Chapter 06 [Dia Marah Lagi]
Alexander memasuki sebuah kedai yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Memandang ke sekeliling, Alexander tak melihat satu pun pengunjung pagi itu.
Menempati salah satu kursi, Alexander kemudian berseru, "Bibi Sarah ..."
Seorang wanita paruh baya datang dan membalas seruan Alexander sebelumnya, "Pendeta Lim ..."
Brakk!!!
Wanita yang dipanggil dengan sebutan bibi Sarah itu tersentak dan langsung menghentikan langkahnya ketika Alexander tiba-tiba menggebrak meja. Dia marah lagi.
"Jangan memanggilku Pendeta! Sudah kukatakan berapa kali? Jangan memanggilku seperti itu!"
Bibi Sarah kemudian menghampiri Alexander dengan seulas senyum yang terlihat sedikit canggung. "Eih ... pagi-pagi sudah marah-marah. Pendeta Lim bisa cepat tua."
Alexander menatap kesal. "Bibi ... Bibi tahu aku tidak menyukai hal itu. Jadi hentikan sekarang."
Bibi Sarah tertawa ringan. "Aku tahu, aku tahu ... baiklah, aku tidak akan membuatmu kesal. Kau ingin memesan apa?"
"Seperti biasa."
"Ah, baiklah. Tunggu sebentar."
Bibi Sarah kembali ke dalam, dan setelah beberapa menit kembali dengan membawa pesanan Alexander. Semangkuk masakan berkuah dan juga nasi dalam mangkuk ukuran lebih kecil. Bibi Sarah menaruh kedua mangkuk itu di hadapan Alexander.
"Sudah siap, nikmati sarapanmu."
"Terima kasih. Bibi sangat cantik hari ini, kenapa kedaimu sepi?"
"Semua pengunjung sudah pergi sebelum kau datang."
"Kenapa?"
"Tentu saja karena mereka sudah selesai makan. Omong-omong, bagaimana kabar anak-anak? Terakhir mereka datang kemari minggu lalu."
"Mereka sudah makan dengan kenyang di rumah, untuk apa mereka datang kemari?"
Bibi Sarah kembali tertawa ringan. "Kau ini benar-benar lucu. Ya sudah, nikmati makananmu."
"Tolong nyalakan televisinya sebelum pergi."
"Baik, Pendeta Lim."
Suasana hati Alexander kembali memburuk hanya karena dua kata itu. Dia menatap tajam pada bibi Sarah yang meninggalkannya dengan seulas senyum lebar. Namun bibi Sarah terlebih dulu menyalakan televisi sebelum menghilang dari pandangan Alexander.
"Eih ... kenapa orang-orang suka sekali membuatku marah?" gerutu Alexander yang kemudian mengambil suapan pertamanya pagi itu.
Acara makan dengan tenangnya terinterupsi oleh ponsel di dalam sakunya yang bergetar. Alexander mengambil ponselnya, melihat identitas sang pemanggil sebelum menolak panggilan dan menggeletakkan ponsel itu di atas meja.
"Mengganggu waktu makanku saja," gumam Alexander yang kemudian kembali melanjutkan acara makannya.
Baru beberapa detik, ponsel Alexander kembali bergetar. Dan dari raut wajah Alexander, sudah bisa dipastikan bahwa panggilan itu datang dari orang yang sama. Sempat mendengus, Alexander kemudian menerima panggilan itu.
"Kenapa? Ada perlu apa? Kenapa tiba-tiba menghubungiku? Apa kau baru merindukanku sekarang? Lupakan, aku sudah tidak menyukaimu lagi," suasana hatinya kembali memburuk.
"Bersikaplah seperti manusia," suara seorang pria menyahut dari seberang, terdengar tak memiliki minat dengan pembicaraan yang mereka lakukan.
"Jika aku bukan manusia, lalu kau apa?" timpal Alexander tanpa minat, menandakan bahwa emosinya kembali menurun. "Ada perlu apa?"
"Aku menghubungimu karena Domani menyuruhku."
"Eih ... pantas saja. Aku merasa seperti sedang bermimpi saat pria sombong seperti Vladimir sedang menghubungiku."
"Aku sedang serius, jangan membuang-buang waktuku."
"Salahkan saja Nathan, dia yang menyuruhmu menghubungiku, bukannya aku."
"Sangat sulit berbicara dengan orang sinting."
Alexander menaruh sendok di tangannya dan mencoba berbicara dengan lebih serius setelah mendengar alasan salah satu rekannya itu menghubunginya.
"Katakan, aku akan mendengarkanmu."
"Nathan mengatakan bahwa akhir-akhir ini kau sering mimpi buruk."
"Kenapa dia menceritakannya padamu?"
"Kusarankan padamu, jangan menyentuh Lembah Kematian."
Dahi Alexander mengernyit. "Kenapa tiba-tiba membahas tentang tempat itu?"
"Aku tidak yakin. Aku memiliki firasat buruk tentangmu ... bagaimanapun situasinya, jangan pernah datang ke Lembah Kematian."
"Aku tidak memiliki kepentingan di sana, kenapa juga aku harus pergi ke tempat itu?"
"Cukup ingat pesanku baik-baik. Kami tidak bisa menyelamatkanmu jika terjadi sesuatu padamu di sana."
"Urus saja dirimu sendiri, aku akan melanjutkan makanku. Jangan menggangguku."
Alexander memutuskan sambungan dan kembali menggeletakkan ponselnya ke meja sembari menggerutu, "apa yang sebenarnya mereka bicarakan di belakangku?"
"Berita kehilangan pagi ini. Ethan Munaf, seorang bocah berusia 7 tahun dikabarkan telah menghilang dari rumah selama satu bulan ..."
Acara makan Alexander kembali terusik oleh tayangan berita di televisi. Di mana telah dilaporkan kasus anak hilang. Dan dalam siaran berita itu Reygan melakukan wawancara singkat. Netra Alexander memicing ketika mereka menampilkan beberapa sudut dari rumah Reygan.
"Ada apa dengan rumahnya?" gumam Alexander dengan seulas senyum tak percaya yang kemudian berubah menjadi senyuman licik.
Mengambil ponselnya kembali, Alexander tampak menghubungi seseorang. Sembari menunggu orang di seberang menerima panggilannya, Alexander bergumam, "aku menemukanmu. Kita selesaikan dalam pertemuan kali ini, kupastikan kau akan berakhir di tanganku kali ini."
Seseorang di seberang menerima panggilan Alexander. Alexander kemudian berucap, "jaga anak-anak, aku ada pekerjaan besar."
Percakapan yang berlangsung dengan singkat. Alexander mencatat alamat yang tertera di layar televisi pada ponselnya, lalu kembali memandang layar televisi dengan seulas senyum miring yang akan membuat orang lain salah paham jika melihatnya.
"Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri lagi."
Selesai ditulis : 13.10.2020
Dipublikasikan : 20.10.2020
Note : Jika kalian juga membaca THE PRIEST, kalian akan menemukan kesamaan dari dua cerita ini.
Alexander Lim, Nathan Domani, Jaeden Vladimir dan juga Jason Willborgh. Mereka berempat terpilih untuk mengambil peran dalam series THE PRIEST dan juga INSIGHT.
Perbedaan dari dua cerita itu adalah :
THE PRIEST : Series Pastor Eksorsis.
INSIGHT : Series Paranormal.
Jadi jika kalian juga membaca THE PRIEST, mohon jangan bingung lagi jika nama tokohnya sama dengan INSIGHT.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro