan masalah itu. Nyaris semuanya memberikan umpan balik yang positif. Beberapa bahkan berujar bahwa ia berhasil memproduksi konten Halloween tergila sepanjang kariernya.

Kalau diperhatikan baik-baik, rasio komentar kebencian dengan komentar dukungan bisa terbilang terpisah dengan jauh. Namun, Jennie tetap memutuskan untuk membaca komentar-komentar tak mengenakkan dari mereka. Biar begini, ia adalah beauty selebgram papan atas, opini penampilan dari para followers adalah sesuatu yang harus ia pertimbangkan matang-matang.

Jennie menekan layar gadget-nya. Oke, ada beberapa yang berujar bahwa Jennie sepertinya harus diet karena dia terlihat gemuk di kamera. Padahal, yang benar saja, bukannya empat puluh lima kilo dengan tinggi seratus enam puluh senti itu termasuk normal? Okelah, ia memang tidak menjaga pola makannya selama satu minggu belakangan. Setelah seluruh kerjaannya selesai, Jennie bakal memastikan bahwa ia akan segera menurunkan berat badan.

"Kamu nggak berniat untuk membaca semua komentar di Instagram, kan?"

Satu pertanyaan itu sontak membawa Jennie kembali pada kenyataan. Ia menengok ke jok mobil di sampingnya dan mendapati sang manajer, Noah, yang tengah memegang setir dengan tenang. Sesekali, lelaki tampan yang berusia tiga tahun lebih tua dari Jennie itu melirik ke arahnya. Meski Noah tampak fokus menyetir, ia tetap menyadari tingkah laku Jennie. Jennie menelan ludah. Kalau sang manajer sekaligus sohib masa kecilnya ini sudah bersuara dengan nada seperti itu, ia yakin betul bahwa Noah bakal segera menceramahinya.

"Emang nggak boleh?" tanya Jennie. "Setelah dapat centang biru dari Instagram minggu lalu, insight akunku meningkat pesat. Sepuluh ribu likes dan seribu komen dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Seems like I hit the jackpot this time."

Noah hanya menghela napas menghadapi Jennie yang kelewat bersemangat. "Nggak masalah. Tapi, sebaiknya kamu nggak ngomel-ngomel padaku kalau nanti malam kamu stres mikirin komentar mereka."

Strike. Jennie hanya merengut tanpa bisa membalas ucapan Noah. Bukan salahnya kalau ia punya sifat gampang overthinking ketika followers Instagram memberikan opini tak mengenakkan padanya. Kalau sudah begitu, biasanya hanya Noah yang bakal menenangkan dirinya.

Dan, jujur saja, rasanya melegakan sekali melihat bahwa masih ada orang yang benar-benar peduli padanya. Meski tampil sebagai selebgram sempurna, ada beberapa hal yang ia sembunyikan dari khalayak masyarakat. Tidak peduli berapa ratus ribu orang berujar bahwa dirinya punya fisik yang sempurna, Jennie tahu betul bahwa tidak ada orang yang benar-benar sempurna di industri ini.

"Seenggaknya aku tahu ada kamu yang siap sedia kalau tahu-tahu aku kena mental breakdown karena komentar-komentar itu." Jennie melirik Noah, yang tengah menepuk kepalanya.

"Kalo lima ratus ribu followers di Instagram tahu kalau kamu hobi nangis dan merengek-rengek di kamar hanya karena kamu sibuk baca komen-komen penuh kebencian dari mereka, aku yakin mereka bakal terkejut."

Jennie merengut, tapi tidak membantah ucapan Noah. Karena garis wajahnya yang tegas dan gaya riasannya yang natural, kebanyakan orang mengira ia punya kepribadian yang sama seperti image di Instagram. Apalagi, Jennie hobi menampilkan gaya natural dengan pesan untuk mencintai diri sendiri. Padahal, boro-boro mencintai diri sendiri, Jennie bahkan kadang tidak bisa tidur kalau memikirkan orang-orang yang kadang menghujatnya tiap hari. Untungnya, seiring waktu berjalan, ia mulai bisa menerima komentar-komentar tersebut dan terus melanjutkan pekerjaannya.

Melihat Jennie yang terdiam, Noah buru-buru menenangkannya. "Itu nggak berarti negatif, Jen. Lagipula, kamu juga kelihatan lebih bahagia setelah jadi selebgram."

Gadis itu menatap Noah, diam-diam teringat akan masa kecilnya. Jennie Harli yang pemalu dan tidak bisa bicara di depan orang kini malah jadi selebgram ternama. Dunia memang tidak bisa ditebak. Berdiri di depan umum bukan gaya Jennie sama sekali. Lima tahun lalu, dia hanya gadis biasa. Bukan selebgram yang memancarkan aura bintang setiap kali ia mengunggah konten.

"Kalau mereka tahu aku nggak seperti yang kutampilkan di Instagram, kira-kira apa yang bakal mereka pikirkan, ya?"

"Kalau mereka, terus terang aku nggak tahu." Noah memarkirkan mobilnya, kemudian menjawab Jennie setelah mereka sampai di basement gedung tersebut. "Tapi kenapa kamu harus memikirkan soal mereka? Selama kamu punya beberapa orang yang bisa jadi tempatmu tampil sebagai dirimu sendiri, bukannya itu sudah cukup?"

Bola mata Jennie melebar. Kata-kata Noah selalu berhasil membuatnya terkejut. Sembari menatap Noah yang sibuk mengambil barang-barang dari jok belakang, Jennie terduduk tanpa suara. Begitu ia menengok ke arah Noah, lelaki itu sudah menepuk-nepuk kepalanya dan membuka pintu mobil.

"Yuk, turun. Kita udah sampe, nih. Kamu nggak mau bikin first impression yang buruk di depan selebgram-selebgram yang lain, kan?"

Jennie turun dari mobil sembari memberikan senyum sumringah kepada Noah. Noah memang bukan manajer paling sempurna, tapi nasihatnya selalu berhasil menenangkan Jennie. Benar kata Noah. Untuk apa ia memikirkan semua hal itu? Selama ia bahagia dengan kehidupannya, yang perlu ia lakukan hanyalah menjalaninya. Ia hanya butuh beberapa orang yang mau menerimanya untuk tampil sebagai diri sendiri.

Seperti Noah.


Bab 2

Begitu Jennie melangkah masuk di ruangan itu, semua pandangan mata langsung beralih padanya.

Ruangan itu penuh dengan belasan orang yang tengah duduk di kursi mereka masing-masing, didominasi oleh gadis muda dengan penampilan ala sosialita serta lelaki tampan yang bertaburan brand dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jennie nyaris mengenali semua orang yang tengah duduk di sana. Bagaimana tidak? Sepanjang matanya memandang, hanya ada selebgram ternama di ruangan tersebut.

Kalau bukan karena Noah yang menuntunnya untuk duduk di salah satu kursi, Jennie pasti sudah mati kutu di depan pintu. Ia mungkin terkenal dan punya segudang fans, tapi kalau sudah berurusan dengan banyak orang secara face-to-face, Jennie lebih memilih untuk lari. Bekerja sebagai selebgram bukan berarti Jennie bisa menghilangkan rasa takutnya untuk berbicara di depan umum.

Jennie duduk manis di kursinya sembari melihat-lihat seluruh penjuru ruangan. Di ujung ruangan tersebut, terdapat monitor LED besar yang menampakkan logo dari briefing yang dihadiri Jennie hari ini. Begitu melihat logo "Instagram Festival" yang khas di matanya, Jennie nyaris tak bisa berkata-kata. Dari seluruh tawaran pekerjaan yang diberikan kepadanya, tawaran untuk menghadiri "Instagram Festival '' adalah tawaran terbesar yang pernah ia dapatkan. Kalau industri musik punya "Grammys", maka platform Instagram punya ajang "Instagram Festival" yang hanya akan mengundang selebgram paling berpengaruh dalam kategorinya masing-masing.

Sudah menjadi rahasia umum kalau acara ini hanya mengundang selebgram dengan imej terbaik dan paling berpengaruh untuk mendapatkan kehormatan tampil di "Instagram Festival". Jennie nyaris lompat-lompat kegirangan begitu ia mendapatkan undangan untuk menghadiri briefing. Acara inilah yang memotivasinya untuk terus menghasilkan konten menarik di media sosial. "Instagram Festival" punya slot tetap untuk bintang tamu mereka setiap tahunnya. Kalau mereka sampai mengundang Jennie, hal ini berarti kehadiran Jennie mulai diakui di industri kecantikan.

Namun, meski sudah berusaha untuk menahan rasa gembiranya, Jennie bisa merasakan aura berat yang mengudara. Ruangan itu memang dipenuhi dengan selebgram-selebgram ternama yang sedang bercengkrama satu dengan yang lainnya, namun, hal itu bukan berarti mereka benar-benar sedang bersikap ramah tamah. Dari ujung matanya, Jennie bisa mendapati berbagai pasang mata yang sedang menatapnya tajam, seakan-akan hendak menilai kelayakan Jennie untuk hadir di acara ini.

Diam-diam Jennie menelan ludah, acara ini memang bukan arena untuk bermain.

"Hai, kayaknya lo guest baru tahun ini, ya." Seorang gadis dengan rambut dicat abu-abu dan eyeliner tebal menyapa Jennie. "Lo Jennie Harli, kan? Kenalin, gue Wina Lay."

Jennie nyaris jatuh dari kursi begitu ia menyadari sosok selebgram tersebut baru saja menyapanya. Pasalnya, Wina Lay yang sedang duduk di sampingnya dan mengulurkan tangan untuk berkenalan dengan Jennie bukan selebgram sembarangan. Oke, kalau boleh jujur, semua selebgram yang ada di ruangan ini bukan selebgram sembarangan. Dengan tujuh ratus ribu followers, Wina Lay selalu berhasil menyuguhkan konten tutorial make-up super menarik dengan gaya bicaranya yang blak-blakan terhadap produk yang ia pakai. Tentu saja Jennie mengenali Wina dengan mudah.

Untungnya, meski sedang nervous, Jennie masih punya akal sehat untuk menyambut uluran tangan tersebut. Tidak lucu kalau ia dianggap anti-sosial hanya karena tidak membalas sapaan Wina.

"H-hai, Jennie."

"Pasti nervous, ya?" Wina tersenyum simpul. "Waktu gue diundang pertama kali di acara ini, gue juga nervous, kok."

Jennie hanya memberikan senyum canggung sebelum Wina menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lagi-lagi ia merasakan tatapan tak enak yang ia rasakan sebelumnya ketika ia memasuki ruang briefing tersebut.

"Di luar dugaan, lo kelihatannya lumayan soft juga, ya." Wina menimpali. "Kalau hanya sekadar lihat dari Instagram, gue bakal ngira lo orangnya percaya diri abis. Konten make-up lo selalu tentang self-love."

"T-thank you." Balas Jennie terbata-bata. Gadis itu berusaha menekan rasa nervous yang ia rasakan dan melanjutkan percakapannya dengan Wina. "Aku juga sering lihat konten kamu di Instagram. Konten honest review kamu selalu menarik banget."

Mendengar pujian Jennie, Wina malah menaikkan alis. "Makasih. By the way, kenapa lo ngomongnya pake aku-kamu? Ngomongnya santai aja kali!"

"S-seriusan?" tanya Jennie, memastikan bahwa ia tak bakalan dianggap tak sopan karena langsung menggunakan sebutan gue-elo ke selebgram ternama seperti Wina. Gara-gara homeschooling selama satu setengah tahun, Jennie nyaris tak tahu menahu tentang cara berbicara yang paling oke untuk orang-orang seusianya meski lahir di Jakarta, kecuali dengan Noah yang menjabat sebagai teman masa kecilnya sebelum naik pangkat jadi manajer. "Semua selebgram yang ada di sini role model aku. Mana mungkin aku pake bahasa informal?"

"Gila, lo kocak juga ternyata. Gue gak nyangka lo sebegitu berbedanya dari imej lo di Instagram." Wina tertawa lebar. Berbeda dari Jennie, imej Wina yang blak-blakan rupanya memang kepribadian asli Wina di dunia nyata. "Jangan terlalu nervous kali. Kalo lo diundang, berarti lo emang udah terbukti punya pengaruh sebagai selebgram. Harusnya lo malah ngajak kenalan role model lo."

Jennie hanya mengangguk mendengarkan celotehan Wina. Sama seperti di Instagram, Wina hobi mengoceh panjang lebar. Dalam waktu kurang dari lima belas menit, Jennie nyaris mengetahui berbagai macam gosip menarik di dunia selebgram.

Wina sendiri tampaknya tak punya niatan untuk berhenti berbicara dalam waktu dekat. Hanya saja, begitu pintu ruangan terbuka lagi, barulah Wina terdiam sejenak untuk melihat ke sosok yang baru saja memasuki ruangan itu.

Dan terus terang, begitu Jennie menyadari sosok yang baru saja memasuki ruangan tersebut, jantungnya nyaris berhenti berdetak.

Sosok itu tampil stylish dengan rambut bob pendek berwarna cokelat dan tas Gucci yang ia kenakan. Namun, bukan tas berharga puluhan juta itulah yang membuat setiap pasang mata di ruangan nyaris menitikkan air liur begitu mendapati gadis itu memasuki ruangan. Dengan satu kali lihat pun, Jennie bisa merasakan seluruh tatapan mata di ruangan itu kembali pada si selebgram ternama yang terlihat luar biasa karismatik. Berbeda dari sebelumnya, suasana di ruangan itu langsung meningkat dua kali lipat begitu sosok cantik tersebut melangkahkan kaki ke ruangan.

Siapa lagi kalau bukan Elissa Athena? Selebgram kecantikan nomor satu di Indonesia?

Salah satu kru rupanya segera mengarahkan Elissa Athena menuju kursi kehormatan yang dekat dengan monitor. Meski berjarak agak jauh, mata Jennie berkaca-kaca dan ia ingin melompat kegirangan begitu melihat Elissa Athena duduk di ruangan yang sama dengannya. Yang benar saja, ini Elissa Athena, selebgram yang jadi inspirasi Jennie untuk memulai karier sebagai beauty selebgram beberapa tahun lalu!

Begitu Elissa Athena hadir di ruangan tersebut, briefing hari itu langsung dimulai tanpa basa-basi. Salah seorang kru mulai menjelaskan tema "Instagram Festival" tahun ini serta mengucapkan selamat untuk guest terpilih yang bakal mengisi acara.

"Tahun ini, kita bakal menggunakan konten yang agak berbeda untuk beauty selebgram. Belakangan ini, insight di kategori beauty meningkat drastis, dan terus terang, kita melihat adanya potensi exposure besar-besaran untuk konten di kategori ini." Kru tersebut menekan remote untuk mengganti slide powerpoint. "Konten utama di acara kita tahun ini adalah individual photoshoot, make-up video shoot dan talkshow. Sesuai dengan temanya, kita ingin menampilkan konsep beauty yang menunjukkan karakter lain influencer melalui gaya make-up yang berbeda."

Jennie hanya mengangguk.

"Seluruh selebgram yang sudah diundang bakal dipastikan untuk melakukan individual photoshoot. Hanya aja, untuk dua konten besar dari kategori beauty tahun ini, yaitu make-up video shoot dan talkshow, kita hanya akan mengambil tiga influencers yang sesuai dengan kriteria yang kami inginkan."

Si kru berhenti berbicara sejenak. Jennie bisa merasakan ketertarikan orang-orang yang meningkat drastis begitu si kru mengumumkan bahwa mereka hanya akan memilih beberapa orang untuk mengisi acara utama.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, kita akan tetap pakai Kak Elissa Athena sebagai muse utama di kategori beauty. Selain Kak Elissa, untuk tahun ini, kita juga akan menambahkan karakter Kak Wina Lay untuk memperkuat chemistry selama talkshow." Kru tersebut memberikan penjelasan, sebelum akhirnya melanjutkan penjelasannya dengan kalimat yang membuat Jennie berhenti berkedip. "Untuk yang terakhir, kita juga akan menambahkan satu influencer baru yang punya potensi besar dan kemampuan yang sangat baik di make-up video shoot untuk bergabung dengan Kak Elissa dan Kak Wina, yaitu Kak Jennie Harli."

Bersamaan dengan pernyataan tersebut, layar monitor langsung menampakkan tiga sosok beauty selebgram yang terpilih untuk mengisi konten besar dari acara "Instagram Festival". Jennie bahkan bisa melihat wajahnya dengan natural make-up look terpampang jelas di layar. Sementara gadis itu hanya bisa terdiam karena shock, Wina sudah memberikan ucapan selamat kepadanya.

"Please give a big round of applause for these three people. Pihak tim kita akan sangat menantikan hasil akhir kontennya nanti."

Bunyi tepuk tangan langsung memenuhi ruangan. Selama beberapa saat, hanya ada dengungan keras di telinga Jennie. Di saat orang-orang yang duduk di dekatnya sibuk memberikan ucapan selamat, Jennie hanya bisa termenung. Ini tahun pertamanya diundang di ajang sehebat "Instagram Festival" dan ia sudah ditunjuk untuk tampil dengan selebgram panutannya seperti Elissa Athena?

Tuhan, tolong bilang kalau ini bukan mimpi!

Jennie sudah berniat mencubit pipinya sendiri. Namun, sebelum ia sempat melakukannya, Elissa Athena sudah melirik ke arahnya, dan mengangguk sopan sembari memberikan senyum ramah yang membuat Jennie nyaris kejang-kejang di kursinya.

Jennie tidak sedang bermimpi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro